Kejadian (-) Keduapuluh Satu

15 0 0
                                    

Vada benci dengan keadaan seperti ini. Kenapa dirinya harus berada dalam situasi paling-paling membosankan?

Kenapa Alpha harus membatalkan pertemuan mereka?

Karena Alpha tidak jadi pergi bersamanya, ia terpaksa harus ikut ibunya untuk bertemu dengan teman lamanya.

Ah!!! Sial!

"Nevada, lo udah mau pulang?" tanya seseorang dari arah belakang.

Vada menoleh lalu mendengus pelan seraya berkata, "Jangan manggil gue dengan nama itu, ya! Jauh-jauh lo!"

Yang bertanya malah nyengir tak bersalah lalu dengan gaya menyebalkan berjalan beriringan bersama Vada. "Lagi PMS, ya?"

Kaki Vada langsung saja melayang menghantam tulang kering pemuda itu hingga mengaduh kesakitan.

"Gilak!" pekiknya sambil mencoba mengurut bagian yang ditendang Vada.

"Makanya, jangan macem-macem sama gue!"

"Kenapa sih lo sensi banget sama gue?"

Vada memutar bola matanya bosan lalu menceletuk, "Kenapa sih lo harus gangguin gue terus? Idup lo bosen ya, sampe harus gangguin makhluk ngebosenin kayak gue ini? Maaf, gue lagi gak buka pendaftaran buat jadi teman gue, kapasitasnya udah penuh. Lagian gue gak mau ngambil resiko kalo suatu saat nanti lo betrayer-in gue," ucap Vada dengan satu tarikan nafas. Dirinya bangga, saat melihat mata cowok tak tau malu itu membelalak. Rasakan!

"Nama gue Noah."

Sekarang malah Vada yang membelalak.

Cowok yang bernama Noah ini gak terduga sama sekali! Vada kacau deh sekarang!

"Gue gak perlu tau nama lo sama sekali. Itu gak penting!" Vada dengan wajahnya yang anggun pergi dari tempat Noah dan dirinya berdiri 10 detik yang lalu.

Dirinya langsung pergi dari tempat itu, jauh sampai ada acara naik ojek segala demi menghindari Noah secepatnya.

"Vada, kamu kok gak kasi kabar ke mama kalo udah pulang?" tanya Liya ketika melihat Vada ada di depannya.

Liya, ibunya, sedang berada di restoran miliknya. Memakai baju super duper mewah sedangkan anaknya malah terlihat gembel di depannya.

"Vada males ngasi kabar. Ma, ayo pulang!"

Liya langsung mendecak sebal. "Om Lio sama anaknya bakal dateng. Jangan kayak anak kecil! Duduk diam!"

Vada benci momen seperti ini. Momen terpaksa karena dia tau dia akan dikenalkan dengan cowok super ganteng dengan muka paling bersinar sepanjang masa. Sebenarnya Vada belum pernah bertemu dengan Lio atau anaknya. Ia selalu malas dan melarikan diri bareng Alpha kalau mereka bakal ketemu.

Tapi kali ini, ia tidak bisa lari lagi.

"Liya!"

"Lio!"

Dan drama india melanda tempat itu. Dengan kejamnya.

Vada harus menutup wajahnya saat beberapa pasang mata menoleh melihat mereka. Ia segera menarik ponselnya dari dalam tas, kemudian mengotak-atik benda itu tanpa tau ada seseorang di depannya.

"Cewek yang bakal dijodohin bareng gue ternyata Vada yang cantik ini?"

Gadis dengan rambut urak-urakkan itu mendongak. Melihat siapa yang berani bicara seperti itu padanya.

Mata Vada membelalak ketika melihat Noah. Pemuda itu berdiri tegap dengan bahu sempurnanya yang ulala. Menatap Vada dengan wajah hangatnya.

Vada yang sebenarnya mati-matian membenci Noah, malah terasa bumerang ketika melihat Noah yang sekarang.

Hah!

Mimpi!

"Pede banget," gerutu Vada lalu menatap layar ponselnya kembali. Walau jantungnya sekarang sedang berdetak dengan ritme yang tidak menentu.

"Lo gak tau kita bakal dijodohin?"

Mendengar kalimat yang diucapkan Noah barusan, Vada jadi jijik sendiri. Membayangkan dirinya di umur 25 tahun menikah dengan Noah. Menjadi istri Noah.

Nah, Vada gak mau!

"Dan lo mau-mau aja?" Tanya Vada dengan matanya yang disipitkan.

Noah tanpa rasa bersalah sama sekali langsung mengangguk. Menatap Vada sambil memperlihatkan wajah jenakanya.

"Lo jadi cewek kok susah banget sih diraih?"

Baiklah. Denger hal seperti ini buat Vada syok. Unpredictable.

"Lo cowok, mulut kayak cewek banget sih. Berisik tau gak!" pekiknya. Sebenarnya seperti mengelak. Menjauh. Menghindar dari ucapan Noah tadi.

Vada 'kan gak tau harus jawab apa. Selain marah-marah.

"Emang gue peduli gitu?" ledek Noah. Lidahnya ia julurkan pada Vada dengan bangganya.

Oh dan tanpa basa-basi lagi Vada menyiram Noah. Dikira Noah tanaman.

Semua yang ada di situ melongo. Liya dan Lio langsung menghampiri Noah. Wajah dan rambutnya basah. Ketika Liya dan Lio sibuk mengurus Noah, Noah malah diam. Memperhatikan Vada yang tengah memeperhatikan dirinya juga.

Noah senyum. Cowok aneh.

Seharusnya Noah marah. Atau setidaknya illfeel sama Vada. Seharusnya Noah menjauh saja, lupakan Vada yang rada gila. Tinggalkan perjodohan yang ia katakan dan pergi mencari perempuan baik-baik. Tak seperti Vada yang manja, sombong dan tentunya tukang marah-marah.

Seharusnya Noah yang harus melupakan Vada. Bukan sebaliknya.

--

Sabtu, 11 Juli 2017, 20.38 WITA

A.s

BetersWhere stories live. Discover now