Left Me Alone

215 22 12
                                    

Yang harus kulakukan hanyalah kembali ke kesederhanaan

Aku merasa seperti aku telah kehilangan jati diri

Tidak! siapakah aku seharusnya?

Aku merasa, kegelapan ini berlebihan

Semua itu bisa berakhir, karena bahkan diriku ada akhirnya

-
-
-

Entah berapa lama aku di sini. Bangku-bangku kosong berantakan yang begitu monoton membuatku muak membayangkan apa yang selalu terjadi di sini setiap harinya. Sejujurnya aku benar-benar ingin lepas. Untuk apa aku masih berada di sini? Jika saja keberadaanku bak oksigen yang tak ada orang lain peduli. Jika saja aku pergi apakah mereka akan mencariku, seperti jika saja oksigen di dunia ini habis tanpa sisa. Ah! Kurasa itu hanyalah sebuah lelucon klasik seseorang yang selalu terasingkan dari dunianya.

Lagi-lagi aku menatap kosong ke arah sakura yang berguguran itu. Angin yang bertiup kencang seolah membawakan sebuah kedamaian dalam kekosongan jiwa. Tirai jendela bertiup, koyak kesana kemari, seolah menari bak tarian gemulai di kuil-kuil.

***

"Kau tak akan pulang?" Seorang siswa berpenampilan tinggi dengan seragam sekolah yang masih menempel rapi di tubuhnya berdiri di ambang pintu. Bertanya sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh seorangpun selama hidupku. Ah! Tapi tak pasti kepada siapa dia bertanya. Bisa saja ia mengatakanya pada seorang tak kasat mata yang sepanjang hari ini ikut bersamaku duduk di bangku-bangku kosong dalam kelas ini.

"Hei! Aku berbicara padamu. Kau bukan seorang yang tuli, aku tau itu!" Telunjuk kirinya mengarah padaku. Aku rasa dia benar-benar berbicara padaku.

"Lantas? Apa perlumu bertanya padaku?" Ucapku datar, tak suka dengan kehadirannya yang menyeret ku kembali ke dunia yang penuh keyataan palsu.

"Hei! Siapa namamu.. Yuko? Yoshi? Atau apalah itu. Kamu ingin mati kedinginan di sini karena pintu gerbang dikunci hee?" Tampaknya dia begitu frustasi.

"Masa bodoh," ucapku datar dan memalingkan muka.

Langit senja kirmizi terlukis begitu indah. Sayang sekali keindahan senja hanyalah keindahan sementara yang akan berakhir dengan kegelapan dengan singkatnya.

"Aku tidak sedang bercanda, atau kamu cewe yang kabur dari rumah dan tak mau pulang heeee??" Ucapnya menginterogasiku.

Aku benar-benar merasa bahwa aliran darah di seluruh tubuh berhenti, berkumpul di kepala dan bersiap untuk meledak kapanpun. Menumpahkan segala amarah.

"Apa pedulimu hee?? Pergi saja kau! Tak peduli aku," tak kupedupikan angin kencang yang membuat suaraku terbawa ke seluruh ruangan, bahkan jika melampaui dunia sekalipun. Dunia tetap tak akan peduli.

***

Dia bergerak Santai mendekatiku, tak peduli dengan teriakanku barusan. Tanpa seizinku menarik pergelangan tanganku, menarik tas punggungku. Memaksaku keluar dari kelas, Tak mempedulikanku yang memberontak keras padanya...

"Karena aku peduli," ujarnya meninggalkanku di depan gerbang sekolah.

Punggungnya yang nampak olehku semakin menjauh di belokan lorong. Membuatku ternganga, tak pernah berpikir apalagi menduga hal semacam ini akan terjadi padaku.

***

"Tadaima!" Ujarku seraya melepaskan sepatu setelah pintu di belakangku tertutup.

Kupersiapkan senyuman termanis yang mereka dan semua orang haruskan untukku. Membuatku melakukan *fake smile setiap saat. Membuatku begitu muak dengan kebohongan yang kubuat sendiri. Tapi memang itu yang harus kulakukan. Bukan sebuah perbedaan jika mereka tau apa yang sebenarnya, karena merek juga tak akan menjadi peduli akan aku.

"Okaeri, Reecchan!" Seorang lelaki yang jauh lebih tinggi dariku menjawab salamku sekilas. Lantas berlalu menuju kamarnya sendiri. Selalu saja seperti itu yang dilakukan nii-chan padaku.

Aku melangkah tak peduli dengan hal monoton itu. Memutar kenop pintu kamar bertuliskan nama depanku

-Pintu dengan cat soft pink itu membuatku terhubung dengan duniaku yang sebenarnya-

Meja belajar berantakan di ujung ruangan, tumpukan buku di rak panjang berjajar yang entah sudah berapa kali kubaca, jendela kaca ukuran sedang dengan tirai hijau tosca muda bergoyang lembut seiring tiupan udara, seprai warna biru menimbulkan kesan musim dingin yang kuat, aroma khas matcha memenuhi rongga hidung yang membuatku tak pernah ingin beranjak dari duniaku.

---------------------------------------------------
Pemeran:
1. Yoshiaki Rain
2. Michiko Rei
3. Yoshiko Kane
---------------------------------------------------

Lebih lama lagi... Maafkan zucchan yang membuat kalian menunggu •,•

Zucchan adakan revisi ulang kemarin :v *meskipun harus nunggu punya kuota dulu sih :v hehhheeee

Always love

A

The Introvert जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें