Chapter 16 [Again, Begin]

4K 376 11
                                    

Kim Tae Hyung tampak gelisah menunggu seseorang di depan gedung kampus. Pukul delapan tepat, sedari tadi kepalanya berputar seolah mengacak-acak seluruh otak guna mencari jawaban pas yang sedari tadi pertanyaan tak berpemilik itu mengganggu. Salah satu kaki mengayun-ayun. Seolah menggambarkan kebosanan serta kebingungan yang terus meradang.

Tak lama, bau semerbak yang ia tunggu menguar menandakan seorang itu telah keluar dari dalam; perpustakaan. "Lama sekali." Decak Tae Hyung kemudian menarik lengan gadis itu. Sedikit meronta itu adalah kebiasaan lama gadis yang ia bawa ke parkiran.

"Kenapa kau menarikku?" Ketus Im Na Young melepaskan cengkeraman tangan Tae Hyung. Wajah cantik merengut itu menggemaskan, Tae Hyung hampir lupa diri jika saja ia tidak mengingat lontaran kata dari telepon beberapa jam yang lalu. Pria itu, dia menitipkan Im Na Young padanya. Mengantarkan Na Young sampai pada pintu apartment hingga perlu. Entah mengapa, Tae Hyung menurut. Ia hanya berfikir, 'oh mungkin ada masalah darurat.' Namun, itu menghalangi otaknya untuk berfikir lebih jernih lagi saat mengingat wanita itu serta Na Young yang kini menekuk wajah cantiknya.

"Kau mau menculikku, ya?" Na Young menuduh, menunjuk wajah Tae Hyung dengan ujung jari telunjuk. Kedua bola mata indah itu menyipit memperhatikan mimik wajah Tae Hyung yang terlihat serius dan tidak seperti biasanya. Ia mendelik, menelisik ke dalam isi otak pemuda porselen yang masih bergeming.

Tae Hyung terkesiap saat jentik jari mengejutkan. "Hm?" Na Young berdecak kesal, ia terlalu penasaran. Namun pria dihadapannya tak mungkin dengan sesuka hati memberitahu apa yang membebani otak kosong itu. Kosong? Ya, otak pria itu tidak pernah berfikir keras. Hanya sedikit memutar otak tak perlu mengeluarkan keringat, sangat disayangkan karena otak seperti itu ia gunakan untuk hal tak bermanfaat.

"Jung Kook menyuruhku mengantarmu, dia ada urusan."

Na Young mengangguk paham, sangat paham. Mungkin wanita itu yang membuat Jung Kook menitipkan dirinya pada Tae Hyung, yang sejatinya adalah mantan kekasih dari Im Na Young. Ia sudah terlalu sering diperlakukan seperti ini, diperlakukan layaknya dirinya adalah yang kedua. Kendati demikian, Na Young mematung layaknya batu ketika tangan kekar itu menangkup wajah cantiknya. Seolah ada badai yang menerjang, ia gopoh. Tangan mungil itu mengeluarkan keringat dingin. "Jangan berpikiran macam-macam." Kembali. Na Young seolah dihempas jatuh ke dalam jurang sedalam berapa ratus kilometer, benar-benar sangat menyiksa.

Ia menggeleng kecil dalam hati, Na Young benar layaknya wanita bodoh yang mengharapkan kejadian serupa pada drama yang sering ia tonton. Jujur saja, ia merasa rendah telah memikirkan hal itu, yang langsung menjurus pada Kim Tae Hyung. Tak seharusnya bukan? Tidak seharusnya ia berfikir bahwa Tae Hyung akan menciumnya. Wajah meronta itu kembali di tekuk, membuang napas kecewa.

***

Naomi mengukir senyum tipis tatkala menemukan Jeon Jung Kook sudah menjatuhkan diri pada sofa di ruang tamu. Ia beranjak mendekati Jung Kook yang terlihat jelas sekali sangat lelah. Duduk menempel pada pria bergigi kelinci dan menjejakkan tangan mungil menelusuri wajah tampan Jung Kook tanpa celah. Jung Kook membuka sedikit mata tertutup sejenak melirik wajah manis Naomi sekilas. Kecupan hangat dan dalam mendarat tepat pada puncak kepala Naomi.

Naomi tersenyum manis tatkala tatapan Jung Kook mengarah padanya, Jung Kook mengusap lembut rambut panjang Naomi. "Kau sudah makan, 'kan?" Naomi mengangguk ketika mendengar lontaran tanya yang baru ia dapat sejak pria itu masuk ke dalam apartment. Jung Kook mengulas senyum kembali mengusap lembut rambut Naomi, otaknya kembali saat dimana Jung So Ryung mengatakan sesuatu tadi. Sesuatu yang langsung teringat saat ini.

"Kau ingin aku membuatkanmu makanan?"

Jung Kook menggeleng kecil sambil mengumbar senyum. Naomi terheran-heran dan sedikit berjengit melihat Jung Kook. "Aku merindukanmu," entah mengapa Jung Kook dengan santai mengatakannya, seolah ia benar-benar merindukan seorang Naomi Park. Namun lagi, Naomi tersenyum mengelus rahang tegas Jung Kook. "Aku menginginkanmu, Naomi."

Justice - Jeon Jung Kook [COMPLETE]Where stories live. Discover now