Part 10

11.8K 571 1
                                    


***

Author pov

Saat ini Deon terlihat panik mengendarai mobilnya tak tentu arah, ia mencari yara yang sekarang tak tau dimana keberadaannya

Semenjak meninggalkan Deon ditaman tadi, Yara pergi entah kemana

Shitt!!!! Deon membanting stir mobilnya

"Kenapa aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mencium yara ,aku bahkan sudah membuat dia terlihat membenciku" runtuknya

Deon memegang pipinya yang masih terasa panas karena tamparan yara
"Kenapa dia terlihat semarah itu ketika aku menciumnya?
Apakah aku baru saja mengambil ciuman pertamanya? " memikirkan itu membuat wajah Deon memerah

Deon tak habis pikir melihat gadis itu, biasanya banyak wanita yang secara sukarela menyerahkan tubuh mereka untuk Deon
Tapi yara tidak, dia berbeda
Untuk melirik deon pun gadis itu terlihat enggan

"Dia berbeda, aku harus memilikinya ,aku bahkan tidak peduli kalau kevin menyukai yara" tekadnya tersenyum sinis .
Terserah kalian mau menganggapku gila

Tak lama mata Deon membulat , Deon menemukan sosok yang sedari tadi dia cari

Amarahnya memuncak, dia melihat Yara sedang diganggu 3 pria berbadan besar membuat yara terlihat ketakutan, sesekali ia berteriak minta tolong

Deon mengepalkan tangannya "Aku benci melihat gadisku diganggu" umpatnya marah
Deon bergegas menolong Yara

***

Yara pov

Aku pergi meninggalkan lelaki bernama Deon itu
Aku masih menangis
" Dia pikir dia siapa, bisa- bisanya dia menciumku sembarangan, dia bahkan sudah mengambil ciuman pertamaku "

" bagaimana bisa dia berniat membantuku, dan apa tadi? Dia menyuruhku untuk melakukan apa yang dia inginkan ? Lihat, belum apa-apa dia sudah berani menciumku seperti itu " ucapku masih terisak

Ku akui Deon itu pria yang tampan, bahkan sangat tampan, siapapun wanita yang melihatnya akan langsung megaguminya. Termasuk aku
Tapi demi Tuhan, aura lelaki itu terlihat sangat dingin setiap berada di dekatnya aku selalu ketakutan
,aku tidak berani menatap matanya terlalu lama

Aku terus berjalan tak tentu arah, sampai aku melihat ada 3 pria berbadan besar menghadangku

" ehh lihat, ada mangsa baru nih" salah seorang dari mereka berbica
Aku langsung mundur beberapa langkah
Aku menyesali perbuatanku datang ke tempat ini
"Harusnya aku tetap berada dirumahsakit" ucapku dalam hati

" hai cantik, mau kemana malam-malam begini ,mendingan disini saja, temani kami bertiga" mereka mulai tertawa

" siapa kalian? Dan jangan menyentuhku brengsek " aku menepis tangan yang berusaha menyentuhku

" woww,jangan kasar begitu cantik " aku terus menghindar ketika pria itu hendak menyentuh pipiku dan menendang kaki mereka

"Argghh, dasar wanita jalang"

Kurasakan mereka mulai marah lalu salah satu dari mereka menampar pipiku kuat

*plakkk
Setetes darah mengalir dari sudut bibirku, aku sangat ketakutan

"Kumohon lepaskan aku " isakku pelan

Aku berteriak meminta tolong

Aku menatap sekelilingku ,tidak ada orang yang lewat ditempat ini , tidak ada orang yang bisa menolongku

Tubuhku langsung meluruh ke tanah dan aku hanya memejamkan mataku ,berharap ada yang menolongku ketika mereka mulai mendekatiku

aku merasakan suara gresak-gresuk
Perlahan aku membuka mataku, aku melihat ada seorang lelaki beradu bogem dengan ketiga preman itu

Bugh....Bugh....Bugh.....
"Jangan menyentuhnya brengsek, kau mau mati hah? !!!" Seperti orang kesetanan lelaki itu terus menghajar mereka, dia bahkan tidak takut melawan ketiga preman itu sendiri dengan tangan kosong

Ketiga preman itu sudah terkapar lemas
Kudengar langkah kaki itu mendekatiku dan dia sudah berjongkok di hadapanku

"Deon" kataku pelan tubuhku masih bergetar
Kursakan tangannya memeluk tubuhku dengan erat, aku merasa aman saat dia memelukku ,aku juga tak bisa menolak pelukan itu karena tubuhku memang sudah lemas

"Tenanglah kau sudah aman" suaranya terdengar menenangkan

"Kau tak apa?" Dia meraih daguku
aku menatap matanya, kali ini tatapannya melembut
Aku melihat sorot ada kekhawatiran ketika dia menatapku
Aku hanya mengangguk

"Bibirmu berdarah" dia terlihat geram menyentuh sudut bibirku lembut membuat aku sedikit meringis

Dia mengeluarkan ponsel yang berada di saku celananya dan menghubungi seseorang, mungkin anak buahnya pikirku
"Anto, aku mau kau segera datang kesini, disini ada 3 orang laki-laki yang perlu kau urus, aku tidak mau mereka lepas begitu saja" Deon menjelaskan dimana letak posisi kami sekarang suaranya terdengar tegas lalu ia mematikan sambungan teleponnya dan kembali menatapku

" aku tak apa, kau juga terluka" ujarku pelan dan tanganku dengan berani menyentuh pelipisnya yang terlihat memar

Dia memejamkan matanya sejenak "aku baik-baik saja" sambungnya dan langsung membopongku.
Aku hanya menurut saja ketika dia membawaku ke dalam mobilnya

*Yara pov end

.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Votenya please

Loving BillionareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang