Malamnya, Junhoe sama sekali tidak bisa tidur. Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang ia gigiti dengan gelisah. Pikirannya membayangkan apa yang akan terjadi antara Yunhyeong dan Chanwoo pada hari Sabtu nanti, apakah Chanwoo akan menyatakan perasaannya pada Yunhyeong?
Junhoe menggeleng, berusaha mengusir bayangan buruk itu. Chanwoo tidak mungkin bertindak gegabah seperti itu. Tapi, ia harus benar-benar tahu dan dapat memprediksi langkah yang akan diambil Chanwoo setelah ini.
Junhoe cemas. Sangat. Ia kalah cepat dengan Chanwoo yang lebih dulu mengajak Yunhyeong kencan. Sekali lagi, ia merutuki Chanwoo dalam hati. Walau begitu, ia harus memastikan dirinya dan Chanwoo benar-benar bersaing secara sehat untuk mendapatkan Yunhyeong. Ia dan Chanwoo memang bukan teman dekat, namun Junhoe sama sekali tidak berniat membuat hubungan pertemanannya dengan Chanwoo renggang, apalagi jika harus menjadi musuh. Junhoe bukan tipe orang yang suka mencari musuh.
Junhoe berdoa kepada Tuhan agar ia diberi secercah harapan untuk bisa bersama Yunhyeong. Walaupun hanya sebentar
—setahun, sebulan, bahkan hanya sehari pun ia akan amat sangat bersyukur selama ia bisa bersama Yunhyeong.
Memang, lelaki berparas manis itu tidak tahu betapa bersyukurnya Junhoe bertemu dengannya saat itu. Yunhyeong yang membuat Junhoe sedikit mengubah caranya melihat kehidupan melalui sudut pandangnya.
Yunhyeong berlari menuju atap sekolah dengan tergesa-gesa. Napasnya terengah-engah, ia berhenti berlari dan sedikit membungkuk untuk menetralkan deru napasnya ketika sosok yang ia cari telah berada di depan pandangannya.
"Disini kau rupanya, Koo Junhoe."
Junhoe gelagapan karena kehadiran teman sekelasnya itu, ia buru-buru melipat dan memasukkan benda tajam itu ke dalam saku celana seragamnya dan menyembunyikan tangan kirinya dibalik punggung.
Yunhyeong bergerak semakin mendekat, "Yak! Ayo kembali ke kelas! Kau ini kenapa suka sekali membolos pelajaran?!"
Junhoe meringis pelan.
Tanpa Junhoe duga, Yunhyeong menarik pergelangan tangan kirinya, "Aku disuruh Lee Saem untuk mencarim—
KYAAAAAA!" Yunhyeong berteriak histeris ketika mengetahui lengan Junhoe yang ia pegang sudah dilumuri cairan berwarna merah pekat dengan bau anyir; darah.
"Ya Tuhan, Junhoe! Tanganmu! Tanganmu berdarah! Banyak sekali! Ayo aku obati!"
Junhoe diseret paksa oleh Yunhyeong menuju ruang kesehatan untuk mengobati tangannya dan berakhir dengan duduk berhadapan diatas ranjang ruang kesehatan.
"Dasar bodoh! Kau kemanakan otakmu itu, hah?! Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri seperti ini?!" Setelah membersihkannya dengan alkohol, Yunhyeong dengan telaten mengoleskan cairan antiseptik diatas luka di pergelangan Junhoe yang terhitung ada delapan luka sayatan itu.
"Kau memang bodoh! Untung saja aku tadi datang tepat waktu! Kalau tidak, mungkin urat nadimu sudah putus dan aku hanya menemukan mayatmu yang bersimbah darah!" Junhoe menatap jemari Yunhyeong yang masih telaten merawat lukanya, walaupun bibir lelaki manis itu terus saja mengomelinya tanpa henti.
Yunhyeong menatapi pergelangan tangan Junhoe yang kini dihiasi luka sayatan yang cukup dalam, dengan salah satu sayatan yang mendekati letak pembuluh nadinya. Yunhyeong bertaruh, jika saja ia tidak datang tepat waktu, sudah dipastikan Junhoe menyayat kulitnya lagi dan memotong pembuluh nadinya.
Itu pasti sangat sakit, batin Yunhyeong bersuara. Tapi, ia tahu, sangat tahu kenapa Junhoe masih saja memasang wajah datar walau jelas-jelas luka yang ia timbulkan cukup parah. Yunhyeong tahu, Junhoe mempunyai luka yang lebih menyakitkan daripada luka fisik seperti ini. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca, hatinya terasa ikut teriris. Tangannya bergerak untuk mengambil perban dari kotak P3K dan mulai membalut luka Junhoe.
YOU ARE READING
Uncertain • JunHyeong •
FanfictionYunhyeong mengira ia jatuh cinta pada Chanwoo, tetapi ia malah terus memikirkan Junhoe. Song Yunhyeong Koo Junhoe Jung Chanwoo other cast JunYunChan / JunHyeong / YunChan ☡Warning☡ boyxboy/YAOI Homophobic Don't Read!
