O7

2.4K 471 35
                                    


"Hhh, capek," keluh Jiho segera setelah mendarat di kursi bus.

Selesai makan dan naik ferris wheel, Jiho dan Jaehyun memutuskan untuk pulang. Takutnya susah nyari kendaraan umum kalau terlalu larut. Di luar langit sudah gelap. Sumber cahaya yang awalnya matahari berubah jadi lampu-lampu jalan.

"Kayak abis bersih-bersih satu taman bermain aja," Jaehyun yang di sebelahnya komentar.

"Berisik."

Jiho heran, Jaehyun nggak kelihatan capek sama sekali. Padahal mereka udah jalan keliling amusement park yang besar, belum lagi naik wahana-wahana. Jiho merasa tulangnya seperti remuk.

Cewek itu menempelkan dahinya di kaca jendela sambil memperhatikan orang-orang di luar. Bodo amat muka kucelnya terliihat aneh. Kaca jendela bus dingin karena kena AC, Jiho suka.

"Kalo mau tidur, tidur aja. Ntar gue bangunin."

Jiho mengangguk pelan, lalu mengubah posisi duduk ke yang lebih nyaman.


***


Hal pertama yang Jiho periksa waktu ia terbangun adalah ponselnya. Hampir jam 9, tapi nggak ada SMS atau chat dari Mama. Tumben. Biasanya kalau Jiho belum pulang lewat dari jam 7, Mama spam SMS, chat, dan missed call.

Hal kedua yang diperiksa adalah Jaehyun. Cowok itu duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Matanya tertutup tapi kepalanya nggak goyang sama sekali. Kalau lagi tidur begini muka Jaehyun jadi polos banget, kayak anak kecil.

Tunggu.

Jaehyun kan yang tadi bilang mau bangunin Jiho?

Jiho mengalihkan pandang ke luar jendela. Semua bangunan yang baru mereka lewati terasa asing.

Astaga.

"Jahe."

Jiho menghela napas, lalu segera menepuk bahu Jaehyun.

"Jaehyun."

Cowok itu menggumam, tapi nggak membuka mata. Jiho sama sekali nggak berniat untuk panik tapi kalau Jaehyun masih nggak bangun sampai busnya berhenti di terminal terakhir, gimana?

Tinggal satu cara.

"JUNG JAEHYUN!" dan sebuah cubitan di perut sukses membuat mata Jaehyun terbuka.

"Aw! Hah. Kenapa..."

Cowok itu berkedip kebingungan dan Jiho marah pada dirinya sendiri karena sempat-sempatnya merasa gemas pada saat seperti ini.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar, berusaha mengusir kantuk, lalu melihat sekeliling. Butuh beberapa detik sampai Jaehyun melihat ke luar jendela dan wajah Jiho bergantian lalu menepuk dahinya keras.

"ANJ— Jiho sori gue ketiduran!"

Jiho cuma meringis. Berbagai macam ekspresi muncul di wajah Jaehyun, antara kaget, panik, merasa bersalah dan merasa bego. Tadinya mau ngambek tapi jadi nggak tega.

"Astaga. Jiho. Maafin gue plis gue—"

"Iya, hush diem."

"Kita turun di halte depan aja, gue pesenin taksi," Jaehyun, sekali lagi, mengusap wajahnya kasar, "gue anterin."

"Ha? Gak usah—"

"Udah gila ya? Mau pulang ke tempat lain?"

Jiho merengut. Kok jadi dia yang kena semprot?

"Ya udah iya."


***


Nyali Jiho rasanya jadi ciut waktu melihat Mama dan Papa duduk menunggu di teras. Pulang malam, apalagi bareng cowok sama aja kayak minta Papa mengadakan kuliah tentang betapa bahayanya dunia luar karena marak tindak kriminal dengan korban perempuan berdurasi satu jam. Beda sama Jaehyun yang malah dengan percaya dirinya turun dari taksi lalu mencium tangan Mama dan Papa, padahal Jiho sudah melarang.

