BAB 3 - Manipulasi Rasa

2.3K 137 1
                                    

Hari ini Netha datang lebih pagi. Kelasnya masih sepi hanya ada 5 siswa termasuk Alle disana sedang tidur. Perempuan itu memang kerjaannya hanya tidur.

"Woy pagi amat lo dateng le?" sapa Netha.

"Maap bu maap, Alle kemarin diajak begadang sama kakak Alle jadi ketiduran dipelajaran ibu." katanya gelagapan. Saat Alle sadar yang membangunkannya adalah Netha, ia langsung cemberut.

"Eh si curut kebangetan banget lo, ngagetin gue aja ah!" tandasnya langsung.

"Lagian lo ngapain coba tidur dikelas pagi-pagi?" ledek Netha sambil ketawa.

"Udah kebiasaan itu mah!" kata Nathan yang baru tiba.

Emang kebiasaan suka nimbrung kali ini anak ya, pikir Netha.

"Enggak ih! Ini tuh gara gara kakak gue minta temenin film marathon tadi malem, gue jadi ketiduran gini kan!" Alle menggerutu.

Netha tertawa paling kencang seolah tanpa beban, padahal semalaman ia menangis di kamar nya.

"Bahagia banget lo, Neth!" ucap Nathan senang.

"Ya harus bahagia dong walaupun kita banyak masalah." ucap Netha tak sengaja.

"Lo punya masalah Neth? Cerita-cerita aja sama kita biar lega, nggak apa-apa kok. Siapa tau kita bisa bantu." Ucap Alle.

Netha menyesali kata-katanya, "Nggak, maksud gue tuh ya walaupun kita lagi banyak masalah atau ngga ya kita harus senyum. Senyum itu ibadah kan?" katanya.

Untungnya semua tertawa. Kali ini Netha aman.

N a t h a n n e t h a

"Kantin yuk kantin!" seru Alle ketika bel istirahat berbunyi.

"Bayarin ya Na?" ledek Nathan.

"Yailah miskin banget si lo, Nath, malu tuh sama Netha! Ya ga Neth? Dari dulu tuh dia selalu minta jajanin ke gue, padahal duit jajan nya banyakan dia!" Alle mencibir.

Nathan hanya misuh-misuh, "Gak baik loh ngejelekkin sahabatnya, lagian kan duit jajan gue dipake beli bensin buat nganterin lo pulang, secara kan rumah lo di kutub utara hahaha."

Alle ikutan misuh-misuh.

Setelah sampai di kantin akhirnya mereka memilih bangku panjang yang berada di tengah. Alle dan Nathan masih saja berdebat, lucu sekali persahabatan mereka. Fyi, persahabatan mereka sudah terjalin 11 tahun—tahun ini ke 12. Walaupun keliatannya mereka berantem terus, tapi seru dan asik, buktinya bisa terjalin sampe bertahun-tahun. Karena sesungguhnya berdebat dan berselisih paham adalah bumbu dalam persahabatan yang membuat kita dengan si sahabat langgeng.

Netha sebetulnya iri dengan mereka, selama ini dirinya tidak pernah bersahabat dengan siapapun, hanya kakaknya saja yang mau menerima dirinya dengan segala kenangan pahit, itu juga karena kewajiban seorang kakak. Selebihnya, teman Netha hanya datang saat mereka butuh.

"Eh Neth, bengong aja lo, mau pesen makanan apa?" kata Alle.

"Samain aja deh." jawabnya sambil tersenyum.

"Yaudah baso nya 3 ya Pak, nih uangnya." Ucap Alle kepada tukang baso.

Mereka berbincang sampai makanannya datang, berbicara dengan teman baru dan mengenalnya lebih dalam membuat Netha semakin nyaman. Mereka tertawa, meledek sesama tanpa bawa perasaan, semua mengalir begitu cepat, membuat Netha merasa seolah ia adalah bagian dari mereka sejak lama.

"Eh eh Le, lo dipanggil guru BK tuh!" ucap seorang anak laki-laki yang Netha yakin adalah teman satu angkatannya sambil membawa surat panggilan. Peluh laki-laki itu bercucuran, mungkin dia abis lari marathon dari BK ke kantin.

"Lah gue kenapa coba?" ucap Alle tak terima sambil melihat isi surat panggilannya.

"Gara-gara tidur dikelas kali? Lagian pelajaran bu Anna berani-beraninya tidur hahaha." anak laki-laki itu pergi.

Muka Alle melas, "Ah elah ribet banget sih tuh guru!" dan dia mulai melangkah malas. "Gak ada yang mau nganterin gue nih?" tanya Alle saat langkah ketiga.

"Gak gak! Nanti kita ikut-ikutan kena lagi!" tolak Nathan, dan akhirnya Alle melanjutkan jalan.

Setelah Alle pergi tak ada dari keduanya yang memulai obrolan sampai detik ke 25. Tapi saat menit ke 26...

"Eh!" ucap mereka berbarengan, lalu mereka tertawa.

"Lo duluan aja." kata Nathan.

"Lo duluan aja deh." Kata Netha.

"Ladies First." Kata Nathan lagi.

"Lo ah, cowo itu pemimpin, jadi harus duluan." kata Netha tak mau kalah.

"Oke oke," Nathan tertawa, "Gua mau nanya sama lo, boleh kan?"

Tubuh Netha seketika menegang, perasaannya tidak enak, "Tanya aja." katanya pelan.

"Gue tau lo bohong tadi pagi, lo lagi ada masalah kan?" tanya Nathan langsung.

Bibir Netha langsung kelu. Meneguk ludah serasa meneguk batu, kering sekali tenggorokannya, "Nggak ada kok." jawabnya ragu.

Nathan mengambil es jeruknya, "Sebenernya tanpa lo bilang ke gue, gue udah tau sih," ia memberikan jeda, "Lo emang pembohong yang handal, Neth. Sampai kapan lo mau memendam itu sendirian?" sambungnya.

Netha mati kutu, kali ini ia tak berani menatap lawan bicaranya. Ia kalut, ia tak bisa berpikiran jernih.

Nathan langsung meraih tangan Netha yang dingin, "Ada gue disini, Neth. Kalo perlu lo bisa pake bahu gue buat sandaran kalo lo pengen nangis, bahu gue rela kok." Katanya.

Netha terharu, ia menatap mata Nathan tepat di iris, "Lo lagi gak modus kan, Nath?".

"Ya engga lah Netha sayang!!!" ucap Nathan sambil mengacak rambut Netha.

Ah mereka lucu sekali.

N a t h a n n e t h a

• author note •

hiyakkk! Bab 3 Revisi akhirnya rampung. Menurut kalian, lebih seru Nathannetha versi Jahiliyah atau versi revisi sih?? Minta pendapatnya yaaa dikomen:))

Ohya, Jadwal update Nathannetha versi revisi itu setiap Sabtu dan Minggu. Jangan lupa yak:))

NATHANNETHAWhere stories live. Discover now