"Kalau begitu, hari ini usaha lo sia-sia, gue datang kesini karena ada urusan dengan yara dan hari ini gue yang akan mengantar yara pulang. Benar kan yara?"

Yara yang tadinya menunduk,langsung mendongakkan kepalanya mendengar suara Deon yang terdengar mengintimidasi ditambah lagi tatapan mata pria itu membuat nyalinya ciut.
"Kenapa pria ini hobby sekali datang tiba-tiba dan membuat janji dadakan"

Yara menatap kevin "e..em.. iya vin, aku masih ada urusan dengan Deon" yara merasa tidak enak terhadap kevin
Kevin hanya mendesah, sedangkan Deon tersenyum puas walaupun hanya sekilas.
"Baiklah kalau begitu, kapan-kapan aku jemput lagi,kalau begitu aku pulang dulu . Sampai ketemu di pesta nanti malam" ucap kevin lembut sambil mengacak pelan rambut yara,lalu menepuk pelan bahu Deon sembari berlalu.

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang agar kau bisa bersiap untuk pesta nanti" kata deon ketika hanya tinggal mereka berdua.

.
.
**
setibanya di depan rumah yara, Deon memberikan paper bag yang tadi dibawanya kepada yara
"Untukmu" katanya. Yara menyerngit menatap papaer bag tersebut lalu menerimanya.
"Boleh kubuka?"tanyanya yang diabalas anggukan oleh Deon
Matanya melotot melihat isi paper bag tersebut, sebuah ponsel keluaran terbaru.
"Itu untukmu, ada saatnya kau akan membutuhkan ponsel,juga agar aku lebih mudah jika ingin menghubungimu" jelas Deon
"Tapi kurasa ini terlalu berlebihan" kata yara

"Tidak ada yang berlebihan yara, itu untukmu dan kau tidak bisa menolak. Kau tau kan aku tidak butuh penolakan" balas Deon telak
"Terimakasih" cicit yara

"Baiklah, nanti akan ku jemput pukul 7 ,bersiaplah" terang Deon lalu pergi meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Pukul 18.45
Yara sedang memandang dirinya di depan cermin. Sesekali ia menghembuskan nafas kasar ,berusaha mengurangi rasa groginya.
Gadis itu tak habis pikir, bisa-bisanya Deon sang pengusaha kaya raya mengajak yara yang hanya seorang pelayan menemani Deon ke pesta besar.
Saat ini yara dilanda kecemasan, dia takut kalau nanti dia hanya akan mengacaukan dan mempermalukan Deon di pesta itu.
Banyak pikiran berkecambuk di benaknya hingga suara klakson mobil menyentaknya. Buru-Buru yara mengambil tasnya dan menemui Deon.

Ceklek. Yara membuka pintu rumahnya dan disana Deon berdiri di depan mobil,pria itu nampaknya sedang berbicara dengan ponsel berada di telinganya.
Deon terlihat sangat tampan, dengan tuxedo yang tampak serasi dengannya,membuat yara yang melihatnya hanya bisa menahan nafas.

"Baiklah, sebentar lagi saya akan tiba disana" Deon mengakhiri teleponnya lalu berbalik badan.
Deon tertegun melihat penampilan gadis di depannya itu. Yara terlihat sangat
stunning dengan mengenakan strapless tulle ball gown berwarna abu-abu berhias jahitan bunga emas. Yara memilih untuk mengikat rambutnya.

Sederhana namun tetap "Cantik" ucapnya tanpa sadar Wajah yara sudah merona dan gadis itu hanya bisa berdiri kikuk, tersadar dari ketertegunannya buru-buru Deon membukakan pintu mobil untuk Yara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sederhana namun tetap
"Cantik" ucapnya tanpa sadar
Wajah yara sudah merona dan gadis itu hanya bisa berdiri kikuk, tersadar dari ketertegunannya buru-buru Deon membukakan pintu mobil untuk Yara.

***
Mereka tiba di tempat pesta diadakan, saat hendak turun dari mobil, Deon melirik gadis di sebelahnya. Yara terlihat meremas tangannya, seolah tau kecemasan yang di rasakan gadis itu, Deon menggenggam tangan yara "tenanglah, kau bersamaku" suara lembut Deon cukup ampuh menenangkannya.

Mereka berjalan beriringan,dengan tangan yara menggandeng lengan Deon dan tangan pria itu berada di pinggang yara.
Deon yang menyuruhnya mengandeng lengannya saat keluar dari mobil.
Banyak mata mentatap mereka dengan tatapan kagum,terlebih melihat penampilan Deon yang ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
Tapi banyak juga yang menatap tidak suka, lebih tepatnya para wanita-wanita muda dan tatapan tidak sukanya yang tentu saja ditujukan kepada Yara.

"Siapa sih gadis udik yang di gandeng Deon itu"

"Cihhm... gak ada cocoknya sama sekali,masih cocok saya yang mendampingi Deon"

"Tampang kampungan begitu, tidak pantas bersanding di samping Deon"

Begitulah kira-kira ocehan iri yang terdengar melihat Deon membawa Yara.
Deon yang mendengarnya hanya menatap mereka dingin dan justru semakin mempererat rengkuhannya dan menarik yara lebih dekat dengannya.
"Jangan dengarkan ocehan mereka, anggap saja mereka tidak ada"bisik Deon sangat dekat dengan telinga Yara.
Yara mengangguk paham berusaha mati-matian menghiraukan ucapan pedas orang-orang di sekitarnya yang membuat dadanya terasa sesak.








To be continue
Vote&comment please

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Loving BillionareWhere stories live. Discover now