"Oh, jadi ini Jaehyun, ya?" sapa Mama dengan wajah berseri-seri, "Jaehyun mau mampir dulu? Makan malem? Apa nginep aja, ini udah malem."

"Mama," rengek Jiho sambil menggamit lengan Mama.

"Eh? Nggak usah Tante, Jaehyun langsung pulang aja, kasian supir taksinya masih nungguin."

"Ya udah kalo gitu. Hati-hati ya."

"Makasih udah nganter, Jahe."

"Pulang dulu Tante, Om," Jaehyun senyum lagi sebelum masuk ke taksi dan menghilang dari pandangan.

"Kamu gak pernah cerita deket sama cowok," protes Papa begitu mereka masuk rumah, padahal dari tadi diam. Diam-diam mengawasi, maksudnya.

"Nggak deket kok, biasa aja. Lagian kalo cerita ntar anaknya Papa apa-apain."

Pernah waktu SMP, Jiho ada kerja kelompok dan mengharuskan dia pulang lebih sore dari biasanya. Kebetulan Jiho sampai rumah waktu Papa lagi parkir mobil. Teman sekelompoknya yang waktu itu mengantar harus sabar diinterogasi. Besoknya dia terang-terangan gak mau mengantar Jiho pulang lagi.

"Jaehyun ganteng, ya? Kalo cowok model Jaehyun kamu boleh deh pacarin."

"Mama kenapa sih. Abis nonton drama yang di laptop ya?" Jiho menatap mamanya heran. Minta penjelasan Papa, tapi yang ditanya juga cuma mengangkat bahu tanda gak tau.


***


"Kantin, Ji!"

Jiho menurut diajak Sujeong dan cewek-cewek kelas lainnya. Setelah upacara harusnya jam olahraga, tapi guru-guru rapat, dan guru mereka juga nggak memberi perintah apapun. Lagipula, kapan sih, Jiho semangat olahraga? Ikut pemanasan aja udah bagus.

As expected, kantin rame. Kebetulan anak-anak cowok udah dapet tempat duduk duluan, jadi yang cewek bisa ikutan. Abis beli sandwich sama susu, Jiho langsung gabung. Dia nggak sempat sarapan tadi pagi, gara-gara chat semalaman sama oknum bernama Jung Jaehyun sampai telat bangun.

Ngomongin Jaehyun, Mama sama Papa di rumah jadi sering ngeledek Jiho pakai namanya. Bentar-bentar, 'Pacarnya Jaehyun, bantu Mama dong!' atau 'Nonton drama mulu, nanti Jaehyun nyari cewek baru.'. Yang paling parah adalah kalau Mama bilang 'Jiho, bangun, udah ditungguin Jaehyun.' padahal gak ada siapa-siapa. Jiho sampai capek bilang Jaehyun bukan pacarnya, mereka gak ada apa-apa, tapi Mama sama Papa mana mau percaya.

"Mudah-mudahan rapatnya sampe pulang lah. Males gue," sungut Yuju sambil menyenderkan kepalanya di pundak Jiho. Yang diajak ngobrol cuma manggut-manggut, fokus tetap sama makanan.

Hik.

Jiho cegukan. Yuju ketawa ngakak.

"Ji, cegukan lo lucu banget sih ada bunyinya."

Hik.

Jiho buru-buru minum susunya sampai habis. Tapi bunyinya masih keluar.

"Katanya kalo dikagetin cegukannya bakal berhenti," komentar Mingyu sambil senyum. Feeling Jiho gak enak. Senyum Mingyu terlihat sangat berarti.

"Ji, Jaehyun punya pacar loh," celetuk Eunha.

Tuh, kan? Jiho Cuma bisa merutuk dalam hati sambil berdoa semoga cegukannya lanjut.

Tapi enggak.

Cegukannya berhenti.

Bagus sekali.

"BERHENTI HAHAHAHAHA."

Semua yang di meja itu, mulai dari Yuju, Eunha, Mingyu, Sujeong, Yugyeom, Junhoe, tertawa puas sampai diperhatikan orang-orang yang ada di kantin. Rasanya Jiho mau kubur diri aja.


***

Hi, HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang