"Dasar lelaki bodoh! Sebenarnya apa yang kau pikirkan hingga kau melakukan ini pada dirimu sendiri? Kau... kenapa bisa-bisanya menyakiti dirimu seperti ini, Junhoe-ya? Kalau kau mati bagaimana, bodoh?!" suara Yunhyeong semakin lirih. Ia sudah selesai membalut luka Junhoe, namun ia tetap setia menundukkan kepalanya.
"Berhenti mengataiku bodoh, Yunhyeong-ah."
Yunhyeong menyentuh pergelangan tangan Junhoe dengan lembut, ia terisak pelan. Tanpa ia sadari, air matanya menetes berjatuhan dan membasahi perban di lengan Junhoe. Junhoe panik ketika menyadari Yunhyeong yang kini menangis dihadapannya.
"Kau.. hiks.. memang bodoh hiks.. kenapa kau mau mengakhiri hiks... hidupmu dengan cara seperti ini? Kau mau menghantui gedung sekolah, hah?!"
Junhoe tertegun, ia tidak menyangka Yunhyeong menangis. Benarkah Yunhyeong menangis untuknya? Apakah Yunhyeong mengkhawatirkannya?
"Bagaimana jika aku memang telah bosan hidup—"
Yunhyeong menampar luka Junhoe.
"Aw!"
"Bagaimana bisa kau.. hiks... bosan hidup? Seharusnya kau hiks.. bersyukur pada Tuhan atas hidupmu! Jangan kau kira hidupmu saja yang berantakan! Di luar sana masih banyak orang yang mengalami hal sepertimu."
Junhoe tersenyum pahit, "Semua ini... terasa sia-sia. Aku sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk hidup, Yunhyeong-ah. Aku tidak punya alasan untuk hidup, sekolah, dan mengejar impianku. Aku.. benar-benar tidak mempunyai alasan untuk itu! Aku tidak tahu kearah mana aku harus berjalan, aku tidak tahu untuk siapa lagi aku harus berjuang. Aku berjuang di kehidupan ini dengan sia-sia."
Mendengar penuturan Junhoe, tangisan Yunhyeong bertambah kencang. Walaupun tidak mengetahuinya secara detail, tapi ia sangat tahu apa yang sedang Junhoe hadapi, "Hiks... kalau begitu hiks.. cari alasannya! Temukan orang lain hiks.. yang bisa kau jadikan alasan untuk bertahan, Junhoe-ya!"
"Hei," Junhoe mengangkat dagu Yunhyeong agar ia dapat melihat wajahnya, ia tersenyum ketika mendapati wajah Yunhyeong yang berlinangan air mata, "Kau sudah terlalu jauh, jangan terlalu memikirkanku. Tenang saja, aku akan mencari seseorang yang bisa kujadikan alasan untuk itu."
Yunhyeong berhenti menangis, namun masih sesenggukan. Ia menghapus jejak air mata di pipi dengan punggung tangannya.
"Kau harus berjanji padaku," Yunhyeong mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Junhoe.
Junhoe menatap kelingking itu dan wajah Yunhyeong bergantian, kemudian ia menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Yunhyeong.
"Berjanjilah, kau tidak mengulanginya lagi, tidak mencoba bunuh diri lagi, tidak melakukan hal bodoh lagi dan kau juga harus melanjutkan hidupmu sebagaimana mestinya," Yunhyeong berkata dengan suara parau karena terlalu lama menangis.
"Aku berjanji."
Dan di dalam sana, jantung Junhoe berdegup kencang bersamaan dengan hatinya yang berkata; bolehkah jika aku menjadikanmu alasan untuk hidup, Yunhyeong-ah?
Junhoe menyalakan ponselnya sehingga terpampanglah wallpaper yang belum ia ganti selama beberapa bulan lamanya itu; foto Yunhyeong sedang tersenyum yang ia ambil diam-diam.
Junhoe ikut tersenyum ketika menatap wajah Yunhyeong yang berada di dalam layar ponselnya itu, ibu jarinya bergerak untuk mengelusnya pelan, "Goodnight, My precious dream."
•••••••
Junhoe berjalan mengendap-endap, diam-diam mengikuti kemana pun langkah dua insan yang dari kemarin ia pikirkan itu. Sekarang, ia seperti mata-mata sungguhan dengan berpakaian serba hitam; sweater hitam, jeans hitam, converse hitam, topi hitam, dan masker yang menutupi mulut dan sebagian hidungnya. Ia mengikuti Chanwoo dan Yunhyeong sejak saat Chanwoo menjemput Yunhyeong di rumahnya, hingga sekarang mereka tengah memasuki toko boneka di Pusat Perbelanjaan.
YOU ARE READING
Uncertain • JunHyeong •
FanfictionYunhyeong mengira ia jatuh cinta pada Chanwoo, tetapi ia malah terus memikirkan Junhoe. Song Yunhyeong Koo Junhoe Jung Chanwoo other cast JunYunChan / JunHyeong / YunChan ☡Warning☡ boyxboy/YAOI Homophobic Don't Read!
Chapter 2
Start from the beginning
