Chap 12

70.3K 5.7K 123
                                    

HAIII, AKU MAU PROMOSI CERITA BARUKU NIH.

Judulnya: Cinta untuk Bonita

yuk, langsung cek aja di lapakku yaaa

Sudah hampir seminggu sejak kepulangan Seruni dan Joan dari acara gathering kantor waktu itu. Semua berjalan dengan baik. Namun selama seminggu ini, Seruni hanya tiga kali datang ke rumah orang tua Rangga untuk bekerja dikarenakan orang tua-nya Rangga tidak tega melihat kandungan Seruni yang sudah menginjak bulan ke-lima itu. Lagipula, rumah besar itu akan selalu terlihat rapi karena semua orang di dalam sana selalu menempatkan semuanya sesuai dengan asalnya. Dan hari-hari dimana Seruni tidak bekerja di rumah orangtua Rangga itu diisi oleh Joan dan teman-teman kantornya.

Setiap Seruni tidak bekerja menjadi pembantu rumah tangga di rumah besar itu, Joan mengajaknya ke kantor karena permintaan Leo dan kedua orang tua-nya. Pastinya, hari-hari dimana Seruni datang ke kantor, kedua orang tua Leo-pun selalu menyempatkan diri untuk datang ke kantor. Alasannya hanya satu, feeling yang begitu kuat yang dirasakan oleh Bu Hesty, Ibunya Leo. Ia masih begitu yakin bahwa ia memiliki suatu ikatan yang kuat antara dirinya dan Seruni.

Sebagai seorang ibu, ia memiliki perasaan bahwa Seruni adalah gadis kecilnya yang hilang 17 tahun yang lalu. Ditambah lagi, umur Seruni-pun persis 18 tahun.

"Hei," tegur Joan yang baru masuk ke ruangan pantry sambil membawa nampan beserta 2 cangkir yang berisi sisa ampas kopi yang sudah tak bisa diminum lagi dan bungkusan makanan. "Kenapa melamun?" tanya Joan sambil memerhatikan wajah Seruni.

Joan menarik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Seruni. Wajah Seruni nampak sangat lesuh dan tidak ada gairah sedikitpun, seperti orang sakit kelihatannya.

"Kamu kenapa?" tanya Joan lagi. "Kamu sakit, Neng?"

Seruni menatap Joan sedih. "Bapak yang sakit, Teh," ucap Seruni lesuh. Matanya tidak menunjukan ekspresi apapun kecuali kesedihan yang mendalam. "kata Ibu sakit keras," ucap Seruni lagi, kali ini suaranya sangat kecil hampir tak terdengar Joan saking lesuhnya.

Joan menghela nafas berat. Ia tau rasanya ada di posisi Seruni. "Kamu yang sabar ya, Neng," ucap Joan baik sambil mengelus punggung Seruni. "Kamu mau pulang ke kampung?" tanya Joan. "Teteh temenin kalo kamunya mau ngejenguk Bapak," Joan menawarkan diri untuk menemani Seruni.

Kesunyian menyelimuti mereka selama beberapa detik karena tak ada yang bersuara. Seruni sedang berpikir, dan Joan sedang menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Seruni. Kira-kira delapan detik, sampai akhirnya Seruni menjawab pertanyaan Joan dengan gerakan tubuhnya.

Ia menggeleng.

Joan tau rasaya menjadi Seruni. Joan-pun pernah berada di posisi Seruni. Saat orangtuanya sedang sakit, Joan baru bekerja di Jakarta. Dan peraturan di setiap kantor adalah tidak boleh mengambil cuti sebelum satu tahun bekerja. Akhirnya, beberapa bulan ia hanya menelpon Ibu Tuti, Ibunya Seruni untuk mengetahui keadaan Bapaknya. Ibu Joan sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena pesawat jatuh, waktu itu Ibunya di perjalanan pulang ingin kembali ke Indonesia setelah bekerja di Hong Kong.

Dan pada akhirnya, Joan hanya bisa menyesal karena setelah setahun Joan bekerja dan Joan minta cuti, saat di perjalanan itulah Bapaknya Joan meninggal. Tak ada yang bisa Joan lakukan kecuali menangis dan mengutuki dirinya sendiri sebagai anak yang durhaka.

Joan begitu tau rasanya ingin memeluk sang Ayah disaat ia sakit. Namun Joan heran, mengapa Seruni menggeleng.

"Kenapa atuh, Neng? Kamu ngga mau jenguk Bapak emangnya?" tanya Joan kaget. "Kalo masalah uang mah Teteh ada," lagi, Joan menawarkan diri untuk membantu seseorang yang sudah dianggap adiknya itu.

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang