"Sinb! Tolong kirimkan bunga di atas meja" ucap ibuku, Jessica. Pemilik resmi toko bunga ini.

Benar juga. Aku hanya penjual bunga, jadi percuma saja jika ikut sayembara itu. Mereka akan menghina dan merendahkan ku.

Dengan keranjang anyaman, aku mulai meninggalkan toko setelah melihat sekilas arena sayembara yang masih ramai.

Ayahku meninggal saat perang, ya. Beliau adalah prajurit istana, sejak itu aku ingin sekali menjadi seperti ayah.

Gagah berani di medan perang dan tidak kenal takut siapapun musuhnya. Itulah mimpiku yang sebenarnya, bukan menjadi penjual bunga seperti ini.

Langkahku terhenti saat melihat bangunan megah yang sudah ada di hadapanku. Lebih tepatnya istana.

Alamat yang dituliskan ibu adalah istana, aku tidak percaya ini. Penjaga mendekat dan mulai bertanya.

Aku menjawab seadanya dan diijinkan masuk, penjagaan memang cukup ketat.

Mulutku otomatis terbuka saat melewati gerbang tinggi, ternyata istana Bangtan sangat mengagumkan.

Seorang pelayan menghampiri dan bicara dengan lembut. Jika aku menjadi pelayan istana, mungkin saja aku akan langsung di keluarkan.

Bicara lembek seperti itu bukanlah gayaku, apalagi dengan pakaian feminim yang di kenakan wanita yang berjalan di depanku ini.

Dia membawaku ke sebuah taman. Aku baru tau bahwa di istana megah seperti ini memiliki taman, jaraknya lumayan jauh.

Mataku kembali membulat saat melihat tiga gadis muda juga dua orang lelaki yang sedang sibuk masing-masing-masing.

Mereka melihatku serempak dan seketika membuatku membungkuk untuk memberi hormat.

"ah bungaku sudah datang" ujar seorang gadis berambut pendek, "kita sudah punya taman bunga sendiri, kenapa menghabiskan uang untuk hal seperti itu"

"kakak pertama, biarkan saja Eunha dengan hobinya" kata seorang gadis lain dengan poni, "maaf atas keributan ini" tambah gadis yang ketiga.

Jadi yang sedang ada di taman ini adalah anak dari raja, mereka terlihat asing bagiku.

Tak lama seseorang menepuk pundakku, Suga! Dia membungkuk pada anak raja dan mengajakku menjauh dari taman.

"kau tidak berjaga?" tanyaku saat kami sedang berjalan, "baru saja aku diberikan waktu istirahat, apa nanti kau akan mencari bunga lagi?"

"tentu saja, jika tidak bagaimana aku bisa dapat uang"

"sebaiknya ajak orang lain, jangan sendirian.. Taman bunga milik bibi cukup dekat dengan perbatasan, aku tidak ingin kau terluka" ucapnya memasang raut wajah cemas, "jangan khawatir, kau lupa bahwa aku pernah menolongmu dari srigala itu?"

"mulai menyombongkan lagi, jangan bahas itu" katanya memepercepat langkah, aku mengejarnya dan tanpa sengaja menabrak seseorang.

Mendongakkan kepala untuk memeriksa siapa orang itu, aku langsung merutuki diri sendiri saat melihat siapa yang telah kutabrak ini.

Raja!

Aku segera berdiri dan membungkuk beberapa kali sembari mengucapkan kata maaf. Dasar gadis bodoh!

Suga menghampiri juga ikut membungkuk, "aku akan membawanya keluar, maaf atas kejadian tadi paduka".

Raja menangguk dan membuat Suga menarik kasar pergelangan tanganku. Aku hanya menurut karena bingung harus berbuat apa.

Hingga kami berhenti di dekat gerbang. Suga langsung berbalik dan melepaskan genggamannya, "apa aku terlalu kasar tadi?"

"tidak, kau pantas melakukan itu.. Lagipula memang salahku berlari di istana"

"maaf jika aku menyakitimu"

"aku tidak apa-apa, karena sudah sore aku harus pergi.. Bunga-bunga itu sedang menungguku"

"baiklah, hati-hati.. Jika aku melihat luka di tubuhmu, aku akan melarangmu keluar" omel Suga melipatkan tangan, "kau cerewet juga, sudah ya.. Selamat betugas".

