part 15

13.1K 1.7K 253
                                    

Backsound
Nilo- about you

Ini waktunya,
Segala yang kita jalani,
Dirampas dan tersingkir

Dan, kini,
Ini waktunya,
Ini waktunya kita berakhir.

***

"Jenn, tadi pagi papa dapat email dari kampus yang di Jerman, permintaan pindah kamu kesana sudah di approve."

Perkataan papa membuat gue menghentikan pergerakan tangan gue pada sendok dan garpu, "cepat juga ya pa." Respon gue datar.

"Iya, papa punya teman disana jadi papa minta punya kamu di prioritaskan."

Mama dan Jarden menatap gue walaupun masih berpura-pura sibuk dengan makanan mereka, "mama sudah minta si mbak buat beresin barang-barang kamu yang mau dibawa kesana, rencananya barang kamu mau mama kirimin aja jadi kakak tinggal bawa koper kecil aja dari sini."

Gue mencoba tersenyum, "makasih ma, besok Jenni akan minta persyaratan yang kurang sama pihak akademik."

Jarden menatap gue intens seperti menyelidik, "yakin lo? Udah mantep tuh mau pindah? Tar sebulan disana malah nangis-nangis minta balik."

"Adek," tegur papa, "kita sama-sama tau kan peraturan di rumah ini, papa gak mau anak papa ada yang plin plan. Papa yakin Jenni juga sudah tau kalau sudah memutuskan untuk pindah dan sampai ke tahap ini artinya kakak sudah gak bisa mundur lagi."

Semua mata menatap ke gue, "iya pa, Jenni gak berpikir untuk merubah keputusan. Jenni sudah mantap untuk pindah ke Jerman, sekalian nemenin Oma."

"Oma seneng loh denger kakak mau pindah kesana, dari kemarin udah bilang sama mama katanya kamar buat Jenni udah disiapin."

Gue menghela nafas lega, akhirnya keputusan gue untuk pindah begitu dimudahkan, bahkan mama yang gue pikir akan menentang keputusan gue untuk pindah aja ternyata menyetujui itu. Tanpa perdebatan sama sekali, disaat gue tau bahwa dari gue kecil sampai sekarang kita gak pernah tinggal terpisah.

Keluarga ini selalu terkumpul jadi satu walau papa harus pindah tugas dua kali dalam setahun sekalipun. Entah sudah berapa negara gue pindah dan merasakan pendidikan dengan cara yang berbeda-beda pula.

Gue pikir Indonesia akan menjadi tempat terakhir, awalnya gue pikir gue akan menetap, lulus kuliah, punya suami, lalu punya anak yang lucu-lucu yang akan gue urusin dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Tapi nyatanya gue terpaksa menjadi pengecut yang memilih untuk pergi walaupun gue gak tau kepergian gue ini akan membawa dampak seperti apa yang gue harapkan atau enggak.

Memulai hidup dari awal lagi di tanah kelahiran gue, menuntaskan gelar sarjana di Jerman, nemanin Oma di rumah dua lantainya yang teduh, nyiram bunga di halaman rumah Oma tiap sore, baca novel di ayunan kayu yang dulu dibikinin Opa saat gue masih kecil, lalu saat akhir pekan gue akan jalan-jalan ke pasar tradisional lalu pulangnya kita akan bikin cookies coklat yang gue suka.

Terdengar membahagiakan dan jauh lebih baik dari pada disini.

Gue akan mengubur semua yang ada disini, bertemu dengan orang-orang baru, meraih mimpi gue satu persatu.

Kok Putusin Gue? [TAMAT] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon