11. Rumitnya Wanita

1.6K 131 32
                                    

Fitrinurani95 : Nah kalau authornya gak menuliskan begitu itu tak kan terjadi. Wleee..

*PS : aku ngakak baca komenan ini.

_____________

Minggu pagi merupakan surga bagi Sakura. Tak ada kuliah, tak ada rapat, dan hanya ada tumpukan sketsa, beberapa dvd film berbagai genre, dan musik tentu saja. Sakura saat ini sedang fokus mengamati beberapa portofolio dari tugas-tugas kampusnya. Sesekali ia melakukan beberapa perubahan.

Sakura meregangkan tubuhnya sesaat. Ia menopang dagu dengan mata memandang awan putih yang bergerak perlahan.

Dulu, Sakura hanya fokus belajar dan berteman sekenanya saja. Ia pendiam tapi tidak kuper. Ia memiliki banyak teman, tapi jika di bilang dekat tentu saja tidak. Sejauh ini hanya Ino lah sahabatnya. Ia tidak aktif organisasi, cukup menjadi anak baik tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga.

Kegiatannya hanya sekolah, belajar, dan sesekali bermain musik bersama sang Kakak. Ia bersyukur dilahirkan sebagai keluarga Haruno. Ia tak pernah kekurangan baik dari segi materi hingga kasih sayang orangtua. Ia adalah perempuan yang lurus-lurus saja. Tak pernah melakukan hal yang sering dilakukan banyak remaja perempuan sebayanya. Berkencan, misalnya.

Tidak, jangan katakan Sakura tidak laku. Entah sudah berapa banyak laki-laki yang mendekatinya, tapi memang belum ada yang sreg di hati.

Sakura memang pernah mengkhayal memiliki kekasih yang bisa di bilang sederhana. Dari segi berpakaian, gaya hidup, tutur kata, dan sikap. Ia mengagumi laki-laki yang menghargai perempuan. Seperti sang Ayah, laki-laki yang paling ia cintai. Memang benar kalau cinta pertama seorang anak perempuan adalah sang Ayah. Sakura mengakui itu.

Memasuki dunia perkuliahan, banyak hal-hal baru yang ia temui. Untuk pertama kalinya ia mengikuti suatu organisasi, berinteraksi dengan teman-temannya secara intens, akrab dengan senior yang bisa di bilang hitz, dan merasakan banyak emosi.

Sakura mendengus perlahan. Tangan mungilnya bergerak memainkan pen draw-nya. Emosi ya? Akhir-akhir ini banyak yang ia rasakan. Dan yang paling mengusiknya adalah sesuatu yang terasa sesak, meletup-letup bak popcorn, dan panas diseluruh wajah. Ia tak mengerti. Semua itu ia rasakan hanya saat berada di dekat Sasuke.

Cih, si pantat ayam itu!

Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, "Saki, kau sibuk?"

Ah, sang Kakak rupanya. Sakura berjalan menuju pintu kamarnya dan membukanya.

"Ada apa?"

"Kau libur kan? Ayo kita ke mall."

Sakura melirik cuaca dari jendela kamarnya, Ini panas lho, bisa gosong aku.

"Tenang saja, kita pakai mobil." seakan tahu maksud Sakura, Karin pun menyahut.

"Oke, sepuluh menit lagi." Karin tersenyum senang.

Ia sudah lama tidak memiliki waktu berdua dengan Adiknya di luar rumah. Mereka berdua semakin sibuk semenjak kuliah.

Sakura telah siap dengan pakaian santainya. Mereka segera berangkat. Karin ingin membelikan Sakura seperangkat alat make up dan skincare. Adiknya yang manis itu perlu diajarkan cara merawat kulit.
.
.
.
"Tidak bisakah kau membuat ini lebih menyenangkan lagi?" keluh Naruto. Ia sedang bermain video game bersama Kiba diruang BEM.

Lollipop's LoveWhere stories live. Discover now