Chap 4

113K 7.9K 164
                                    

Rangga memasuki restoran bersama Joan. Tadi Joan bercerita tujuan dia ke taman itu untuk membeli kerak telor dan nasi goreng gila buat sahabatnya. Dan saat ditanya rumahnya dimana, Joan menjawab suatu kontrakan. Dan ternyata rumah kontrakan Joan terletak disebelah komplek rumah orang tua Rangga.

Karena hujan yang mengguyur Jakarta menyebabkan kota itu sedikit tergenang banjir dan macet. Keadaan perut kedua manusia yang tidak bisa ditolerir itu menghantarkan mereka ke restoran cepat saji ini.

"Kamu mau pesen apa?" tanya Rangga pada Joan.

Senyum di bibir Joan masih sangatlah lebar, belum luntur daritadi. "Aku cheeseburger sama lemon tea aja," ucap Joan.

"Itu doang?" tanya Rangga sambil mengangkat alisnya.

Joan mengangguk masih dengan mempertahankan senyumnya.

"Oke," jawab Rangga lalu memesankan pesanan Joan pada pelayan yang berdiri dibalik mesin kasir.

Setelah membayarkan, mereka menunggu beberapa menit lalu makanan mereka tersaji dihadapan mereka. Joan mengangkat baki itu dan dibawa ke meja kosong di lantai dua. Angin malam yang bertiupan sangat mengganggu tapi menambah suasana romantis antara Rangga dan Joan. Ditambah rintikan hujan yang sedikit mereda.

Keduanya saling melemparkan senyum saat mata mereka bertemu.

***

Seruni terbangun saat jam menunjukkan pukul 8 malam, bunyi air hujan yang menghantam jalanan beraspal menimbulkan bunyi gemerisik, angin yang bertiup sangat kencang juga mampu membuka jendela sehingga gordennya melayang-layang dan anginnya bertiup ke dalam kamar. Tubuh Seruni yang tidak ditutupi selimut-pun terasa sangat dingin.

Dia terbangun dari tidurnya, kepalanya yang sedikit berat dipaksakan sehingga ia bisa terduduk. Melihat ke arah sekelilingnya dan merasa sedikit asing. Kamar ini terlalu mewah untuk ukuran kontrakannya.

Dia ingin turun dari kasur dan menutup jendela tersebut, lalu dia ingin keluar karena keasingannya, namun saat ia ingin memijakan kakinya, kakinya tiba-tiba terasa keram.

"Ah!" pekik Seruni tertahan.

Ia merasa kakinya dijalari oleh semut-semut yang siap menggigitnya, terasa sakit dari ujung jari-jari sampai ke lututnya. Seperti orang lumpuh yang tak pernah berjalan dalam waktu yang lama, kakinya terasa lemas dan nyeri di waktu yang bersamaan.

Tak lama, Bunda Rina dan Muna datang dengan tergesa-gesa masuk ke ruangan yang Seruni tempati. Mereka membantu Seruni untuk duduk lagi di kasur tersebut.

"Seruni mau kemana?" tanya Muna perhatian.

"Ini saya dimana, Non? Saya mau pulang," ucap Seruni dengan suara bergetar menahan sakit di daerah kakinya.

"Keram ya kakinya?" tanya Bunda Rina, dan Seruni hanya bisa mengangguk.

"Seruni sekarang ada di kamar Hana, anak sulung Bunda," ucap Bunda Rina, lalu ia menarik lurus kaki Seruni perlahan agar tidak terasa terlalu sakit.

"Bunda mau ngapain?" tanya Seruni bingung.

"Bunda mau urut, kalo sedang hamil muda begini memang suka keram, apalagi umur kamu masih terlalu muda," ucap Bunda ramah.

Dan Seruni hanya bisa pasrah sambil meluruskan kakinya, sebenarnya enggan karena majikannya memijit kakinya, padahal harusnya kebalikannya.

***

"Makasih ya Rangga udah nganterin aku sampe tempat kontrakan," Joan tersenyum kepada Rangga lalu melepas sabuk pengamannya.

Rangga tersenyum sangat manis, "terima kasih juga untuk malam ini, kamu menyenangkan," ucap Rangga.

TRS [1] : Night Accident ✅Where stories live. Discover now