Empat belas

1.3K 88 3
                                    

Bingung ya rasanya kalo otak udah bilang nyerah tapi hati masih pengen berjuang.
-author



Raja ingin sekali mengeluarkan kata, "Apa kabar Audy sayang?" atau, "yuk jalan"
"Gue kangen liat blushing pipi lo" Namun,lidah Raja seakan beku dan tatapan kebingungan Audy yang membuat hati Raja luluh.

"Gue minta maaf,Ja"

"..i don't know, sometime.. you always make me hurt"

Raja meninggalkan Audy yang basah kuyup. Bibir Audy mulai memucat namun Raja tidak peduli. Ego nya sungguh besar dan tidak bisa dikalahkan oleh hatinya. Namun,hatinya tetap tercamuk.


-<><>-

Audy terburu-buru karena belum mengerjakan pr nya. Ia membawa beberapa buku paket yang sudah tidak muat dimasukkan kedalam ranselnya.

Bruk!

Audy berjalan melenceng dan tidak melihat apapun didepannya, semua buku paketnya jatuh berserakan kebawah lantai. Audy terfokus kepada buku hingga menabrak seseorang yang ia kenali aroma parfumnya.

Seolah takdir,orang itu adalah Raja.

Raja mendekat. Lalu Audy mendunduk dan mau mengambil buku paketnya. Namun,tangan Raja sudah terlebih dahulu jatuh dilantai.  Ekspresi wajah Audy berubah ketika seseorang yang sudah ia sakiti. Lalu kemarin memarahinya. Dan sekarang menolongnya.

Raja menyodorkan buku nya. Audy menatap Raja dengan tatapan rindu. Ingin sekali ia berbicara namun lidahnya sudah kelu.

Raja tidak melihat wajah Audy sama sekali. Ia memberi buku,lalu pergi sambil memasukkan tangan ke saku nya. Audy hanya bisa menghela nafas,lalu terbirit kembali ke kelasnya.



"Audy, tolong ambilkan map yang ada di meja ibu ya"

Audy mengangguk,lalu berdiri dengan sigap. Ia berjalan memasuki ruang guru, Audy mencari map yang ada dibawah meja. Saat ia hendak berdiri, sosok Raja sedang mengambil isi spidol di meja yang sama.

Raja tidak menatap Audy lama, ia langsung memalingkan muka nya lalu mengendus pergi ke kelas. Audy ingin sekali menyusul langkah Raja yang bisa ia kejar. Namun...

"Dear Raja"

"Kenapa setiap kali kita bertemu, kamu harus memalingkan wajah terlebih dahulu?"

"Wajahku yang memang terlalu jelek untuk dipandang,atau bagaimana"

"Sudah bosan melihat wajah ku?"

"Setidaknya,tataplah aku lebih dari 7 detik"

"Seperti dulu.."


Audy kembali ke kelas tepat pada bel istirahat. Audy langsung menaruh kepala di senderan Vero.

"Kepala lo bau. Belom keramas ye?"

Audy terdiam.

"Lo udah jadi heartbreaker ya,dy?"

Audy mengangkat wajahnya pelan. "Apa?"

"Kenapa? Gini deh, alasan lo mutusin Raja?"

"...semua gabisa pake alesan"

"Semua ke putusan itu emang harus ada penjelasannya" ucap Vero yang sok bijak,

Audy menghela, "pernah lo mikir lebih enak pas biasa aja dibanding pacaran?"

Vero mengangguk, "dulu,tapi kalo lo ngejalin dengan baik. Apa salahnya? Lo masih ambigu soal percintaan"

Audy ingin menjawab,tapi sudah terlebih dahulu Zahra muncul didepan matanya,

"DUNG DUNG TAK DUNG ETA TERANGKANLAHHHHH ETA TERANGKANLAAAHHHH"

Seisi kelas tertawa saat Zahra menunjuk Raja yang terdiam dipojokan kelas. Vero tertawa terbahak hingga berguling dibawah lantai. Tetapi,sesuatu lelucon itu tidak membuat Audy tertawa.

Jika orang yang kita sayang dipermalukan,bisa kah kamu tertawa?

Jika orang yang kita sayang di siksa,bisa kah kamu menatapnya?

Jika orang yang kita sayang sudah berbeda,apa yang kita bisa?

Love & LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang