49. JOCHANDEL PART 2

1.9K 205 12
                                    

Jonathan meludahi wajahku, meludahi dadaku, lalu ludahnya dia jilat kembali. Kecepatan genjotannya makin lama makin terasa liar dan aku mungkin salah lihat tapi sepertinya wajahnya, untuk sesaat samar-samar tampak keemasan oleh rona darahnya sendiri. Dia tengah berada di puncak kenikmatan. Ayolah, cepat, keluarkan manimu hingga habis, lalu tidurlah dengan lelap!

Jonathan memejamkan matanya. Mencabut penisnya sebelum spermanya muncrat. Dia menahan agar tak orgasme. Sialan, sepertinya dia ingin berlama-lama. Padahal kami sudah melakukan ini selama satu jam. Dia tancapkan lagi penisnya dalam lubang anusku yang kian menganga setelah dijilati El beberapa kali. Lalu kembali mencecarku seperti boneka seks.

Jonathan menarikku ke pelukan, mengangkatku, menggendongku selagi mencoba berdiri dengan penis yang tertanam kuat di bawah sana, lalu kembali menyodomiku dengan posisi berdiri. Hentakannya kembali cepat dan liar. Aku dapat merasakan lidah El kembali menari di antara lubangku dan penis Jonathan. Rasanya begitu menyenangkan. Aku kira akan orgasme lebih dulu, tapi, kali kedua ini, aku berhasil menahan dorongan itu. Dan ketika Jonathan mulai terpejam dengan penis yang terdiam, kutahu bahwa dia telah selesai. Dapat kurasakan penisnya berdenyut-denyut dengan mani yang tertembak lebih dalam di anusku.

Saat matanya terpejam, kupikir dia telah lelah. Tapi ketika dia membuka mata, mulutnya menyeringai.

"Jangan tumpahkan maniku," katanya, lalu dia membaringkanku dan mencabut penisnya dengan perlahan agar mani itu tak bocor keluar. Lalu dia berbaring di sampingku seraya terengah-engah.

"Berjongkoklah di wajahku dan kembalikan mani itu padaku," pintanya.

Aku bangkit dan berjongkok di atas wajahnya. Mengarahkan lubang anusku di mulutnya. Membiarkan air mani dari dalam anusku meluncur turun berjatuhan layaknya air keran ke dalam mulutnya. Dia menenggaknnya hingga habis. Astaga, dia benar-benar predator pemakan segalanya. Bahkan boleh dibilang dia memakan dirinya sendiri. Dia terus menjilati sisa-sisa mani di bibir anusku hingga bersih mengilap dan menggigitinya pelan meski bagiku itu terasa cukup kasar dan membuatku melenguh sakit.

Mataku terbuka menatap penisnya yang tetap mencuat sekuat baja, setinggi menara, ya Tuhan, kapan dia akan tumbang. Apa minuman itu tak berefek padanya?

"Satu kali lagi. Aku sanggup satu kali lagi. Kau benar-benar memuaskan Chand," ujarnya. "Dan kali ini, ajak budak itu juga."

"Jangan cabuli dia kumohon," kataku terkesiap.

Jonathan mengangkat sebelah alis. "Tentu saja tak akan, dia mungkin bakalan langsung mati ketika penisku membobolnya. Maka dari itu kau yang masuki dia."

"Aku?"

"Kau lihat kan wajahnya? Dia benar-benar terangsang melihat kita. Lucu sekali," Jonathan menyeringai nakal.

Aku menatap El.

"El, kau mau?" tanyaku.

El menggangguk pelan. Aku tersenyum. Lalu kudekati dia. Kuangkat dagunya, kurasakan bibir mungilnya sekali lagi yang terasa selembut bayi.

"Ini akan menyakitkanmu," kataku.

"Aku bisa menahannya."

"Kau yakin?"

"Lakukan saja."

Aku menyuruhnya berbalik. Membungkuk seperti anjing. Kuludahi pantatnya. Kumasuki dengan dua jari. Dia mengerang tapi tidak melawan. Tidak menghindar. Dan malah berusaha menikmatinya. Mungkin dia menyadari cara kerjanya, dia melihatku dan dia mencoba merasakan apa yang aku rasakan. Dia hanya ingin membantu. Dia hanya ingin berusaha agar aku bisa kuat. Aku tahu itu. Aku menyadarinya.

Lalu kumulai masuki lubang pantatnya yang masih perawan itu. Terasa begitu sempit. Sangat sempit. Dia mengerang. Dia kesakitan namun tetap menahannya sekuat tenaga. Saat penisku amblas dengan susah payah ke dalam anusnya yang berdenyut-denyut, untuk sesaat dia merasakan kelegaan. Sama halnya denganku, yang saat ini tengah disodomi kembali oleh penis jumbo iblis itu lagi.

Vimana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang