13

2.5K 398 169
                                    


"Duh, kenapa ngintilin gue mulu sih?" desis Jiho sambil mendelik galak ke arah Jaehyun yang berdiri tepat di belakangnya. Sejak kegiatan lomba dimulai tadi pagi, sampai sekarang menjelang istirahat makan siang, Jaehyun terus membuntuti kemanapun Jiho pergi.

Awalnya Jiho biasa saja, mungkin Jaehyun sekalian cari temannya. Tapi enggak. Lama-lama Jiho jadi risih. Kalo Jaehyun dekat-dekat terus, kan Jiho bingung. Objek di belakangnya lebih bagus daripada objek tugasnya.

"Bosen gue Ji."

"Nonton yang lomba apa ikut supporteran kan bisa, kenapa ngikut gue?"

"... Pengen aja."

"Lo kan keliling terus, jadi gue gak bosen," tambah Jaehyun cepat-cepat.

Jiho mendengus pelan lalu kembali mengatur kamera di tangannya, berusaha menangkap momen anak kelas sepuluh yang menyampaikan mosi dengan berapi-api di panggung aula sekolah. Wajar sih, karena ini babak final yang ditonton banyak orang. Dengar-dengar peserta debat terbaik bakal automatis jadi anggota tim debat sekolah.

"Ji."

"Apa?"

"Nanti pulang bareng Eunwoo nggak?"

Jiho memegangi strap kameranya erat-erat, takut hilang fokus lalu menjatuhkan kado dari Papa itu. Bisa-bisanya Jaehyun menanyakan Eunwoo padahal kemarin secara nggak langsung mereka perang dingin karena oknum yang sama.

"Ng, enggak... kayaknya. Kenapa?"

"Oh..."

Menutupi grogi Jiho berpindah ke barisan penonton paling belakang, kini berniat menangkap suasana debat lebih luas. Jaehyun mengikuti, persis seperti anak bebek mengikuti induknya.

"Jiho."

"Apa sih, jangan berisik."

Jiho berdehem. Tiba-tiba sadar aroma parfum Jaehyun semakin kuat di indra penciumannya.

"Mau makan es krim gak?"

"Hm?"

Jiho, dengan senyum lebar, refleks membalikkan badannya waktu dengar kata 'es krim'. Lupa Jaehyun berdiri sangat dekat di belakangnya. Lupa tangan kanan Jaehyun masih digips karena patah.

Cowok itu mengaduh ketika lengan Jiho menyinggung tangan kanannya yang menghadiahi mereka tatapan 'apaan sih' dari sebagian penonton.

Jiho memekik tertahan, "Jae, gapapa kan? Sakit ya? Aduuuh maafin gueee, gak sengaja."

Melihat ekspresi panik dan mata Jiho yang hampir berkaca-kaca malah bikin Jaehyun senyum. Lucu soalnya. Padahal Jiho betulan takut tangan Jaehyun tambah parah.

"Gak, gak apa-apa. Ngilu doang," Jaehyun nyengir, lalu mengetuk gipsnya dengan ujung jari kiri, "gak bakal kenapa-napa."

Tapi Jiho masih memberi tatapan khawatir, "beneran gapapa?"

"Beneran, ngapain gue bohong," Jaehyun mengacak rambut Jiho gemas.

"Jadi makan es krim kan?"

Jiho mengangguk.


***


Mereka berdua berakhir di kedai es krim deket sekolah, tempat Eunwoo dan Jiho ngobrol tempo hari. Jiho tanpa ragu memesan es krim cokelat favoritnya, sementara Jaehyun cuma beli milkshake, menghindari makan pake tangan.

"Ji."

"Hm?" Jiho melirik Jaehyun sebentar, lalu fokus lagi ke es krimnya.

"Gue mau kasih tau sesuatu. Nih barusan abis dibisikin."

Jiho menatap Jaehyun horror. Di sebelah Jaehyun gak ada siapa-siapa. Kepalanya beneran gak apa-apa? Kok dari tadi aneh?

"Mau denger gak?"

"Hah, iya iya."

"Jaehyun gak suka Chaeyeon. Jiho kan baca askfmnya. Jaehyun lebih milih Jiho."

Es krim yang barusan Jiho makan jadi terasa ratusan kali lebih dingin. Pasti dikomporin Eunha nih, makanya ngomong kayak gini, batin Jiho. Cewek itu bikin note dalam hati buat melabrak Eunha nanti.

Tapi, gak bohong, Jiho entah kenapa merasa agak lega. Meskipun mereka sudah berinteraksi seolah gak terjadi apa-apa, rasanya beda. Kayak ada dinding penghalang.

"... Oh. Terus?"

"Jangan dipotong dulu, belum selesai."

Jiho diam, menunggu. Tapi Jaehyun gak ngomong, malah mengusap-usap tengkuk.

"Tuh kan gue grogi."

"Dih, apa sih," Jiho jadi ketawa meskipun gak ada yang lucu.

"Jaehyun sukanya sama Jiho. Tapi Jaehyun gak tau, Jiho suka sama dia juga gak? Apalagi Jiho masih deket sama mantannya, kan Jaehyun takut Jiho gamon."

Jiho pengen lari keluar, ke manapun, lalu teriak sampai suaranya habis.

Eh, tapi pasti gak bisa. Lutut Jiho lemas, sepertinya ikut meleleh bersama es krim di mangkok.

Jiho berdehem sambil meremas ujung rok seragamnya, berdoa mudah-mudahan muka dan suaranya nggak saling mengkhianati.

"Iya."

"Ha?" Jaehyun mengangkat alisnya bingung. Tuh kan, Jiho pengen ketawa lagi, "apanya iya?"

"Iya bilangin, Jiho juga suka sama dia."

Kalau sekarang posisinya mereka nggak sedang ngobrol langsung, face-to-face, dan Jiho lagi ada di kamarnya, pasti Jiho sudah menutupi  mukanya dengan bantal. Malu. Apalagi semuanya mendadak terasa panas.

Nyatanya, Jiho ada di depan Jaehyun sekarang, dan dia bisa liat senyum cowok itu dengan jelas.

"Kata Jaehyun... Kata Jaehyun nih ya. Jiho mau jadi pacarnya Jaehyun gak?"

Jiho meremas ujung roknya lebih keras. Mampus mampus mampus. Detak jantung Jiho berdentum di telinganya sendiri. Jiho takut orang lain, apalagi Jaehyun, bisa mendengar. Ditambah wajahnya yang terasa panas pasti sekarang bersemu kemerahan.

"Gak mau. Lo nyebelin."

Senyum Jaehyun seketika lenyap, "kok gitu?"

"Itu kan kata gue. Kalo kata Jiho, mau."

Masa bodo. Siapa juga yang mulai ngobrol pake sudut pandang orang ketiga?

"Hehe, sini dong. Mau peluk."

"ENAK AJA."



















fin.





















Hehehe.

Hi, HelloWhere stories live. Discover now