Pt.2| Mini Chapter 3 : Confrontation

Začať od začiatku
                                    

"Nah, itu kau mengerti..." balas Daryl.

"Tenang saja... aku tidak akan menyentuh Raizel kalau ia tidak mau. Ini tergantung dirinya..." pasrahnya. Fabian kembali menyesap coklat hangat miliknya yang sempat tak dihiraukan.

"Aku juga tidak ada niatan macam-macam dengan Fabian. Tidak usah khawatir." giliran Raizel, menambahkan.

"Syukurlah kalau kau bilang begitu, tapi jika nanti ada sesuatu di antara kalian. Awas saja!" kecam Daryl.

-|Φ|-

Ini hari Rabu. Tiga hari semenjak semua barang-barang Fabian pindah ke kamarku. Benar saja, aku jadi susah tidur akhir-akhir ini. Laki-laki berkacamata itu selalu bangun tengah malam untuk membaca buku. Sering berlalu-lalang membuat kopi ke dapur lantai bawah. Sering bolak-balik ke toilet. Terkadang ia duduk di sebelahku yang asyik tidur di kasur, sekedar mengamatiku. Well, kalau yang ini aku tidak begitu terganggu. Aku senang diperhatikannya, meski tahu aku sudah tidak berhak mengharap apapun darinya. But anyway, tidurku tidak pernah nyenyak sejak keberadaannya. Daryl sampai berkomentar soal dark circle di bawah mataku. Bahkan masih kentara setelah kututup dengan concealer, which is  a bit of  a let down.

Sekarang, tidak seperti biasanya. Aku tidak datang ke teater untuk latihan. Daryl memintaku mengundurkan diri dari ekskul drama. Randi sempat memberiku kesempatan berpikir, karena dia membutuhkanku untuk kompetisi bulan depan dan aku membutuhkannya untuk melatihku dan lainnya. But this time i had to leave for good. Martin juga mengikuti langkahku, mengundurkan diri karena absenku disana.

Setelah aku keluar dari sana, beberapa orang melakukan kontak denganku. Gara-gara Sadha yang tiba-tiba mengundangku ke sebuah grup Line misterius. Anggota grup itu tahu siapa aku, tentang Fabian, tentang Daryl... untuk sesaat aku sempat berpikir kalau grup itu adalah grup penguntit. Namun mereka meyakinkanku dan memintaku bertemu mereka secara langsung.

And here we are... Di belakang dinding pembatas kampus, di dalam sebuah ruangan kelas kosong yang sudah tidak terpakai. Terpisah dari bangunan utama. Nyaris terbengkalai.

"Aku baru tahu ada kelas yang terpisah begini. Ini tempat apa?"

Sadha mengetik sesuatu di ponselnya, kemudian memperlihatkannya padaku. "Dulu ini bagian dari kampus. Dibuang setelah gedung utama dibangun. Belum dihancurkan karena ada rencana untuk dipergunakan jadi gudang."

"Oh..." mengangguk pelan. "Tapi tetap saja menyeramkan. Kupikir disini pernah ada kejadian bunuh diri atau apa... Soalnya seram sekali..."

Sadha kembali mengetik jawabannya. "Bisa jadi!"

"Dasar..." ejekku. Aku memilih kursi yang bisa kududuki, kursi paling bersih dan kokoh. Sadar dengan maksudku, Sadha menarik sebuah kursi untukku duduk. "Mereka akan kesini?"

"..." Sadha hanya mengangguk mantap. Duduk di seberangku.

Aku sendiri sedikit ketakutan, aku tidak begitu mengenal Sadha secara personal. Aku hanya sering bertemu dengannya kalau ia sedang dengan Daryl dan yang lainnya. Well, aku juga pernah melihatnya mandi bersamaan seluruh tim basketnya, tapi tetap saja tidak pernah bicara panjang dengan laki-laki bertubuh besar yang satu ini.

Lalu suara langkah terdengar dari luar. Dari suara bicara dan lainnya, aku bisa tahu kalau yang datang itu satu gerombol. Dan benar saja... 4 orang datang bersamaan.

"Hai..." mereka menjabat tanganku begitu melihatku. Aku hanya berlagak rikuh, karena ini pertama kalinya aku bertemu dengan mereka.

"Aku Elsa, ini Robby, ada Aldi, ini Yuda. Selamat datang di perkumpulan rahasia kami..." Elsa kembali mempersilahkanku untuk duduk.

Twisted (BL Novel)Where stories live. Discover now