Epilog - Raffly dan Della

2.1K 84 2
                                    

"Sayang, setel film This is Us nya lagi!" rengek wanita itu pada suaminya.

"Gak bosen, Say?" ledek lawan bicaranya itu. Dengan cekatan, suaminya langsung menyetel film itu di dvd.

"Lately i found myself thinking, been dreaming about you a lot," tubuh mungilnya menari lincah di depan televisi. Padahal dia tahu kandungannya sudah 9 bulan.

"Youre in pregnancy, Netha sayang, Hati hati." saran suaminya, Nathan.

"Oh ya Nath, tau gak sih sebentar lagi One Direction konser di Jakarta!" serunya tanpa beralih dari layar televisi.

"Lalu?"

"Aku mau kesana!" ucapnya.

"Kapan memang?"

"Bulan ini."

"Yang bener aja, nanti kamu lahiran di konser gimana?!"

"Gak apa apa! Biar anaknya langsung lihat muka masa depannya!" ucapnya menggebu. Nathan hanya menanggapinya santai, membuat Netha kesel sendiri.

"Aku mau kesana please." rengek Netha.

"No."

"Kalo gak diturutin nanti anaknya ileran loh,"

"Biarin." ledek suaminya.

"Yaudah kalau kamu gak mau beliin tiketnya sekarang, aku mogok makan 1 minggu!" ia langsung bergegas ke kamar.

Dengan terpaksa akhirnya Nathan menuruti kemauan istrinya itu. Walau sebenarnya terdengar gila, gak apalah daripada istrinya ngambek seminggu, bisa-bisa ia tidak dapat jatah makan dirumah.

"Yaudah. Beres beres sana. Kita beli tiketnya okey," Netha berbalik badan dan lompat kegirangan.

Duh ibu hamil gak bisa diem amat, batin Nathan sambil tersenyum.

"Bawa tas perlengkapan bayinya juga, takut lahiran dijalan."

"Siap suamiku tercinta,"

"Bacot Neth, bacot." Ia mengacak rambut istrinya yang masih tertawa kegirangan itu.

Sekitar 30 menit mereka bersiap-siap, sekarang keduanya sudah siap di mobil. Melaju menembus padatnya ibukota di siang hari.

Keduanya berbincang bincang mengenai kegemaran Netha yang tiba tiba menyukai boyband dari Inggris itu saat hamil. Netha sangat semangat, Nathan suka.

"Duh sayang," keluh Netha tiba tiba.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab, Netha malah semakin meringis kesakitan. Nathan panik dan akhirnya membawa Netha ke rumah sakit tempat Netha biasa mengecek kehamilan.

"CEPET NATHAN! SIPUT BANGET! SAKIT NIH PERUT GUE! HADOHH! HUHH! HAHHH!! HUHH!"

"Ditahan dulu sebentar. Aku pasti bakal ngebut kok." Ia memegangi satu tangan mungil milik istrinya, memberinya kekuatan, walaupun kesakitan karna Netha menggenggamnya terlalu keras.

"Kamu sih pake minta ke konser segala!" sindirnya sambil terus melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, suster langsung membawa Netha ke ruang bersalin. Nathan sempat ditahan di depan ruang bersalin, tapi karna Netha meminta Nathan masuk, akhirnya ia diperbolehkan.

Kata dokter, Netha akan melahirkan dengan normal, karna tubuhnya alhamdulillah sehat wal afiat. Netha memang rutin yoga tiap harinya, bersama dengan mertuanya itu. Setiap 10 menit, agar proses persalinan akan mudah. Dan ternyata benar.

Kini waktu yang mendebarkan telah tiba. Waktu yang membuktikan besarnya pengorbanan seorang ibu, menaruhkan nyawanya demi sang anak tercinta.

"Tarik nafas, nyonya Netha." ucap dokter mencoba menenangi Netha yang daritadi udah gak mau diem.

"Tarik nafas, heh!" perintah Nathan yang dihadiahi pelototan tajam dari istrinya itu.

"EMANG LU KATA GAMPANG APA HAH? SAKIT BEGO! SINI COBA GANTIAN ELU YANG NGELAHIRIN BIAR NGERASAIN SAKITNYA!"

"Heh, Astagfirullah Netha. Bahasa nya jaga. Anak lu denger ntar gimana?"

"Astagfirullah. Huhhh... hahhh... Netha tobat ya Allah... huuhh..."

"HAHAHAH!" tawa Nathan meledak.

"Heh ketawa lagi lu! Istrinya lagi lahiran jug--- AW!!!" Netha merasakan kelegaan tak terhingga. Sedangkan Nathan, suaminya, ia meringis karna pergelangan tangannya dicakar abis abisan oleh istrinya.

"Tuan, nyonya, anaknya kembar. Satu laki laki, satu perempuan. Jarang terjadi loh, selamat kalian." ucap Dokter Nia sambil tersenyum lebar.

Nathan dan Netha saling berpandangan sampai akhirnya mereka tersenyum dan menggendong Anaknya tersebut.

"Mau dinamain siapa, Tuan?" tanya Dokter itu.

"Raffly dan Della." ucap Nathan.

"Loh kok namanya gak mirip gitusih?" protes Netha.

"Biar gak mainstream." jawab suaminya itu.

T H E  E N D

Hula gengs!

Iya part ini emang gak ada perubahan sama yg sebelumnya pernah di publish. Maaf untuk itu teman-teman.

Mungkin ini adalah yang terakhir kalinya gue nulis AN di Nathannetha kali yah😥

Pertama-tama, Gue berterima kasih untuk kalian yang kasih vote di nathannetha versi baru ini. Rasanya seneng banget akhirnya ini cerita bisa selesai dengan layak ya. Dengan penulisan yang lebih baik dari sebelumnya, dengan beberapa detail yang gue tambahin.

Gue harap, cerita Nathannetha ini bisa menginspirasi kalian, setidaknya kalian bisa paham makna yang gue selipkan di beberapa partnya baik secara tersurat maupun tersirat. Kayak kalian harus berjuang dan hadapi setiap permasalahan yang kalian hadapi, karena lari itu gak akan menyelesaikan masalah guys, justru kalian akan berurusan lagi dengan hal itu di kemudian hari yang pastinya akan lebih rumit.

Yang kedua, kalau kalian suka sama cerita ini, berikan sedikit komentar ya di epilog dan sebarkan info ttg Nathannetha, biar banyak yang tahu soal kisah cintanya mereka HEHEHE.

Dan yang ketiga, ada kabar bahagia! Yaitu... Lanjut dari Nathannetha ini, gue akan mulai menulis Agoraphobia lagi! Horeyy

Gak jauh dari Nathannetha, gue juga akan merevisi alur agoraphobia, karena terlalu banyak tokoh gue jadi gak fokus sama tokoh utamanya gitusih, gue harap kalian sama excitednya kayak gue ya❤

See ya asap di agoraphobia!

NATHANNETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang