07. the lost soul

Start from the beginning
                                    

Tadi Ten belum menceritakan bagaimana tepatnya Jaemin menghilang. Ia menawariku makan malam bersama, tapi aku menolak ㅡjadi dia langsung mengantarku ke rumah.
Sekarang perutku perih luar biasa, tapi toh ada yang lebih menyakitkan.

Hatiku.

Aku kembali terisak, sekuat tenaga menyangkal kenyataan bahwa mungkin aku tak akan bertemu Jaemin lagi.

Selamanya.

Selain itu aku juga terus menyangkal kalau aku memang mencintainya, sebagai Na Jaemin, bukan sebagai seorang idol.

Tidak.

Tentu saja tidak.

Aku tidak mencintai Na Jaemin.

Tidak.

***

"Still can't get over that boy, ha?"

Aku menggeleng malas.

Sarapan bersama ibuku, dengan mata membengkak seperti ini, benar-benar ide paling buruk hari ini.

Ibuku mengangkat bahu, lalu kembali memakan toast-nya. Ia menganggapku putus dengan Mark, karena kejadian di sekolah.

Terserah lah, tidak ada pengaruhnya pada kehidupanku.
Untung saja orang tuaku tidak tahu siapa sebenarnya Mark Lee, bisa heboh kalau mereka tahu anaknya "pacaran" dengan idol.

Baru saja aku mau membawa tumpukkan piring dan gelas kotor ke dapur, bel rumahku berbunyi.

"Who the hell is that?" ibuku melirik pintu depan. "Check it out, darl."
   
   
"Language, Mam," aku menirukan nada bicara ibuku setiap aku ketahuan mengumpat.

Kemudian aku berjalan ke pintu depan. Dalam hati aku juga bertanya-tanya, siapa sih yang bertamu jam 8 pagi?
Penjaja susu?

"Hai."

Saat aku membuka pintu, di depanku sudah berdiri seorang cowok memakai kacamata bulat dan topi. Wajahnya agak tersembunyi, tapi aku tahu betul dia siapa.
Ten.
   
   
"Ngapain ke rumahku sepagi ini?" tanyaku panik. Berani taruhan beberapa detik lagi ibuku yang kepo pasti akan menyusulku.

"Sambutan yang menyenangkan," Ten menyeringai sarkastik. "Nggak inget ya udah memutuskan buat terlibat? Sekarang kamu harus ikut aku."

"Terlibat apa?" tanyaku. "Ikut kemana?"

"Ke sekolah kalian. Udah cepetan, urusanku bukan cuma ini!"

"Siapa, darl?"

Damn.
Benar kan, ibuku muncul dari dalam rumah.

"Rrr... Temen," jawabku cepat. "Tunggu di dalem aja, aku ganti baju sebentar."
  
   
Secara aneh Ten mengikutiku berpura-pura menjadi teman akrab. Ibuku menatap curiga.
   
   
"Mam, nggak mau berangkat kerja?" usirku.

"Oh," ibuku melirik jam tangannya lalu menepuk jidat. "Gotta go now, bye darl."
   
   
Setelah meninggalkan noda lipstik di pipiku, dan melambai pada Ten, ibuku pergi ke garasi. Ten mengikutiku ke dalam rumah.
Aku tidak menyangka rasanya seaneh ini kalau rumahmu didatangi seorang idol.
Aneh dan agak mengerikan.

Setelah aku berganti baju kami langsung meluncur ke sekolahku. Mataku yang bengkak mulai bereaksi lagi, pedih dan berat.
   
   
"Harusnya kalo habis nangis jangan langsung tidur, dikompres dulu," celetuk Ten.
  
  
Aku memalingkan wajahku, malu.
  
   
"Kamu pasti shock ya kemaren? Maaf ya, harusnya aku agak pelan-pelan jelasinnya."
  
 
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa. Bukan salah kamu kok."

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Where stories live. Discover now