Aku datang ke sini dengan kehancuran yang tak ada seorangpun bisa melihat
Aku tersenyum untuk menutupi wajahku
Luka menyedihkan, air mata kering, dan kehancuran yang tak ditunjukkan
-
-
-
Hari pertama di semester ke-3. Aroma sakura awal bulan April yang berguguran menyeruak seiring dengan jendela kelas yang kubuka. Pagi yang sepi, bangku yang masih kosong, entah bagaimana ceritaku akan terlukis nantinya. Hal-hal monoton itu selalu saja memabawaku pada kesepian, kehancuran, dan kebahagiaan yang DUSTA. Monoton dan monoton. Entah kapan itu akan berubah.
Tidak ada yang mengatakan jika pura-pura baik-baik saja setelah semua penderitaan itu mudah. Semua orang memiliki batasnya. Lantas, bagaimana mereka akan mengataiku?
***
Satu dua murid mulai berdatangan memasuki kelas. Dengan muka bahagia mereka saling berkelompok, mungkin mereka sedang bercerita tentang liburannya atau apalah itu. Aku tak pernah tau apa yang harus kulakukan kalau saja aku ada di antara mereka. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Masa bodoh dengan apa yang mereka bicarakan.
Aku masih saja duduk di bangku deretan paling ujung dekat dengan jendela, supaya aku bisa leluasa menenangkan pikiran dengan hamparan bunga sakura yang nampak indah. Dan sudah kuduga sekaligus kupastikan bahwa temanku saat ini masih setia denganku, bahkan teramat setia. Tidak pernah terlambat. Dia yang tidak pernah berkhianat, apalagi pergi dan membuatku sendiri di sini. Dia adalah kekosongan. Ya, kekosongan yang selalu menempati setiap ruang dalam ukiran jejak kehidupanku sampai saat ini.
Pada akhirnya, semua orang memiliki batasnya. Karena itulah aku merasakan sesuatu. BOSAN~
***
Kukeluarkan sebuah novel tebal dari dalam tasku. Kutancapkan ujung headset ke dalam lubang yang siap menghubungkanku pada duniaku sendiri. Mendengarkan lagu slow sambil sibuk membaca novel membuatku lebih terkesan cuek dan tak peduli. Terlalu bodoh mendengarkan dan melihat apa yang mereka lakukan.
Tak peduli seberapa lama aku sudah tenggelam dalam duniaku sendiri. Seseorang meneriakiku dari bawah bingkai pintu kelas. Membuat semua mata tertuju padaku. Ah! Aku tau pasti apa yang mereka pikirkan dan hendak menjadi obrolan hangat di pagi yang dingin dengan aroma sakura ini. 'Aku tidak bisa membayangkan bagaimana menjadi anak itu, sampai-sampai dia tahan berada di dekatnya' atau 'apakah dia manusia? Yang memanggilnya dengan senyuman manis itu' dan sekian banyak celotehan lainnya yang tak perlu kupedulikan.
Kupaksakan diriku keluar dari me zone. Meletakan novel dan mencabut ujung headset dari telingaku. Nelangkahkan kaki dengan ringannya. Aku merasa semua akan baik-baik saja jika dia ada di sekitarku.
Aku berdiri di depannya. Gadis dengan ikat rambut dua yang memberi kesan kawai dan girly, kulitnya yang putih Langsat dengan tulang pipi naik dan hidung mancungnya membuat setiap mata selalu terpaku padanya. Sepatu pantofel dengan hak 3 cm dari tanah melekat di kakinya dengan hiasan pita kecil di ujung.
Dia tentu saja bukan youkai seperti yang mereka bicarakan, dia tentu saja bukan malaikat, tapi dialah seorang yang selalu membuatku tersenyum dengan tulus, membuatku mengerti bagaimana dunia ini terlukis untukku. Dialah sahabatku, seseorang yang memiliki nasib sama denganku. Tapi entahlahhh!
"Isashiburi Rai-chan! Ohayou!" Ucapnya seraya memiringkan kepalanya ke arah kanan dan melukis senyum manis dengan matanya yang semakin disipitkan.
"Kau membuatku menunggu hampir sepuluh tahun Acchan!!" Ucapku memasang muka cemberut. Memajukan bibir seolah berdrama jika aku sedang marah padanya.
"Kau tentu tidak bisa ngambek denganku heeee!!!! Sudahlah kau ikut aku saja, sebelum kau jadi boneka Barbie yang duduk sendiri dalam dunia yang lain," tanpa mempedulikan mukaku yang menahan sebal padanya, dia menarik pergelangan tanganku. Melangkahkan kaki dengan larian kecil, meninggalkan jejak yang mengukirkan sebuah kisah dalam perjalanan kami.
***
Dengan larian kecil kami melewati lorong-lorong koridor kelas yang dipenuhi oleh beberapa murid yang memiliki muka bahagia menyambut hari baru setelah libur sekolah. Kami memang kekanakan, tapi apa adanya.
Berlari di koridor kelas, berebut membeli ice cream matcha, makan dengan mulut yang belepotan krim vanilla, dan sekian banyak kekanakan yang kami lakukan.
Sayang sekali hanya bersamanya aku bisa seperti itu. Waktu kami habiskan bersama tanpa seorangpun yang tau. Bangku panjang halaman belakang sekolah seolah menjadi markas besar yang hanya dihuni oleh dua jiwa yang kosong ini. Saksi bisu atas segala ruahan cerita dan tangisan yang hanya bisa kami lakukan di sini.
Pada dimensi yang lain, kami dipaksa menggunakan topeng transparan yang tampak bahagia, membuat segala amarah dari perasaan yang penuh seolah hampir meledak dari dalam pikiran dan hati yang begitu dongkol. Entah karena apa, aku tak mungkin bisa menjelaskannya dalam kata-kata. Karena segala perasaan itu melampaui kata-kata. Juga perasaan cinta rumit yang tak ada orang lain bisa mengerti. Kisah cinta yang entah hanya ada berapa yang sejenisnya di muka bumi ini. Aku tak yakin betul. Hanya saja, aku akan menceritakan semuanya.
***
Pukul 5 sore, sudah sangat jauh dari waktu pulang sekolah senormalnya. Tapi masih saja kujatuhkan diriku dalam buaian kesunyian kelas. Membuatku enggan bergerak, enggan mengucapkan patah kata, bahkan jika boleh, pun aku enggan hidup. Kehidupan ini benar-benar melelahkan. Aku ingin lepas saja. Seperti kelopak sakura yang jatuh berguguran ketika tak mampu lagi bertahan. Dengan kecepatan 5cm per second ia jatuh, meletakan semua takdir kehidupan pada hamparan tanah basah yang menyuburkan induk pohonnya.
Aku ingin menjatuhkan diri seperti seperti sakura indah yang sebenarnya terlihat sangat rapuh. Bahkan saat disentuh dengan sentuhan yang lembut sekalipun.
--------------------------------------------------------
Pemeran:
1. Yoshiaki Rain
2. Ayame Chiyo
--------------------------------------------------------
Again and again -_- zucchan slow update. Maafkan author yang kadang lupa buka WP gara-gara tugas yang menumpuk ini yaaa.
Always wait for the next story
Love
A
KAMU SEDANG MEMBACA
The Introvert
Teen FictionMenjadi diriku itu tidak pernah bisa dijelaskan dengan kata-kata. Terlalu rumit dan kompleks. ~ Yoshiaki Rain, gadis kelas 2 SMP yang menjalani masa suramnya seorang diri. Dengan latar belakangnya yang Introvert dia mencoba untuk bertahan. Dan semu...
