Part 9

11.9K 566 1
                                    

***

Seperti biasa Deon kembali mengikuti yara
Tapi kali ini berbeda, biasanya yara akan langsung ke rumahnya, tapi sekarang yara malah berhenti di depan rumah sakit dan itu membuat Deon menyergit bingung

Banyak pertanyaan berkecambuk dipikirannya
"Kenapa yara datang ke rumah sakit ? Siapa yang sakit ? Apakah yara sedang sakit? " gumamnya khawatir
memikirkan yara sedang sakit mebuat deon tampak panik
Deon buru-buru turun dari mobilnya dan mengikuti Yara .
Deon melihat yara memasuki salah satu ruangan ,dan ketika Deon mendekat ia mendapati yara sedang menatap wanita yang kelihatannya usianya tak jauh berbeda dari usia mamanya, wanita itu nampak terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Dilihatnya yara hendak keluar dari ruangan itu membuat Deon bergegas bersembunyi agar tidak ketahuan .

Yara kembali memasuki satu ruangan, tapi kali ini ruangan yang berbeda, yara pergi ke ruangan dokter, terlihat yara dan seorang dokter perempuan sedang berbicara serius.

"Bagaimana keadaan ibu saya dok? " suara yara terdengar khawatir

"Kondisi ibumu semakin memburuk.Memang kanker paru-paru yang yang diderita ibumu masih stadium awal tapi kita sebaiknya harus melakukan operasi supaya kankernya tidak sampai menyebar kebagian organ tubuh yang lain" jelas sang dokter

"Lakukan yang terbaik untuk ibu saya dok " yara menatap dokter itu dengan pandangan memohon

"Saya akan melakukan yang terbaik yara, tetapi kamu harus segera menyelesaikan biaya administrasi ibumu, agar operasinya bisa segera dilakukan"

" baik dok, saya akan mengurus biaya administrasinya, kalau begitu saya permisi dulu dok " katanya lirih lalu meninggalkan ruangan itu

---

Yara terus berjalan dengan tatapan kosong ke arah Taman yang berada di rumah sakit , wajahnya terlihat kelelahan

Yara mendesah lelah, dia mendudukkan bokongnya di salah satu bangku panjang taman itu

Suasana taman itu terlihat indah, dan tampak damai, hanya satu dua orang dan beberapa suster yang berlalu lalang melewati taman itu.

Tapi tatapan yara masih tetap kosong

" darimana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu " gumamnya pelan matanya tampak berkaca-kaca

"Pasti biaya operasinya tidak sedikit, sedangkan aku hanya bekerja sebagai seorang pelayan yang gajinya tak seberapa ,apa yang harus kulakukan sekarang? " yara sudah tidak dapat menahan air matanya lagi

Gadis itu menangis, bahunya bergetar hebat

***

Deon pov

Gadis itu menangis

Yara menangis
aku melihatnya menangis sesenggukan suaranya terdengar pilu

Kenapa dadaku terasa sesak melihat yara menangis seperti itu . Aku ingin sekali merengkuh gadis itu
Dia terlihat sangat rapuh .

Entah kenapa aku tak suka melihatnya menangis.
"Aku harus melakukan sesuatu"pikirku

Aku melangkahkan kakiku dan duduk di sebelahnya tapi yara belum menyadari keberadaanku sampai aku berdehem pelan membuat ia terlonjak kaget

Mata bulat itu menatapku, tangannya mencoba menghapus sisa air matanya.

"Pak Deon ,apa yang bapak lakukan disini?" tanyanya parau

"Namamu yara yang pernah dikenalkan kevin padaku kan? Dia mengangguk
" aku sedang menjenguk temanku yang juga di rawat dirumah sakit ini " bohongku dengan suara datar

"Dan kau, apa yang kau lakukan disini? Dan mengapa kau menangis malam-malam begini ? Sambungku

"Aku disini karena ibuku sedang sakit"

" lalu kenapa kau menangis? Ada masalah? "Dia tidak menjawabku

"Apa kau sedang memikirkan biaya untuk perawatan ibumu? "

"Bagaimana bapak bisa tau?" ia terlihat terkejut

"Biasanya orang yang menangis sepertimu di taman rumah sakit karena sedang memikirkan biaya"
Dia memilih diam dan tidak membalas ucapanku

"Aku bisa membantumu"

Yara menatapku ragu

"Aku akan membantumu asalkan kau mau menuruti apa yang ku katakan" kulirik wajah gadis itu
Dia terlihat sedang berpikir sesekali menggigit bibirnya

Apa dia sedang memancingku??
"Tahan Deon" ucapku dalam hati

Lagi-lagi yara menggigit bibir bawahnya dan membuat kesabaranku habis

Shittt!!!

aku benar-benar tidak tahan untuk tidak mencium bibir gadis ini.

Aku menciumnya

Astaga, bibirnya terasa manis pikirku

Ya aku baru saja mencium bibir gadis itu, matanya melotot, tubuhnya menegang
Aku belum melepaskan ciumanku sampai

Plakkk....

Sebuah tamparan melayang di wajahku
Kulihat wajahnya mulai merah menahan amarah ,dia menangis
" maaf pak, aku tidak butuh bantuan dari orang brengsek seperti bapak " ucapnya terisak lalu berlari meninggalkanku

.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Jangan lupa votenya please

Loving BillionareWhere stories live. Discover now