Suga membalas lambaian tanganku, tanpa kembali ke toko, aku langsung menuju taman dengan keranjang anyaman yang masih menggantung manis di tangan.

Memakai sarung tangan dan mulai memilah bunga yang segar. Matahari mulai tenggelam dan menunjukkan warna jingga di langit nan luas itu.

Aku menatap balutan lembut yang dilampisi gumpalan awan. Indahnya, ditambah dengan semilir angin yang menerpa wajahku.

Saat asik menikmati indahnya alam, tiba-tiba aku mendengar sesuatu dari dalam hutan terlarang.

"hallo... Apa ada orang disana?" tanyaku mulai mendekat, tak ada jawaban. Aku kembali memanggil dan hasilnya tetap sama.

Mungkin hanya hewan yang lewat, saat berniat pulang aku mendengar rintihan, yang pasti suara itu milik manusia.

"akhhh!!" aku melewati pembatas dan mencari sumber suara.

Melewati beberapa semak berduri, aku menemukannya!

Seorang lelaki yang terduduk dengan pakaian yang sudah koyak. Mungkin karena jatuh, kakiku melangkah pelan mendekati sosok itu.

Bisa saja itu makhluk gaib atau bahkan penyihir, kudengar penghuni hutan terlarang ini adalah penyihir. Tapi aku tau jelas bahwa itu hanya kabar burung agar para warga tidak mendekat.

Posisiku tinggal beberapa centi lagi. Sedikit ragu, tiba-tiba dia menoleh cepat dan hampir membuat jantungku lepas dari tempatnya.

Mengagetkan saja! Untuk jantungku masih kuat.

"apa kau baik-baik saja? Kenapa ada disini?" tanyaku melangkah lebih dekat, masih diam.

Lelaki itu membelakangiku dan hanya menunduk. Entah apa maksudnya, aku sudah merasa kesal karena diabaikan tiga kali.

"bagaimana kau bisa ada disini?" tanyaku lagi, "akhhhh!" kali ini ia meremas rambut pirangnya dan berguling beberapa kali.

Melihatnya seperti itu, aku yakin dia sedang kesakitan.

Karena tidak tega, aku mendekatinya dan memeluk tubuh yang sudah penuh luka itu.

Dia mulai tenang, walaupun masih merintih. Yang jelas aku berhasil menghikangkan sebagian rasa sakitnya.

Melepaskan pelukan itu dan menatap mata biru yang indah. Aku takjub dengan bola matanya. "siapa dan dimana kau tinggal?"

".. Aku... Aku tidak ingat apapun" jawabnya mengedarkan pandangan dan kembali memelukku.

Nafasnya tidak beraturan, tanganya melingkar kuat di leherku. Bergidik karena tingkahnya, aku bisa merasakan detak jantungnya yang memburu.

Bibirnya menyentuh bahuku, tau begini aku harusnya memakai baju yang lebih tertutup.

Karena tidak tahan dengan situasi ini, aku mendorongnya. Ia menatapku lagi dengan mata yang sendu.

Apa yang harus ku lakukan sekarang? Meninggalkannya?

Dia menyentuh tanganku dan menariknya hingga memeluk tubuhku untuk kedua kalinya. Sebenarnya kenapa orang ini?

"lepaskan!! Apa kau mau cari mati? Jangan macam-macam ya! Kau pikir aku takut?!!"

"tunggu dulu... " lirihnya, "kau ini kenapa?"

"aku merasa nyaman" ucapnya, aku segera berdiri dan meninggalkan lelaki itu.

"dasar orang gila! Kau pikir aku ini gadis murahan sampai bisa di peluk-peluk begitu?" gerutuku membawa keranjang dan melangkah cepat menuju rumah.

Hari ini aku sial sekali!






















.
.

.
.
TBC
Ini first story aku yang genrenya fantasy. Gimana part awal? 😅seru gak? Atau malah garing? 😥

Mau dilanjutin? Aku mau liat responnya dulu 😄 dan maaf kalau slow Update..

Aku gak tau couple terakhirnya jadi maaf aja kalau ada yg req tapi malah gak bisa di tepatin 😁yang jelas tokoh utama di cerita ini Sinb..

Vote + comment ya 💞💞💞💞

Guardian (Black Angel) Where stories live. Discover now