Chapter 1

69K 2.5K 32
                                    

Reyana membereskan meja kerjanya setelah sekretaris ayahnya menghubunginya untuk keruangannya. Reyana pun keluar, ia berjalan menyusuri koridor berjalan dengan sedikit tergesa-gesa, tangan kanannya menggenggam sebuah map berwarna Hijau.

Semua pekerja yang berpapasan dengannya akan mengangguk tersenyum menyapanya dengan hormat, dan ia pun membalasnya dengan hal yang sama. Ketika dipersimpangan koridor, Reya berbelok ke kiri dan berjalan menuju ruangan general manager.

Menyadari kedatangan Reya, sekretaris ayahnya yang bernama siska itu pun berdiri dan tersenyum.

“ Silahkan miss, sudah di tunggu bapak.” Ucap Siska

Reya hanya mengangguk dan mengulum senyum. Ia pun langsung melenggang masuk. Saat masuk tampak ayahnya tengah membuka-buka dokumen. Setelah Reya berdehem ayahnya pun tersadar akan kehadirannya. Ayahnya tersenyum, dan menutup dokumennya itu.

“ Duduklah.” Ucap ayahnya

Reya pun duduk berhadapan dengan ayahnya. Ia bingung kenapa ia dipanggil ayahnya siang ini.

 “ Ada apa yah?.” Tanya Reya penasaran

Ayah reya tidak langsung menjawab, ia membuka laci kecil mejanya. Ia mengeluarkan sebuah amplop coklat, dan ia pun memberikannya kepada Reya yang tengah duduk dihadapannya dengan sorot mata menyiratkan kebingungan dan kepenasarannya.

“ Apa ini yah?.” Tanya Reya sembari membuka amplop coklat itu

“ Itu tiket dan visa untuk mu dan Alex.” Jawab ayahnya singkat

Reya menyernyitkan dahinya tidak mengerti. Niatnya melihat isi amplop coklat itu pun ia urungkan. Ia masih bingung dengan ucapan ayahnya.

“ Maksudnya yah?..Ayah mau mengirim kami berlibur? Loh ini belum musim liburannya Alex yah.”

Ayahnya hanya menggeleng. “ Bukan hanya berlibur, tapi mungkin menetap untuk setahun kedepan.” Jawab ayahnya. “ Ayah akan mengirim mu ke Indonesia. Kau ayah utus untuk memantau beberapa proyek yang tengah ayah tangani disana.” Tutur ayahnya lagi.

‘ Deg ‘

Mata Reya membulat, jantungnya seolah berhenti berdetak setelah tahu kemana ia akan dikirim.  “ Ke..kenapa harus Indonesia?.” Tanya Reya terbata. Mata Reya pun seolah menyiratkan ketakutan dan kesedihan.

“ Karena hanya perusahaan disana yang kurang ayah perhatikan.” Jawab ayahnya singkat

“ Kenapa harus aku yah? Disana ada Danang dan Rere Ayah bisa percayakan pekerjaan ini kepada mereka.” Ucap Reya sembari bangkit dari tempat duduknya.

“  Tapi ayah mau kau Reya.” Ucap ayahnya dengan nada sedikit tegas

“ Ayah, Reya nggak mau.” Elak Reya dengan nada sedikit tinggi

Ayahnya menatap Reya dengan tatapan tidak ingin dibantah, melihat tatapan seperti itu Reya hanya diam kembali menatap ayahnya.

“ Sampai kapan kau akan menghindari Negara kelahiran mu itu hah? 6 tahun sudah kau bersembunyi dari Negara kelahiran mu itu. Apa kau tidak berniat untuk kembali kesana?.” Tanya ayahnya sarkatis

Reya diam mematung, mulutnya yang tadi terbuka akan mengucapkan sesuatu kini mengatup kembali. Ia mengalihkan pandangannya keluar, sekelebat bayangan-bayangan tentang Indonesia kini tengah menari-nari di otaknya. Mereplay kembali kejadian buruk itu. Ia pun menatap ayahnya dengan menahan tangisnya.

