[19] Unexpected Meeting

Zacznij od początku
                                    

---

(masih) Rabu, 14 Desember
11.38 WIB
Mobil

YES! Aku berhasil melarikan diri dari Ben. Hahahaha...

Untungnya tadi pas aku ngintip keluar ruangan aku lihat si Triana juga lagi nggak ada di mejanya. Jadi dia nggak bisa ngasih kode ke Ben kalau aku pergi. Pasti nanti si Ben bakal nanyain keberadaan aku, dan dia akan jawab nggak tahu kemana aku pergi. Hahaha... I am so lucky!

Urusan nanti si Ben bakal neleponin aku, atau ngomel pas aku udah balik ke kantor sih nggak usah dipikirin. Yang penting hari ini aku sukses melarikan diri dan nggak jadi makan siang bareng dia.

Sekarang aku lagi on the way ke Grand Indonesia. Kayaknya aku mau makan di Milano aja deh, udah lama nggak nemu pizza yang bener-bener punya cita rasa itali. Yumm... Perutku udah krucuk-krucuk nih mikirin pizza.

Nanti aku sambung lagi ya.

Bye, Diary.

---

---

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

---

(masih) Rabu, 14 Desember
12.56 WIB
Mobil (lagi)

Hari ini sepertinya bukan hari keberuntunganku. Walaupun aku berhasil melarikan diri dari Ben tapi makan siangku nggak berjalan dengan baik. Milano rame buangeeett di jam makan siang. Ya iya lah ya, emang aku doang yang mau makan. Jadi tadi aku kebagian tempat duduk di outdoor dan semua orang di kanan dan kiriku ngerokok. Huff... ya emang sih outdoor itu smoking area. Tapi kan tetep jadi gimana gitu.

Tapi semua situasi keasepan itu termaafkan karena pizza pepperoni yang enakkk bangeeettt, dan Sea Bass Al Cartocio juga juaraaaa!!! Sumpah! Bahkan aku yang cuma makan sendiri bisa ngabisin dua menu itu. Antara rakus dan laper beda tipis sih tadi itu.

Dan kesialanku ternyata belub berakhir karena pas aku lagi mencoba menutup makan siangku yang penuh keasepan itu dengan sepiring tiramisu, ada seorang cowok yang nyamperin aku. Mahluk dikotil yang paling nggak mau aku temui di seluruh dunia ini.

"Moi?" Suara itu membuatku menoleh seketika.

"Restu?"

Sumpah aku nggak tahu dosa apa yang udah aku bikin sampai harus ketemu sama cecunguk satu ini. Rasanya aku lebih milih untuk diterbangin angin atau ditelan bumi aja dari pada harus ketemu dan berbasa-basi sama dia.

"Moi, apa kabar?" tanyanya. "Dari tadi aku merhatiin kamu dari sana, aku agak nggak yakin kalau ini kamu, karena setauku kamu udah lama nggak tinggal di Jakarta."

Aku tersenyum getir. Sejujurnya aku males nanggepin omongannya, tapi dengan santai dia malah menarik kursi yang ada di hadapanku dan duduk dengan teramat nyaman.

"Kamu sama istri ke sini?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dia tertawa. Suara tawa itu membuat perutku seperti dipelintir. "Ya enggak dong, ini kan jam kerja."

CEO in TrainingOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz