Rasanya seperti mimpi buruk dengan mata terbuka.
"Jadi... kalian mau ngapain selanjutnya?" Yura bergabung dengan kami, canggung. "Btw, Alice, handphone lo ada 200 missed call tuh."
Rasanya syaraf-syarafku menegang mengingat aku sedang kabur dari rumah dan membayangkan kemarahan orang tuaku.
"Rrr... Biar deh, aku cek nanti," aku berlagak tenang. "Ya... Jadi gimana? Apa yang bisa aku bantu selanjutnya?"
Hansol menatapku lalu tersenyum.
"Lo masih mau terlibat?"
Aku tercekat ㅡmenatap Jaemin, Hansol, lalu Yura.
Dalam diam aku mengepalkan jari menyadari kalau Jaemin sudah bertemu orang yang tepat.
Aku sudah tidak dibutuhkan lagi.
"Yeah... Hmm... Maksudnya, kalau kalian butuh bantuan, mungkin aku bisa bantu. Sebisanya," jawabku dengan senyum kaku.
Hansol menerawang udara kosong.
"Hmm... Kalo denger dari cerita Jaemin, gue rasa kita bisa cek rumah-rumah Black Byun. Tapi itu ada ratusan."
"Ide buruk, keburu gue mati," ucap Jaemin lirih.
"Kalo gitu satu-satunya cara ya menyusup diantara orang-orang Black Byun, cari info dari mereka," kata Hansol.
"Gila!" cetus Yura. "Gimana caranya?"
"Gampang," jawab Hansol. "Mereka berkeliaran tiap hari di club-club tertentu. Gue tau tempatnya."
Tetap saja itu ide gila.
Bagaimana kalau ketahuan?
"Gue nggak mau maksa kalian terlibat kok," kata Hansol sambil berdiri. "Btw gue harus pergi sekarang, kalian tau gue sibuk."
Aku dan Yura hanya mengangguk.
"Jaemin, lo ikut gue kan?"
Pertanyaan Hansol membuat Jaemin ㅡyang masih duduk, agak tersentak. Lalu kami bertukar pandang selama beberapa detik.
"Ah... Apa?" tanya Jaemin entah pada siapa. "Oh, maksud gue... Ya, kayaknya lebih baik gue ikut Hansol hyung."
Aku tersenyum sambil mengangkat bahu.
"Bagus, kalian bisa diskusi lebih lama, kan?"
"Iya, akhirnya ada orang lain yang bisa liat gue. Dan untung orangnya Hansol hyung," kata Jaemin perlahan.
Aku mengangguk dengan gerakan yang agak berlebihan.
"Oke, ayo," Hansol berjalan ke pintu depan.
Jaemin, aku, dan Yura mengikutinya.
"Sampe ketemu, kalo gitu," Hansol melambaikan tangannya.
Jaemin melambai padaku lalu mengikuti Hansol, aku tersenyum hambar pada mereka.
Tanpa berlama-lama di depan pintu, aku dan Yura masuk.
Baru saja kehampaan aneh merayap di dadaku, intercom di pintu flat Yura berbunyi.
"Siapa sih?" gerutu Yura. "Buka gih."
Sebagai orang numpang, aku menurut saja.
Aku membuka pintu dan...
"Jaemin?"
"Hehe," dia tersenyum lebar di depanku.
Aku menengok ke ujung koridor dan kulihat Hansol sedang berdiri di depan lift.
"Apa?" tanyaku pada Jaemin.
"Nggak ada apa-apa sih," Jaemin nyengir. "Cuma... yah, aku lupa bilang makasih buat semuanya selama ini."
Hmm.
Sudut kecil di hatiku entah kenapa terasa... entahlah, pedih.
"Sama-sama," jawabku singkat. "Udah, pergi sana. Ditungguin tuh."
Jaemin bergeming.
"Semoga kita bisa ketemu lagi secepatnya ya," kata Jaemin. "Siapa tau kan besok atau lusa aku udah hidup lagi?"
Aku tersenyum.
"Iya, cerewet. Udah pergi sana."
"Oke," Jaemin menatapku. "Bye."
"Bye," ucapku datar.
Dia masih menatapku sambil melangkah pergi. Membuatku diam di tempat alih-alih masuk ke flat.
"Jangan kangen yaaaa!" teriaknya sebelum berlari ke arah Hansol.
Aku tersenyum sebal.
Dasar bodoh, berteriak mentang-mentang tidak ada yang dengar.
Bye, Na Jaemin.
See you when I see you.
Tbcㅡ
.
.
.
.
.
.
Bonus gambaran fail Q
![]()
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image. btw ini udh pernah q publish di socmed lain, disini watermarknya diganti pake nama wattpad. tq.
![](https://img.wattpad.com/cover/118883190-288-k772144.jpg)
YOU ARE READING
Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]
Fanfictionwas #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 111017 #6 041017 #7 300917 #8 280917 #11 250917 #21 230917 #25 180917 #37 110917 #38 100917 #40 09091...
18. ji hansol
Start from the beginning