Tujuh

52 11 11
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya. Biar aku tambah semangat. Komentar dari kalian sangat berarti untukku. Makasih 😊

***

"Nat!" panggilan itu membuat Nata menoleh ke arah sumber suara. Ternyata dia adalah Sani, teman satu ekskul Nata. Mereka berhenti di lapangan basket sekolah yang memang tak jauh dari kelas mereka.

"Apaan?" tanya Nata melihat Sani yang berlari mengejarnya.

"Ini! Lo gak baca Mading? Ada lomba basket putra dan putri yang diadain sekolah Darma Winata. Hos... Hos.. hos," Sani membungkukkan badannya, dan mengembuskan napas kasar yang tidak teratur karena terlalu lelah berlari mengejar Nata.

"Aduh apaan si Lo, San.  Gitu doang heboh bener. Gue mana jago main basket. Salah orang nih Lo," balasnya tanpa pikir panjang.

"Jadi Lo gak mau ikut?" tanya Sani memastikan pilihan Nata.

"Iyalah, emang ngapain ikut kalau gak bisa main?" balas Nata dengan sebuah pertanyaan pula.

"Oh, gitu. Kalau gue emang gak bisa main juga. Cuma, gue pasti bakalan ikut. Ada yang mau gue lihat di sana. Oke deh gue balik ya, mau cari anggota yang lain."

Sani melangkahkan kakinya dan berbalik arah dari hadapan Nata.

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Nata masih belum mengerti. Namun, detik kesepuluh, barulah dia sadar, bahwa maksud Sani adalah...

"Sani!!! Gue ikut!" Nata langsung berlari mengejar Sani dan melihat itu Sani malah tertawa.

"Tuh, apa gue bilang? Lo pasti mau ikut 'kan? Halah, sok nolak tadi," celetuk Sani sambil merapikan poni rambutnya yang terkena angin.

"Iya, gue lupa. Di sana kan ada Oppa gue. Hehehe," Nata cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ya udah, kalau gitu jangan lupa nanti kita ngumpul jam tiga sore di lapangan basket. Lombanya kebetulan seminggu lagi. Lo udah bisa siapin hal-hal yang penting buat ke sekolah Darma Winata kayanya, Nat.  Oke, gue duluan ya, dah," Sani menepuk pundak Nata dan hal itu sebagai tanda perpisahan mereka.

Nata langsung bergegas melangkahkan kakinya cepat ke dalam kelas.

Akhirnya, Nata memiliki cara untuk bertemu dengan Tae, Oppa kesayangannya itu.

Sesampainya di kelas, Nata bukan memikirkan bagaimana strategi agar menang, atau keperluan untuk pertandingan. Nata malah memikirkan bagaimana tatanan rambutnya nanti, pakai baju ganti yang mana dan sebagainya.

Memang benar-benar tidak berniat lomba, hanya sebagai alasan-alasan agar bisa memasuki sekolah Darma Winata.

Siapa yang tak mau? Di sekolah itu ada seorang penyanyi papan atas, wajar bukan banyak yang ingin ke sana?

Namun, sekolah Darma Winata itu memang sangat ketat sekali peraturan nya. Jadilah Nata tidak bisa bertemu dengan Tae Elyastha.

Dan kini, Nata sedang kedapatan kesempatan emas. Tentu tidak akan disia-siakannya begitu saja.

"Pokoknya gue harus ikut!" Nata menepuk tangannya, bersikap sangat optimis kalau mereka akan ke sekolah Darma Winata dengan jalan lomba basket putri ini.

***

"Oke! Ini keliatan bagus."

Nata bercermin dengan menggunakan baju basket yang baru dibelinya sepulang sekolah.

Cinta Minus AkalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang