Kejadian (-) Keduapuluh

7 0 0
                                    

Yang ingin Vada lakukan setelah bel panjang berbunyi adalah cepat-cepat pulang dan berleha-leha di kamarnya. Menikmati Magnum dan membiarkan asap rokok itu memenuhi kamarnya yang luas.

Keinginan Vada untuk mendengar bel pulang akhirnya terkabulkan. Segera ia membereskan perlengkapan tempurnya lalu tanpa pikir panjang meninggalkan kelas dengan leganya.

"Nevada!" Tentu Vada langsung saja mengenal suara nyaring itu. Suara seperti toa yang sangat dibenci Vada ketika mendengarnya.

Badan Vada langsung berputar agar dapat melihat wajah ingusan Amy. Ia sudah menyiapkan kata-kata terbaiknya untuk menegur Amy dan menceramahi gadis itu, tapi ketika ia berbalik, ia malah dihadiahi tamparan super duper menyakitkan.

Sakit tidak. Kaget iya.

Tentu saja siswa-siswi yang sedang lalu lalang menoleh ke arah mereka dengan satu pertanyaan yang sama, kenapa mereka? Amy dan Vada memang sering kali terlihat saling berteriak dan mengumpat kasar. Tapi kali ini, kelihatannya tindakan fisik pertama mereka langsung menarik perhatian kalangan orang-orang kepo.

"Elo." Telunjuk yang menampar mengarah pada Vada. Ada kilas marah, kecewa, cemburu terpancar dari matanya. Entah apa itu. Vada tidak tau.

Yang ia tau, Amy marah padanya. Menampar Vada dengan keras. Dan sedikit lagi ia akan menampar balik perempuan di depannya. Secepatnya.

"Teman makan tem--" perkataan Amy berhenti. Vada balas menampar Amy. Sama kuatnya.

Amy kaget. Pasti. Ia langsung melotot pada Vada dan menarik kerah kemeja Vada dengan keras. "PHO!"

Vada mengangkat alisnya bingung.

PHO? Sejak kapan ia mengambil pacar orang? Sejak kapan ia merusak pangeran kuda putih Amy? Bahkan setau Vada temannya itu jomblo.

Wajah menantang Amy terbit tatkala melihat Vada tidak merespon bentakannya. "Jangan pura-pura bego."

Anjing!

"Gue emang bego. Jadi jangan elo yang pura-pura pikun," balas Vada.

"Lebih baik lo pikir kembali apa yang elo lakuin sama sahabat lo ini, Vad. Lo bikin kesalahan besar. Sebaiknya lo yang jangan pura-pura pikun."

Bantahan yang bagus.

Tapi Vada tidak tau sama sekali arah pembicaraan Amy. Ia tidak peka. Kenapa ia harus peduli dan berpikir keras tentang apa yang tidak sama sekali ia lakukan?

--

Vada sadar, berkat kebangsatan Amy beberapa hari yang lalu, tak ada lagi yang mau berteman dengan Vada. Semua orang menjauhinya seperti dia adalah makhluk paling hina di muka bumi ini.

Vada melengos.

Semua orang takut pada Amy. Semua tunduk padanya.

Itu sebenarnya terdengar seperti berita buruk untuk Vada sekarang. Apalagi saat mengetahui Amy seorang Ketua OSIS. Sepertinya perempuan itu memang hanya memanfaatkan Vada.

Sia-sia deh dirinya membantu Amy dan menjadi tim sukses paling terpercaya ini.

Ia tidak pernah menyesal selama hidupnya, tapi kali ini, menyesal adalah hiburan paling-paling nikmat untuk ia rasakan beberapa menit ke depan.

"Test test," Vada yang melamun dari tadi tersadar dengan suara sok imut di depan barisan.

Ya, hari ini hari Rabu. Setelah hari Senin adalah upacara, Selasa adalah literasi, hari Rabu adalah apel seluruh kelas sebelum melaksanakan KBM.

Dan di depan barisan kali ini ada Amy dengan kemunafikannya.

Wanita ular!

"Sebelum melaksanakan KBM, kita akan berdoa dan doa minta kesediaan dari Nevada Maria."

Sudah Vada duga.

Pandangan teman—ralat musuh-musuh mengarah pada Vada. Vada memilih cuek bebek saja dan melangkah menuju ke depan.

Setelah meminta izin untuk berdoa menurut agamanya, ia mulai berdoa.

Tuhan, jaga Vada dari wanita-wanita ular, ya. Batin Vada setelah selesai berdoa.

Setelah mendengar pengumuman super duper panjang oleh Pak Lele, mereka segera bubar dari posisi masing-masing.

Dengan begitu, langsung saja Vada melangkah dan hendak ke kelasnya dengan damai.

Tapi tak secepat itu.

"He elo! Elo tadi gak ngikut apel OSIS? Alpa sekali, silahkan bersihin toilet cowok! Cepetan!"

HA?

"Emang gue OSIS, jablay?"

Amy tersenyum. Memutar ponselnya dengan berbagai cara. Pandangannya terikat pada penampilan Vada lalu tiba-tiba ekspresinya berubah 180 derajat.

"Baru aja sekarang. Gue angkat lo jadi koordinator sekbid 9. Bagus, gak?"

Mata Vada tiba-tiba melebar. Gawat!

Sekbid 9. Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Koordinator Sekbid 9 adalah teman sebangku Vada.

Amy memang berencana membuat hidupnya makin melarat bersekolah di sini.

Mengetahui Vada sudah tau apa yang akan terjadi berikutnya, Amy terkekeh dan kembali menampilkan senyum liciknya. "Ya, sayang. Lo gantiin posisi Riana. Temen sebangku lo. Bagaimana rasanya ngehancurin posisi orang lain?"

Vada tetap diam. Ia tidak tau harus membalas apa. Ia tidak begitu mengenal Riana, tapi mereka cukup dekat. Dengan kelakuan Amy yang seperti ini, ia yakin, melalui Riana, Vada akan menderita.

Di lingkungan sekolah dan kelasnya sendiri.

"Tenang aja, usulan ini udah diterima Pak Lele. Hebat ya gue? Oh ya, bagaimana rasanya dihancurin, Vad? Enak?"

Vada ingin secepatnya hari Rabu selesai. Vada ingin matahari secepatnya tenggelam. Vada ingin pindah.

Tapi dengan ia pindah dari sekolah ini, ia akan terlihat lemah. Tidak boleh.

--

Jumat, 11 Agustus 2017,  16.40 WITA

A.s

BetersWhere stories live. Discover now