“ Ayah, butuh 6 tahun untuk menetralkan sejenak rasa takut itu. Dan sekarang ayah meminta ku kembali kesana? Ba..bagaimana bisa..” Ucap Reya terpotong

Pertahanan Reya untuk tidak menangis pun akhirnya runtuh juga, ia menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat itu tatapan ayah yang semula  kekesalan ayahnya sirna. Ayahnya pun bangkit dan memeluk reya.

“ Ayah tahu ini berat Reya, tapi mau sampai kapan kau akan terus seperti ini? Setidaknya kau harus mengenalkan Alex pada tanah kelahirannya. Meskipun ia dibesarkan di Singapura tapi tetap saja hatinya itu sudah terbentuk di Indonesia. Cobalah mulai bersahabat dengan Negara kita.” Ucap Ayahnya

Reya hanya diam dalam tangisnya mendengarkan ayahnya berbicara.

***

Arnold baru saja turun dari kamarnya, setelah berkali-kali Nyonya Marinka memanggilnya untuk sarapan. Ia pun menghampiri meja makan. Tampak Mamanya tengah terduduk di kursi utama sembari membuka-buka majalah terbitan pagi ini.

“ Pagi Ma,” Ucap Arnold

Arnold pun duduk di kursi kanan Ibunya. Ia membalikan piringnya, dan menyendokan sedikit nasi goreng ke atas piringnya.

“ Arnold, jangan lupa malam ini akan diadakan pertemuan keluarga kita dengan keluarga Mahardika.” Ucap Bu Marinka setelah menutup majalahnya memulai percakapan.

Arnold menyernyit tak mengerti. “ Pertemuan? Untuk apa?.” Tanya Arnold sebelum memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

“ Untuk membicarakan tentang pertunangan mu dengan Farah tentunya.” Jawab Bu Marinka

Arnold terdiam. Tampak wajahnya yang cerah mendadak suram. Ia pun mendengus, hilang sudah selera makannya. Ia pun menyimpan sendoknya berniat mengakhiri sarapan ‘singkat’ nya kali ini.  “ Terserah mama saja.” Ucap Arnold dingin

Arnold pun bangkit dari duduknya. Ia bergegas pergi, sarapannya ia biarkan masih utuh. Seolah menyadari apa yang terjadi, Bu Marinka pun menatap Arnold.

“ Arnold, mamah menjodohkan mu dengannya karena mamah ingin kau mendapatkan yang terbaik.” Ucap Marinka dengan nada sedikit tegas.

“ Lebih tepat terbaik untuk mamah dan perusahaan mamah.” Ucap Arnold ketus

“ Arnold sejak kapan kamu berani ngomong gitu sama mamah?.” Tanya Marinka

“ Sejak tadi.” Ucap Arnold sembari beranjak dari duduknya

Arnold pun keluar sembari menenteng tas kerjanya. Ia menggebrak pintu keluarnya dengan keras, setelah itu dengan cepat masuk ke dalam mobil Toyota Corolla merahnya, ia melajukannya dengan cepat.

Sementara itu Marinka masih duduk di meja makannya , ia hanya menatap makanannya. Selera makannya pun hilang setelah perdebatannya dengan Arnold. Wajahnya mendadak mengeras, tampak kilatan kesal di matanya. Akhirnya Marinka pun beranjak dari duduknya.

“ Bi Sumi, saya berangkat. Tolong bereskan.” Ucap Bu Marinka

Bi sumi mengangguk, tanpa dikomando ia langsung menghampiri meja makan dan membersihkannya. Setelah itu ia pun mencucikan piringnya. Bu Marinka pun pergi diantar supir pribadinya menaiki mobil sedan hitamnya.

well mungkin ini adalah cerita pertama ku yang -katakanlah- 'gaje' dan 'aneh'.. tapi aku begitu sangat mengharapkan komentarnya seperti apa :).. terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini..

My Secret SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang