Joan sedang mengompres lebam-lebam di tangan Rangga. Rangga meringis kesakitan saat luka-luka yang baru saja ia dapat disentuh. Namun, dengan lembut Joan melakukannya, tak ingin menyakiti laki-laki di hadapannya.

"Berhentilah berbuat baik padaku," ucap Rangga, kepalanya ia senderkan di tiang penyanggah dipan yang biasa ia tiduri.

Joan masih dengan telaten membersihkan luka-luka di tubuh Rangga. Enggan menjawab perkataan laki-laki di hadapannya. Ia masih tak yakin dengan perkataan Rangga. Ia tak yakin kalau laki-laki ini adalah yang memerkosa Seruni. Ia berpikir Rangga mengatakan itu hanya karena ingin membela Seruni yang tadi tak bisa menjawab perkataan-perkataannya. Tapi, mengingat Rangga rela dipukuli sampai babak belur begini, membuat hatinya mencelos kecewa.

Kembali teringat perkataan Leo saat memukuli Rangga tadi, ia melarang pria ini untuk mendekati Seruni. Joan tersenyum kecil dalam hati, hal itu bisa ia manfaatkan untuk mendekati pria ini. Karena sebelum ia kembali ke Jakarta beberapa hari lagi, Seruni pasti akan diawasi terus oleh Leo dan Leo pasti tak suka jika Seruni berdekatan dengan Rangga.

"Aku ngga yakin kamu melakukannya," kata Joan pelan.

"Aku memerkosanya, Joan," ucap Rangga.

"Kau pernah memerkosa perempuan tapi belum tentu perempuan itu Seruni, kan? Belum tentu anak yang dikandung itu anakmu, Mas."

Rangga memandang Joan malas. "Untuk apa aku berbohong?"

Joan mengedikan bahu. Ia ingin menjawab karena Rangga mencintai Seruni, tapi ia tak ingin mengakui fakta itu. "Kurasa setelah anak itu lahir harus dilakukan tes DNA."

Rangga kali ini memandang Joan dengan tatapan kesal. Sudah ia katakana ia tak berbohong. Bunda Rina sendiri yang mengatakan perempuan yang ia perkosa adalah Seruni, ditambah rasa nyaman saat Rangga mengelus perut Seruni membuatnya nyaman sudah mendukung perkataan Bunda Rina. Juga, isak tangis Seruni kembali menguatkan pernyataan itu. Rangga mengingat isak tangis perempuan yang ia perkosa dulu. Persis seperti Seruni tadi.

"Joan sudah malam sebaiknya kamu pulang," suara Leo menginterupsi hal yang Joan lakukan. Ia memandang Leo dan Seruni sinis lalu berdiri.

Leo masih tetap pada posisinya sedangkan Seruni masuk ke dalam rumah tanpa melihat ke arah Rangga lagi. Joan pulang tanpa berpamitan pada siapapun kecuali Rangga dan hanya dijawab anggukan lemah oleh Rangga.

Leo memilih duduk di tempat yang sama dengan Rangga. Memandangnya kesal. Leo merasatangannya ingin kembali melayang memukuli wajah Rangga yang lebamnya masih terlihat karena belum sempat diobati oleh Joan. Sedangkan Rangga ditempatnya sudah pasrah jika ia harus merasakan sakitnya pukulan Leo lagi. Namun, niatnya diurungkan saat melihat Seruni keluar dengan baskom yang agak besar berisi air dingin, sapu tangan dan juga obat merah di tangannya. Kembali Leo menjadi kesal. Bisa-bisanya masih mau berbuat baik pada Rangga.

"Aku obati boleh?" tanya Seruni pada Leo, dan dijawab dengan anggukan malas oleh Leo.

Seruni memilih duduk diantara Leo dan Rangga, memisahkan mereka berdua. Jelas Seruni masih bisa melihat kemarahan di mata Leo saat memandang ke arah Rangga. Seruni membasuh luka-luka di wajah Rangga dengan sangat halus, takut pergerakannya membuat Rangga meng-aduh kesakitan. Ia melakukannya dengan diam, namun matanya terus memerhatikan wajah Rangga.

"Seruni, aku minta maaf."

Seruni masih mengobati luka-luka Rangga. Ia memilih diam tanpa menanggapi ucapan Rangga. Ia takut kalau ada kata yang keluar dari mulutnya, ia akan menangis di hadapan Rangga. Ia tak mau.

Setelah selesai membersihkan luka-luka di wajah Rangga. Dan member obat merah pada luka-luka di tangan Rangga, Seruni masuk ke dalam rumah tanpa berbicara sepatah kata pun.

Leo di tempatnya sudah malas dengan Rangga. Ia juga memilih bungkam, sampai Seruni keluar lagi dan mengatakan kalau salah satu diantara mereka disuruh tidur di kursi di dalam rumah karena jika mereka digabungkan, para orang tua takut akan terjadi baku hantam lagi.

"Gue yang tidur di dalam," kata Leo dan langsung meninggalkan Rangga.

Rangga hanya mendesah pasrah. Tak berani melawan kata-kata Leo.

♚♚♚

Kepala desa mendatangi kediaman Pak Sapri dan Bu Tuti pagi harinya, setelah mendapat laporan dari beberapa tetangga yang mendengar keributan antara Leo dan Rangga tadi malam. Para warga tak suka dengan kedatangan orang kota yang dianggap membawa pengaruh buruk mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Leo semalam.

Kedatangan mereka yang diijinkan sampai tiga minggu lagi dipercepat menjadi tiga hari. Setelah tiga hari, mereka akan diusir secara paksa. Tadinya mau hari itu juga langsung disuruh pergi, namun Pak Sapri mengatakan masih ada urusan keluarga yang perlu diurus dan berjanji tidak akan membuat keributan lagi.

Oleh karena itu, pagi ini mereka semua berkumpul di ruangan yang sama seperti tadi malam, bedanya tak ada Joan di tempat itu.

"Seruni ada yang orang tua-mu ingin bicarakan," ucap Bu Tuti saat ia duduk di sebelah Seruni.

Hubungan Bu Hesty dan Bu Tuti sudah kian baik setelah dinasihati Pak Sapri, walau dalam hati Bu Tuti masih tidak rela jika anak yang telah ia rawat selama bertahun-tahun akan diambil oleh orang tua kandungnya. Mengingat orang tua kandung Seruni juga memiliki segala-galanya, pasti dengan mudah Seruni menerima tawaran mereka.

"Seruni, kamu anak kami yang hilang beberapa tahun yang lalu," ucap Pak Nadi membuka obrolan itu.

Bu Hesty mengangguk, matanya menatap Seruni dalam. Memberi tau bahwa kehilangan anaknya itu adalah duka yang sampai sekarang masih keluarga itu rasakan. Bunda Rina juga tau akan masalah ini karena Leo dan Rangga sudah berteman sejak TK ditambah, rumah mereka yang berdekatan dulunya.

"Kami bahagia sekali Nak saat melihatmu," ucap Bu Hesty dengan nada bahagianya, matanya pun memancarkan kebahagiaan yang hakiki. "Kami mau kamu kembali kepada kami, keluargamu."

Seruni menatap Bu Hesty, Pak Nadi dan Leo bergantian. Muka keluarganya begitu menggambarkan harapan yang begitu besar.

Jujur, dalam hati Seruni ia ingin kembali ke keluarganya, merasakan kehangatan keluarga aslinya, namun ia tak tega meninggalkan Bu Tuti dan Pak Sapri yang telah merawat, mendidik, mencurahkan kasih sayangnya yang penuh hanya untuk Seruni.

Seruni menunduk. Namun tangannya sudah memegang tangan Bu Tuti, dan hal itu tak lepas dari pandangan Bu Hesty yang duduk di hadapannya. Sedikit merasa teriris hatinya karena ia tak bisa menggenggam tangan anak perempuannya.

Seruni mendongak setelah beberapa menit menunduk, dan seisi ruangan itu memilih diam menunggu jawaban Seruni.

"Seruni mau tinggal di desa aja, Bu, Pak," ucap Seruni sambil menatap wajah Bu Hesty dan Pak Nadi yang langsung berubah menjadi sedih. "Maaf, ini pilihan Seruni."

♥♡

Vote 450+ dan Komen lebih dari part sebelumnya baru aku lanjut yaa😘😘


Btw, kalian tuh ada yang punya temen/gebetan yang namanya Rangga atau Leo ngga sih? Kalo ada, orangnya kaya gimana?

Soalnya aku punya kakak tingkat namanya Rangga, dia otaknya gesrek banget. Terus punya tetangga namanya Leo, buset pendiem banget. Heheheh.

TRS [1] : Night Accident ✅Where stories live. Discover now