Part 14

1.5K 71 0
                                    

Aku masih sangat kaget dengan kejadian tadi. Aku melihat sendiri bagaimana Yoga dikeroyok. Aku tidak tau apa yang aku rasakan, namun hatiku sangat sedih ketika melihat hal itu. Apalagi saat melihat dirinya dengan wajah yang berantakan dan darah keluar dari sudut bibirnya. Wajahnya pun memar.
Drrrt
Hpku bergetar.
Saat aku melihatnya, ada chat masuk.
Yoga
“mel, tadi itu aku bukan tawuran. Tadi aku dikeroyok.
Awalnya, aku pergi ke basecampku. Aku bilang pada teman-temanku kalo aku gak akan gabung lagi dengan mereka. Saat aku pulang, tiba-tiba ada yang mencegatku. Mereka geng musuhku. Terus aku dikeroyok. Aku takut kamu marah mel”
Jadi yoga benar-benar mau melakukan apa yang aku suruh?
Dia benar-benar mencintaiku?
Bagaimana ini ya Alloh? Bagaimana jika pertahananku luruh?

Aku tidak membalas pesannya. Aku biarkan saja dia.

Beberapa bulan berlalu.

Kak Fariz. Dia terus saja memintaku untuk mengubah Yoga menjadi orang yang baik kembali. Dia ingin sahabatnya kembali. Aku mencoba meng 'iya' kan permintaannya.

Sekarang ini aku dan teman-temanku sedang mengobrol di kelas. Hari ini guru sedang rapat. Sepertinya rapat mengenai UTS. Aku merasa bosan. Kuputuskan untuk mengajak Dinda jalan-jalan sembari jajan ke kantin.
Saat kami sedang berjalan di lorong,

"Amel! Aku cinta sama kamu! " teriak Yoga to the point

Kenapa dia begitu keras berteriak, bagaimana jika ada yang dengar. Yang lebih parah lagi, bagaimana jika guru mendengar. Menyebalkan memang.

Aku ingat akan permintaan kak Fariz. Sepertinya memang ini saat yang tepat.

Aku langsung berbalik badan dan menatap Yoga.

"Kamu beneran cinta sama aku?" Tanyaku
Dinda terlihat kaget, namun dia diam saja. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin dia terlalu kaget sehingga tidak bisa berkata apa-apa. Memang baru kali ini aku seperti ini. Berani seperti sekarang ini.

"Iya mel, dari awal aku liat kamu" katanya

"Yaudah puasa" kataku sambil kembali menuju ke arah kantin.

"Tapi mel, aku cinta sama kamu, bukannya mau nambah pahala" kata Yoga

Aku acuhkan dia sambil mengedikan bahuku seolah-olah berkata

"kalo mau ya puasa, kalo engga ya udah".

Sebenarnya aku hanya bercanda saja menyuruh Yoga berpuasa. Tapi, dia benar-benar berpuasa. Saat sahur, dia mengirim pesan. Dan di sekolah pun aku melihatnya kelelahan. Dia sempat bertanya harus puasa apa, kujawab puasa senin kamis. Sudah beberapa minggu dia melaksanakannya.
Aku pikir untuk menyuruhnya melakukan sholat tahajud, namun setelah di pertimbangkan, biarkan dia istiqomah terlebih dahulu dengan shaumnya.
Setelah ini, aku harus berpikir bagaimana dia meniatkan shaumnya ini karena Alloh, sungguh karena Alloh SWT.

Hari ini, aku berniat ingin membicarakan perihal tujuan shaum dan manfaatnya kepada Yoga.

Namun, setelah dipikir-pikir, jika aku membicarakannya kepada yoga, maka itu artinya aku akan berduaan dengannya. Ya Alloh kenapa tidak terpikirkan olehku sebelumnya.
Setelah pulang sekolah, aku pergi ke toko buku. Aku mencari buku mengenai manfaat shaum, aku mencari buku yang isinya ada juga manfaat shaum bagi pemuda yang belum menikah. Setelah hampir duapuluh menit lamanya, aku menemukannya.
Akhirnya, aku beli buku tersebut dan pulang.

