14 - Bertemu, Lagi

9 0 0
                                    

Tia berjalan gontai menelusuri lorong sekolah. Sejak kemarin otaknya tidak bisa berhenti memikirkan soal Dhani. Awalnya Tia memang cuma penasaran, tapi setelah dicari tahu lebih dalam, rasa keingintahuan Tia tumbuh menjadi besar. Seakan-akan hatinya memang sudah diprogram untuk membuka jalan menuju ingatan masa lalunya dan kini Tia tidak bisa kembali lagi. Setelah diberi tahu pasal Dhani oleh Bu Win, Tia merasa sesuatu mendorongnya untuk mencari tahu. Namun setidaknya rasa keingintahuan itu sedikit terbayar setelah bertanya kepada mama dan kakaknya.

Tia berhenti tepat di depan pintu kelas. Melamun sedikit. Tak berlama-lama, Tia menggelengkan kepalanya cepat lalu menepuk sedikit pipinya. Setelah semua nyawanya terkumpul, Tia kembali melangkahkan kaki menuju bangku miliknya yang berada di deret paling belakang.

Tia menyampirkan tasnya di kursi dan duduk dengan tenang. Ia memandangi ruang kelasnya.

Sepi.

Tia terlalu fokus pada dunianya sendiri hingga ia baru sadar kalau kelas masih dalam keadaan sepi. Tia menjadi yang pertama. Rekor dunia bro.

Tik...tok...tik...tok...

Suara dentingan jam dinding sampai ke telinga Tia. Pukul 06.04. Masih terlalu pagi. Tia menguap, ia benar-benar mengantuk. Ini semua gara-gara otak sialannya sehingga Tia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan Dhani Dhani entah siapa itu.

Tia menopang dagu, pandangannya terpusat pada bangku sebelah kanannya. Ah... benar juga. Kemarin Dion marah, gimana kabarnya ya? batin Tia.

Kemarin setelah Tia sok menasehati Dion, Dion langsung marah dan pergi begitu saja. Tia menjadi tidak yakin kalau Dion itu cowok tulen karena selain mukanya datar alias nggak berekspresi Dion orangnya pemarah kayak cewek lagi PMS, gitu 😰. Tia akui kalau dia yang salah. Tapi, kalau minta maaf, ugh... Dion pasti sok jual mahal. Males...

Tia sedikit membungkukkan badan dan meletakkan kepalanya di atas meja. Tia lelah lahir batin. Belum kelar masalah soal Dhani nggak jelas itu sekarang malah masalah Dion nyempil di otaknya.

Tia memejamkan matanya, ia benar-benar mengantuk.

.
.
.

Dunia terasa berguncang. Tia terbangun karena merasa terganggu dengan guncangan tersebut.

"Shin, bangun! Udah mau masuk nih!" seru Sarah, orang yang mengguncang tubuh Tia yang tertidur.

Sedikit demi sedikit nyawa Tia terkumpul. Ia mengucek matanya dan melihat ke arah jam dinding. Pukul 06.40. Berarti ia sudah terlelap selama kurang lebih 36 menit.

"Kamu udah kayak kebo aja," ejek Sarah.

Tia menoleh ke arah Sarah dan berkata, "Jangan samakan aku dengan kebo. Kebo itu si Dion."

Merasa namanya dibawa-bawa Dion langsung menyela. "Jangan bawa-bawa namaku," protes Dion.

Tia terjengit, dia tidak menyangka kalau orang yang tengah dicelanya ada dekat di seberang bangkunya. Tia mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajah ke arah Sarah.

"Jangan kau pikir aku akan melupakan kejadian kemarin," bisik Dion dengan nada berat. Begitu mendengar, Tia tetap diam membisu. Kali ini dia benar-benar bingung antara malu, marah, cemas, dan jengkel semua menjadi satu.

"Shin, ada apa sih?" tanya Sarah.

Tia membisiki Sarah dengan nada yang yang lirih untuk menghindari Dion menguping. "Nanti aku ceritain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Past or The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang