29. BACK TO THE BIRDCAGES

2.2K 250 9
                                    

Waktu menunjukkan pukul 6 petang. Dani tengah terlelap di kamarnya. Dan Gil yang juga melakukan istirahat penuh di kamar yang sebelumnya kutempati sedangkan Anastasia tengah memasak sesuatu di dapur. Aku duduk di sofa sembari menonton siaran buram dari Dunia Lama yang sinyalnya tertangkap hingga ke Dead Blue. Bentuk Dunia Lama memang lebih menarik. Daratannya begitu luas. Terdapat beragam suku, ras, dan bahasa dengan keunikan tersendiri. Terdapat ratusan negara dengan hukum masing-masing. Meski tak ada teknologi secanggih Dunia Baru.

Aku berjalan menuju rak buku. Memperhatikan buku-buku yang tersusun di rak tersebut. Terdapat buku ilmu pengetahuan dan beberapa novel. Bahasanya tak kumengerti. Beragam bahasa dari Dunia Lama. Aku tak mungkin bisa membacanya tanpa mengenakan Pin Translator.

Terdengar pintu depan terbuka. Seseorang masuk ke dalam rumah. Dokter itu. Ayah Anastasia.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.

"Aku sudah sembuh," jawabku mengangguk. Dia melepas dasi birunya dan menggantung jas putih dokternya di gantungan baju.

"Baguslah. Sudah kuduga kau bakalan cepat sembuh. Di mana Anastasia?" tanyanya.

"Ya, Ayah ada apa?" tanya Anastasia keluar dari dapur.

"Apa yang terjadi? Kudengar dari tetangga mereka melihatmu berlumuran cairan emas?" heran ayahnya terlihat khawatir. Dia tahu bahwa cairan emas itu adalah darah. Raut wajahnya menegang.

"Aku baik-baik saja. Hanya saja... aku terpaksa melakukannya. Eksekutor itu mengejar dan hendak membunuh mereka berdua."

"Kau membunuhnya?"

Anastasia mengangguk. "Aku menenggelamkannya."

Ayahnya kemudian memeluk Anastasia dengan erat.

"Aku tidak apa-apa, Ayah," kata Anastasia buru-buru saat dirinya melihat raut wajah ayahnya itu tampak cemas.

"Ayah tahu. Hanya saja kau harus tetap hati-hati," ayahnya melepaskan pelukannya sembari menepuk bahu Anastasia beberapa kali.

"Kami sudah memutuskan. Akan memulai misi ini besok," ucap Anastasia.

"Kau sudah punya rencana?" tanya ayahnya.

Anastasia mengangguk. "Kami sudah merencanakannya dengan matang."

***

Malam ini, kami makan dalam meja makan yang sama. Gil dan Dani kami bangunkan untuk sekedar makan malam. Setelah itu mereka kembali melanjutkan tidurnya dengan bantuan obat tidur. Mereka harus memulihkan tubuhnya selama mungkin. Besok akan jadi hari yang panjang dan berat. Karena kuyakin setiap rencana-sematang apa pun itu-tak ada yang pernah berjalan mulus.

Aku pun harus istirahat. Aku tidur seranjang dengan Gil sementara Dani tidur bersama Ayah Anastasia. Sedangkan Antastasia sendiri memilih tidur di sofa.

Aku tidak bisa tidur nyenyak. Gil mendengkur begitu keras. Aku memiringkan badanku dan menutup telingaku dengan bantal. Lelaki ini bahkan kerap mengigau. Tangannya meraih-raih udara dan meracau dengan tidak jelas. Begitu menganggu. Aku mencoba memejam mata tapi kembali terbelalak saat dia memelukku dari belakang. Mulutnya berada dekat dengan leherku. Embusan napasnya membuat bulu kudukku meremang. Entah dengan keadaan sadar atau tidak tangannya dia gerakan ke arah celanaku. Meraba kemaluanku tanpa ragu. Aku hanya diam. Membiarkan jemarinya menelusuri tonjolan celanaku yang makin menggembung. Apa dia sedang mengigau? Atau hanya mengerjaiku? Jemarinya meremas kemaluanku yang keras dengan lembut.

Ah, dia pasti sengaja! Aku membalikan badanku. Tangannya terlepas dari dalam celanaku dan tanpa sengaja bibir kami bertemu. Matanya terbelalak seakan melihat hantu kemudian dia menghilang. Tiba-tiba menghilang begitu saja di hadapanku. Membuatku terkesiap dan jatuh dari ranjang.

Vimana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang