Chap 14

60.9K 5.4K 147
                                    

Heiii, aku seneng banget bacain komen-komen dari kalian.. maaf ya belom bisa balesin satu per satu, tapi aku baca kok

Enjoyyy part ini yaa♡♡♡♡

  

Seruni kembali ke rumah kontrakannya dengan mata yang sedikit sembab. Ia sudah tidak menangis lagi karena tak ingin membuat Joan kawatir.

Walaupun sudah selesai menangis, tetap Joan tau karena ujung mata Seruni masih sedikit basah, namun Joan tak ingin menanyakan karena dipikirnya Seruni akan kembali menangis.

Laki-laki yang tadinya memerhatikan Seruni juga sempat mengikuti jejak gadis itu, sampai ia masuk rumah, baru laki-laki itu pergi.

"Ini minum dulu susunya," Joan memberikan susu coklat yang baru dibuatnya setelah Seruni sampai rumah.

Seruni menerimanya dengan lesu, tidak lupa mengucapkan 'terima kasih' pada Joan.

♚♚♚

Keesokan harinya, Seruni dan Joan melakukan aktivitas mereka seperti biasa. Joan pergi ke kantornya dan Seruni bekerja di rumah Bunda Rina, hari itu adalah jadwalnya untuk bekerja disana.

Seruni datang ke rumah itu sekitar jam 8 pagi. Rumah itu selalu sepi karena majikannya yang laki-laki pasti sudah berangkat kerja, nona kecil di rumah ini juga pasti sudah berangkat ke sekolah. Hanya menyisakan nyonya besar di rumah ini, Bunda Rina.

"Permisi, Bunda" ucap Seruni yang ingin lewat ke arah dapur.

"Iya, Bunda tau kok perusahaan disana sudah membaik --" ucap Bunda sambil memegang tabletnya, "... eh iya Seruni, udah dateng kamu" sambil menoleh ke belakang.

Seruni melihat siapa yang sedang menelpon majikannya, dan jantungnya sedikit berdegup kencang melihat wajah laki-laki itu. Wajah tegas namun memberi kesan hangat itu diam-diam Seruni rindukan. Wajah Rangga terpampang jelas disana.

Saling melirik satu sama lain, dalam hati berharap sapaan hangat atau setidaknya memberi senyum satu sama lain. Namun, mereka hanya menunggu, tak ada yang berinisiatif untuk melakukannya duluan, yang berakhir Rangga membuang tatapannya dengan sinis membuat Seruni menjadi sedih.

Akhirnya Seruni benar-benar pergi ke dapur.

Bunda Rina tau apa yang terjadi barusan. Pembantu rumah tangga yang ia anggap anak sendiri, juga anak kandungnya saling bertatap. Bunda juga tau tentang rasa yang diam-diam menyelinap di hati mereka, Bunda tau, Bunda Rina bisa merasakannya. Daniel, suaminya, dan Muna, anaknya, juga bisa merasakannya.

Tak ada yang melarang jika cinta tumbuh di hati keduanya. Toh, cinta ngga pernah memandang si kaya dan si miskin, kan?

"Kenapa?" tanya Bunda halus pada anak laki-lakinya.

Rangga hanya menjawab, kalau dia tidak apa-apa dan dijawab anggukan oleh Bunda. Bunda tau apa yang terjadi.

Tentang kehamilan Seruni, tentang pelukan di bandara, tentang telpon Rangga waktu itu. Bundanya mengerti kesalahpahaman ini.

"bunda mau kesana nanti malem," kata Bunda Rina.

Sontak mata Rangga membulat karena kaget mendengar ucapan Bundanya.

"Mau ngapain?" tanya Rangga.

"Ada yang mau Bunda lakuin disana, nanti Bunda nginep di apartement kamu aja, ya?" kata Bunda Rina.

Rangga hanya mengangguk.

Rangga dan Seruni berada di benua yang berbeda, namun mereka memiliki keinginan yang sama.

Sama-sama ingin disapa, tapi takut. Sama-sama ingin memiliki, tapi memilih untuk saling melepaskan.

Rangga sedikit celingukan untuk sekedar berharap Seruni kembali lewat, sebelumnya akhirnya menutup sambungan video call tersebut karena yang ia harapkan tak terjadi.

♚♚♚

Rangga membuka pesan yang masuk tengah malam ke e-mailnya. E-mail tersebut berasal dari sahabat sekaligus sekretarisnya di Jakarta. Farentio Abiyyu atau biasa di panggil Tio.

Aku menemukannya

Hanya dua kata. Rangga mengerutkan kening dibuatnya. jam sudah menunjukkan pukul 11 malam di Manhattan sana, berarti di Jakarta masih tengah hari. Maka Rangga putuskan untuk menghubungi si pengirim pesan tersebut.

Pada dering ketiga, Farentio Abiyyu mengangkat telpon dari Rangga.

"Kau sudah membaca e-mailku?" tanyanya.

"Ya, karena itu aku menelponmu" jawab Rangga santai. "'Apa yang kau temukan?" tanya Rangga

Tio berdecak di tempatnya duduk sekarang dan Rangga mendengarnya, namun, ia mencoba tak peduli.

"Aku menemukan gadis yang kau perkosa malam itu" jawab Tio malas.

"Oh ya? Jadi siapa namanya?" tanya Rangga antusias.

Mungkin ini awal dari pencariannya, dan ia harus menebus kesalahannya.

'Dengan memberi uang mungkin?' ucap Rangga pada dirinya sendiri. 'Oh, aku benar-benar seperto bajingan kalau melakukan itu' tuduh Rangga dalam hatinya.

Tio mendesah, "aku belum tau siapa namanya, tapi yang seingatku wajahnya benar-benar mirip dengan gadis malam itu" ucap Tio terdengar begitu yakin.

"Aku ragu, aku saja tak mengingat wajahnya" ucap Rangga skeptis.

"Hadeh bos," ucap Tio malas. "...sudah berapa kali kubilang, aku memang mabuk tapi aku masih bisa melihat wajah gadis itu" ucapnya dengan nada 'sok' tersinggung.

Rangga menghembuskan nafasnya santai. Ia sudah lupa berapa kali sahabatnya mengatakan itu. 'Lima, sepuluh, lima belas, ah lebih'

"Baiklah, cari tau lebih banyak tentang gadis itu, namanya siapa, tinggal dima--"

"aku sudah tau rumahnya, aku sempat membututinya" jawab Tio cepat.

"Oke, kau cari tau saja tentang dirinya lebih detail lagi, aku akan pulang setelah urusan di cabang sini benar-benar sudah selesai" ucap Rangga.

Lalu sambungan telpon terputus.

Rangga yang sedang duduk di balkon apartementnya lalu berdiri, menatap bintang yang kelap-kelip di awan gelap sana.

Memikirkan wajah manis Seruni yang tadi ia lihat saat video call bersama Bundanya. Lalu mengingat wajah cantik Kayla yang menemaninya ke taman kota kemarin malam. Lalu otaknya kembali mengingat pertemuan terakhirnya saat di Bandara beberapa bulan yang  lalu.

Rangga memejamkan matanya. Otaknya sedang memutar kenangan-kenangan singkat yang ia lakukan bersama Seruni. Ia tau ini salah, begitu salah.

  

heiii terima kasih sudah membaca dan memberi vomment di part kemaren.
Gimana part ini? Ini emang alur ceritanya rada lama ya heheheh

Kumasih menunggu vote dan komen dari kalian ♡♡♡

Jangan lupa baca ceritaku yang lain: Satu Cinta, Pernikahan Palsu dan Cinta untuk Bonita

TRS [1] : Night Accident ✅Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα