10 - Siapa

25 2 0
                                    

Warung Bu Win adalah tujuan Tia saat ini. Langkah kakinya terasa berat dan tidak bersemangat. Muka yang ditekuk menunjukkan bahwa saat ini dia sedang kesal.

Bagaimana tidak kesal, sewaktu dia sedang asyik nonton live streaming konser boyband Korea kesukaannya lewat Youtube, kakaknya tiba-tiba muncul dan mematikan ponselnya. Saat Tia ingin memarahinya, Ardan malah menyuruhnya pergi ke warung untuk membeli pesanan mama. Jelas Tia nggak mau dong. Yang disuruh beli kan Ardan, kenapa juga harus Tia yang melakukan. Namun Ardan bersikeras melimpahkan tanggung jawab kepada Tia. Ardan beralasan bahwa ia ada janji dengan pacarnya saat itu juga. Dan Ardan bukan tipe cowok yang suka membuat cewek menunggu.

Dengan alasan semacam itu mana mungkin Tia mau. Tapi Ardan malah menantangnya batu kertas gunting. Yang kalah harus pergi ke warung. Akhirnya takdir sejalan dengan Ardan, Tia kalah. Terpaksa Tia yang harus pergi.

Sangat menyebalkan! batin Tia.

Sampailah Tia di warung Bu Win. "Assalamualaikum, bu," salam Tia.

Bu Win muncul dari balik pintu, "Waalaikumsalam, eh, nak Shintia, to. Mau beli apa nak?" tanya Bu Win.

"Mie gorengnya lima sama susu coklat satu renteng aja buk," jawab Tia.

Sembari menunggu Bu Win mengambilkan belanjaannya, Tia menyandar ke dinding dan merenung sejenak. Semoga konsernya belum selesai, amin! harapnya dalam hati.

Saking khusyuknya berdoa, Tia sampai tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Sudut bibir orang itu sedikit terangkat.

Akhirnya kita bertemu lagi, Tia, batin orang itu.

Orang itu berjalan melewati Tia yang sedang khusyuk berdoa. Ia berhenti tepat di depan warung Bu Win. "Permisi, buk, saya mau beli garam dan gula jawa," ucap orang itu.

"Tunggu sebentar ya nak. Nak Tia, ini sudah ibu bungkuskan, semuanya dua puluh empat ribu," tutur Bu Win.

Tia keluar dari alam bawah sadarnya, "Ah, ini buk uangnya. Maaf saya melamun," ucap Tia setelah tersadar.

Tia mengambil belanjaannya tanpa menyadari seseorang yang terus memperhatikannya, padahal orang itu berada tepat di sampingnya. Orang itu meneliti semua gerak gerik Tia tanpa terkecuali. Benar-benar tidak ada yang berubah, batinnya.

Setalah mendapat belanjaannya, Tia segera mengucapkan terima kasih dan berniat pulang. Namun niatannya untuk segera pulang dihentikan oleh sebuah tangan yang meraih lengan tangannya.

Tia menoleh dan mendapati orang itu sedang memegang lengan tangannya. "Maaf, ada apa ya?" tanya Tia.

"Kau masih ingat aku?" Bukannya menjawab orang itu malah balik bertanya.

"Anda siapa ya?"

Jantung orang itu berdebar kencang. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Perasaan kecewa melanda hatinya.

Orang itu melepaskan pegangan tangannya, "Maaf, sepertinya saya salah orang," kata orang itu.

Dasar orang aneh, batin Tia.

Segera Tia meninggalkan warung dan meninggalkan orang itu dalam kekecewaan. Aku tidak salah orang, batin orang itu meyakinkan diri.

"Maaf lama, ini belanjaannya, semuanya lima belas ribu," suara Bu Win menginstrupsi.

"Terima kasih buk, ini uangnya," ucap orang itu.

"Nak, kamu yang pindah dari Jakarta itu ya?" tanya Bu Win.

"Iya, buk."

"Wah... semoga betah ya tinggal di Jogja."

Orang itu tersenyum.

The Past or The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang