45.46.47. Skipped

3.1K 369 263
                                    

Part 45 46 dan setengah part 47 aku unpublish. Soalnya sudah jadi novel terpisah tentang kisah Johanna & Nathaniel yang berjudul A Superior's Pleasure, dan cuma ada versi cetak nya atau ebook di google book.
*************************************
Saat kubuka mataku pagi ini, gambaran kisah cinta mereka masih teringat dengan jelas. Cinta mereka begitu kokoh, tak terpisahkan, begitu dalam hingga aku sendiri pun iri melihatnya. Ibu... ayah... air mataku kembali turun di saat aku mengingat gambaran mengerikan setelah kebahagiaan mereka yang mereka alami dalam waktu singkat itu.

Jonathan tahu. Jonathan tahu mengenai hubungan terlarang itu. Dan dia hendak membunuh mereka bersama-sama. Dalam kepanikan yang dilanda ibu dan ayah, aku ingat mengenai percakapan terakhir mereka.

***

"Kita tak akan bisa bersama. Aku tak ingin sesuatu terjadi padamu," Nathan memeluknya dalam dekapan.

"Tidak. Aku tidak ingin berpisah. Jika harus mati. Aku ingin mati bersamamu."

"Tidak Johanna, aku tak ingin kau mati. Dan aku pun berjanji aku juga tak akan mati. Aku akan membujuk Jonathan. Dia itu kakek buyutku. Kuyakin dia bisa memberi pengecualian bagi kita berdua," Nathan melepaskan pelukan dan saling bertatapan.

"Tapi aku tidak mau melakukan seperti apa yang kau katakan."

"Ini demi anak kita, aku ingin menyelamatkan anak kita. Kita harus membiarkannya tetap hidup," kata Nathan mengelus perut Johanna yang belum tampak kehamilannya.

"Shen akan tahu bahwa ini bukan anaknya," tukas Johanna.

"Tak akan. Dia tak akan tahu. Jalankan skenario yang telah kususun. Menikahlah dengannya."

"Tapi aku tak mencintainya! Aku hanya mencintamu!"

"Aku tahu sayang. Aku lebih tahu daripada dirimu sendiri. Aku pun hanya mencintaimu seorang. Tapi ini demi kebaikan kita berdua—tidak—demi kebaikan kita bertiga," Nathan kembali mengelus perut Johanna.

"Apa kita tidak akan pernah bertemu lagi?" tanya Johanna meminta kepastian. Air matanya bersiap-siap untuk turun.

"Begini saja," Nathan menenangkan, "kumohon kau turuti keinginanku yang satu ini."

Meski enggan—sangat enggan—tapi mau tak mau Johanna akhirnya mengangguk.

"Pulanglah ke Silver Compass, menikah dengan Shen, dan rahasiakan hubungan kita dari siapa pun. 12 tahun kemudian, jika kau memang masih mencintaiku, kembalilah ke Holy Land bersama anak kita. Aku akan menunggumu di sini, lalu kita bisa bersama lagi. Setelah itu kita pergi dan tinggal di Dead Blue. Atau di dunia lama jika perlu."

"Kenapa kita tidak kabur saja sekarang," pinta Johanna mengusap air mata yang turun di pipinya.

"Aku tidak bisa melakukannya. Sebab ini rumit. Orangtuaku bisa meregang nyawa gara-gara aku dan para pribumi yang tak bersalah pasti bakalan terkena imbasnya. Aku yakin kau tak mau jika itu sampai terjadi, bukan?"

"Tapi 12 tahun sangatlah lama. Bagaimana jika mereka telah membunuhmu. Aku tak akan pernah tahu, Nathan!"

"Tidak sayang. 12 tahun itu sebentar. Kau tak akan kehilanganku. Aku ini abadi, ingat?" Nathan mencoba menghiburnya, "waktu 12 tahun itu akan kugunakan untuk medinginkan suasana, membujuk keluarga besarku atau menjalani hukuman ringan. Setidaknya itu lebih baik dari kematian. Johanna, bisakah kau melakukannya?" lengan Nathan meraba kedua pundaknya.

Johanna mengangguk pelan. Ingin sekali berkata tidak tapi dia pun sadar tak ada pilihan yang lebih baik selain menuruti kata-katanya.

"Aku akan melakukannya. Meski kita dipisahkan jarak dan waktu. Aku akan tetap mencintamu apa pun yang terjadi. Meskipun aku menikah dengan lelaki itu, percayalah, hatiku hanya untukmu."

Vimana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang