Kejadian (-) Kedelapan Belas

12 0 0
                                    

Hari ini, Vada harus bersiap-siap. Ia harus pergi ke bioskop. Menonton bersama Nichole karena anak itu takut menonton sendiri.

Emang sableng! Ia harus takut sama siapa? Takut sama hantu? Nichole 'kan hantu. Aneh!

"Kenapa gue harus nemenin lo, sih? Lo bisa masuk sendiri tanpa orang tau. Lo bisa duduk di mana pun lo suka, bahkan gak bayar sama sekali. Kenapa gue harus ikut sama bayar tempat lo duduk?" tanya Vada pada Nichole. Orang-orang melihatnya seperti orang gila, tapi Vada tidak peduli. Apa pedulinya?

Nichole tertawa pelan. Ia memang memaksa Vada untuk ikut dan membayar biaya masuknya. Padahal ia bisa saja pergi masuk dan menonton sampai suntuk. Tapi itu tidak baik. Sudah banyak kesalahan yang ia lakukan ketika ia masih hidup. Tidak lagi ketika dia mati.

Tapi kadang, Nichole memang sedikit rada gila. Baik ia masih hidup maupun ia sudah mati. Hm.

Setelah ia membayar tiket masuk, ia dan Nichole langsung masuk ke dalam studio. Mencari tempat duduk mereka dan duduk dengan tenang. Tidak ada lagi percakapan, Nichole sedang berusaha menghindari ucapan-ucapan aneh pemuda yang baru saja meninggal. Sedangkan Vada tidak ingin campur tangan, maka dia memilih bermain ponsel dengan damai.

Tapi kedamaian Vada harus terhenti ketika merasakan bahwa bukan Nichole lagi yang duduk di samping kirinya.

"Terima kasih."

"Ha?" mata Vada membulat. Sekilas ia mencari keberadaan Nichole, tapi tidak ditemukan. Ia mencari pemuda yang bersama Nichole, tapi sama aja boong.

Pandangannya kembali tertuju pada Noah. Memerhatikan tampilan Noah dan menatap Noah tajam. "Kenapa lo di sini? Gue gak bayar tempat ini buat lo," tegas Vada. Matanya memicing, berusaha melihat Noah karena lampu sudah dimatikan.

Mata Noah membulat. Bukan karena kaget, tapi seperti dibuat-buat. Lalu sedetik kemudian tersenyum manis dan memencet hidung Vada dengan gemas. "Udah, ikhlasin aja. Anggap ini ucapan trima kasih gue ke lo."

"Ha?" untuk kedua kalinya Vada dan Noah seperti orang gila. Lebih baik bersama Nichole yang amat-amat menyebalkan dari pada bersama dengan Noah yang dewanya menyebalkan.

Mereka menganggu ketenangan dalam studio. Jika Noah di dekat Vada, ia akan seribu kali lebih ribut dari biasanya. Karena pekerjaannya kalo bareng Noah, ya ribut.

"Yah, lo bisa jalan bareng gue yang berstatus cowok ganteng. Gak beruntung gimana lagi itu, sih?"

Iya ganteng. Itu poin utama Noah.

Tapi kalau sadar dirinya ganteng itu kesialannya.

"Gue gak suka jalan sama lo. Mau lo ganteng super duper ganteng. Gue gak peduli!"

Tangan Vada berusaha untuk mendorong Noah menjauh dan menghilang selamanya. Tapi Noah cukup kuat untuk memberontak dan bertahan dari tempat duduk Nichole.

"Kenapa lo marah banget sama gue? Emang gue salah apa?"

"Lo menyebalkan. Itu masalahnya!"

"Tapi cewek-cewek suka cowok menyebalkan. Kenapa lo gak mau?"

"Cewek suka cowok menyebalkan? Teori dari mana?"

Kepala Noah patah ke kanan. Menampilkan wajah manisnya seolah tidak bersalah sama sekali. "Dari cara mereka menyampaikan. Mulut bole berkata lain, mata? Tidak sama sekali."

Vada tertawa pelan. Apa maksudnya? Noah sekarang nampak seperti cowok bermulut manis tapi tidak ada aksinya sama sekali. Dengan kata lain, buaya darat.

"Suka ngaco! Terlalu banyak novel romansa yang lo baca. Kurangi dikit, deh."

Mendengar itu Noah cemberut. 'Kan gagal deh pdkt-nya.

"Lo ngerusak modus ulung gue. Cewek berbakat."

"Gaje!" lalu Vada tertawa bebas. Merasa aneh dengan semua perkataan Noah yang agak jayus dan corny.

"Tapi serius. Cewek pasti berusaha menghindari cowok menyebalkan. Tapi kalo mereka deket, jadian deh. Akhir-akhirnya tetep aja bilang benci jadi cinta." Noah mendengus. Melihat Vada dengan wajah jenakanya seperti biasa lalu melanjutkan ucapannya. "Jadi, teori itu gak mempan sama elo, ya?"

Vada mengangguk saja. Tidak membantah, atau marah-marah.

Soalnya wajah Noah serasa polos. Tidak ada mata, hidung dan bibirnya yang menyebalkan.

"Lebih baik lo ngadep muka deh. Filmnya udah mau mulai." sergah Noah yang langsung saja menghadap ke depan, sementara Vada diam-diam melihat Noah yang fokus pada film di depan. Ia terkikik sebentar lalu kembali menonton.

Ia tersenyum. Sebenarnya menahan senyum karena takut Noah tau ia senyum-senyum seperti orang gila karena pemuda itu.

Nanti kegeeran lagi. Berabeh.


--

Jumat, 11 Agustus 2017, 16.53 WITA

A.s

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BetersWhere stories live. Discover now