Esoknya, seperti biasa Yoga mengirimkan fotonya sedang sahur. Aku malah kesiangan bangun sehingga aku tidak sahur. Aku lupa tidak mengatur alarmku sehingga aku tidak saum kamis.

Saat sampai di sekolah, aku lihat Yoga belum datang. Aku bingung bagaimana caranya aku memberikan buku yang kemarin aku beli ini kepadanya. Jika aku taruh di bangkunya, aku takut dia malah tidak membacanya dan dikiranya itu adalah buku orang lain yang tertinggal.
Baiklah, aku akan memberikan kepadanya secara langsung.

Beberapa menit berlalu

Bel pun berbunyi

Yoga tak kunjung datang
Kemana dia? Pikirku

Jam pelajaran pertamapun berlangsung tanpa Yoga.
5 menit berlalu, Yoga pun datang

"Kamu lagi, kamu lagi. Kenapa telat? Apalagi alasan kamu sekarang?" Tanya guru BK yang mungkin sudah jengah dengan kelakuan Yoga selama ini.

"Maaf pak, saya ketiduran. Saya kan puasa ya pak, tadi pukul tiga pagi saya sahur. Setelah sahur, saya tidur lagi terus gak ada yang bangunin pak. Jadi kesiangan" jawab yoga
"Puasa? Kamu puasa? Bahkan solat subuh pun mungkin kamu kelewat" kata guru BK lagi
Yoga terlihat baru ingat akan sesuatu.
Matanya terbuka lebar
"Yaampun pak, saya lupa gak sholat subuh. Saya harus bagaimana pak? Apa bisa saya mengganti sholat subuh sekarang?" Tanya yoga panik
"Kamu ganti nanti di akhirat" kata guru BK
"Ko bapak gitu sih? Bapa guru atau bukan?" Tanya yoga
"Kamu berani berbicara seperti itu? Saya keluarkan kamu ya" kata guru BK
"Jadi saya boleh duduk gak pak?" Tanya Yoga dengan wajah tak berdosa.
"Yasudah sana" kata guru BK

Yoga menghampiri bangkunya dan duduk. Aku menuliskan beberapa kata di kertas

"Kalo kamu emang nyesel gak solat subuh, kamu harus rajin sholat sepertiga malam. Terus minta ampunan sama Alloh" begitulah kata-kata yang aku tulis

Aku menyimpan kertas itu di atas bangkunya

"Makasih mel" bisik Yoga

Aku tidak tau apa yang aku rasakan. Entah ini berdosa atau tidak. Entah ini menurunkan harga diriku atau tidak. Aku tidak tau. Hanya saja aku rasa aku saling menyimpan rasa dengan yoga dan kami saling berhubungan dengan diam.
Aku berharap yoga tidak menyadari perasaanku padanya. Aku harap tidak ada yang menyadari perasaanku pada yoga.

Saat istirahat, aku sengaja tidak pergi ke kantin. Saat kelas hampir sepi, aku melihat Yoga. Dia sedang menundukan kepalanya di bangkunya.

"Yoga" panggilku
"Eh? Apa mel?" Tanyanya sambil senyum senyum
"Kamu baca ini sampe habis" kataku dengan nada memerintah
"Musibah macam apa lagi ini? Uas aja aku gak baca buku mel" katanya
"Terserah. Pokonya aku mau kamu baca ini sampe tamat" kataku galak
"Kalo engga?" Tanyanya
"Aku gak mau kenal lagi sama kamu" kataku
"Aish" keluhnya sambil mengambil buku itu dan menyimpannya di tasnya.

Aku hendak pergi ke kantin

Saat aku mulai berdiri,

"Kamu mau kemana?" Tanya yoga
"Kantin" jawabku singkat
"Kamu gak puasa?" Tanyanya
"Aku kesiangan" kataku
"Apa? Yaudah aku juga mau batal aja" katanya
Aku melotot menandakan aku melarangnya untuk membatalkan puasanya.

Dia pasrah dan menundukan kepalanya kembali

Bersambung

KaKaDeDe (Kutikung Kau Dengan Do'a) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang