A Moment of Love

26 1 1
                                    

"Kemana kau akan pergi kali ini?" tanya Kiza dari balik pintu pada Kaze yang tengah malangkah beberapa kaki di depan pintu.

Kaze menghentikan langkah kakinya. "Pergi ke suatu tempat yang nyaman dan menyenangkan. Tempat yang tak bisa ditemukan banyak orang..."

"Hhmmm... tempat yang tidak bisa ditemukan banyak orang? Maksudmu danau di hutan itu?"

"Ah, memiliki saudara kembar kadang sedikit menyebalkan! Apapun yang ada dalam pikiranku bisa saja ditebaknya..."

"Hey, Kaze...! Kenapa kau tak bersikap lebih jujur saja?"

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tak menaruh perasaan mendalam padanya, kan? Tapi, aku tahu itu berat, dan kau tak mungkin mendengarkanku. Menurutku jika kau memiliki waktu untuk berkeliling tak jelas memikirkan semua itu, bukankah akan lebih baik jika kau menghabiskan sisa waktumu bersamanya?"

"Apa yang sedang kau katakan? Aku tak mengerti."

"Kau mencintainya sedalam itu hingga kau berubah sejak kau kehilangan jejaknya sepuluh tahun lalu. Kau menjadi dirimu yang sekarang pada semua wanita yang kau temui setelah hari itu. Kau bahkan tak bisa langsung mengenalinya saat pertama bertemu dengannya. Namun, meski begitu, dia membuatmu jatuh cinta padanya lagi, bukan?" mata Kaze melebar tersadar mendengar tanya itu. "Dan sekarang setelah semua itu, setelah kau bahkan mengetahui dialah gadis itu, setelah kau tahu dan berhasil membuatnya juga kembali mencintaimu, apa kau ingin menyia-nyiakannya sekali lagi setelah kau bisa kembali bertemu dengannya?"

"Diamlah! Aku tak ingin mendengarnya."

"Kau mulai seperti itu lagi. Apa kau pikir menyakiti dirimu seperti ini adalah hal yang terbaik yang bisa kau lakukan?! Dia bahkan tidak melarangmu menemuinya. Setidaknya kau bisa sengaja menemuinya dan berbicara dengannya, kan? Kau bisa mencarinya... hal yang bahkan sangat aku inginkan, kau memilikinya. Lalu kenapa kau menyia-nyiakannya?! Kau tidak berencana mengatakan bahwa kau tidak mencintainya, kan?"

Kaze menoleh menghadapkan tubuhnya pada Kiza dengan mata setengah merah membulat lebar. "Tentu saja aku ingin menghabiskan waktuku di sini bersamanya! Tentu saja aku mencintainya! Tapi, bagaimana aku bisa mengatakan aku mencintainya saat aku bahagia tersenyum menghabiskan waktuku bersamanya dengan niat membunuh ayahnya dalam hatiku? Bagaimana aku bisa membiarkan diriku bahagia saat aku akan menjadi orang yang menghancurkan kehidupannya?!" air mata Kaze menetes seiring dengan luapan kata-katanya. "Aku pergi." Ia beranjak dan melanjutkan langkahnya cepat. Meninggalkan Kiza yang tersentak diam dengan rasa bersalahnya.

*****

Yuki mengerjapkan matanya untuk kembali meraih visualnya. Sejenak ia tersentak. Sebuah senyum indah terlontar untuknya dari wajah kakak spesialnya yang kini tengah menatapnya dengan kepala di pangkuannya. "Ah, Kei-shin! Maaf, aku ketiduran!"

Ryu tersenyum. "Tak apa, aku juga tertidur cukup lama tadi."

"Eh, benarkah?"

"Hmm. Mau pulang sekarang?"

"Ya, tentu! Hari sudah mulai gelap..."

"Kau benar. Kita harus bergegas. Karena Nona Sakura dan yang lainnya mungkin akan khawatir."

"Hmm." Yuki mengiyakan. Keduanya mulai beranjak dan melangkah meninggalkan tempat mereka istirahat untuk pulang.

"Berjalan di sampigku dan pegang tanganku!"

"Hah? Kenapa? Aku bisa berjalan sendiri dengan baik. Kei-shin tak perlu sekhawatir itu! Aku baik-baik saja."

Ryu menoleh dan menarik tangan Yuki. "Dengar, hutan akan berubah menjadi berbahaya pada malam hari. Karena itu, apapun yang terjadi kau tidak boleh melepaskan tanganku sampai aku yang lebih dulu melepaskannya!" Yuki yang setengah kaget mendapati tangannya digenggam Ryu akhirnya mengiyakan paham. Keduanya terus berjalan hingga hampir sampai di ujung perbatasan antara desa dan hutan.

Sakura Yuki to Kaze HyugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang