Chapter 4 [Promise]

5K 456 20
                                    

Kaki wanita itu diambang trotoar. Entah ingin menapak atau tidak. Segala pesakitan di dalam diri terus hadir membuat hati kian sesak. Yang ia pikirkan hanya bayi yang saat ini ia kandung. Tangan mengelus perut yang masih rata. Ia bergumam ringan seraya menyunggingkan senyum manis mengingat seseorang yang entah sejak kapan sudah mulai peduli padanya.

"Kira-kira Ayahmu sudah pulang atau belum, ya? Kita mengunjunginya?" Monolog wanita itu menunduk menatap perut rata yang terus ia elus. Tangan melambai setelah memutuskan akan mengunjungi sang suami. Menghentikan sebuah taksi untuk mengantar ke tujuan utama, kantor sang suami.

Setelah sampai, kaki melangkah. Senyum lebar menyapa beberapa pegawai yang berlalu lalang. Ia melewati seorang karyawan, berusia sedikit lebih tua dari Na Young. "Jung Kook di dalam?" Tanya Na Young pada karyawan yang diyakini adalah sekretaris sang suami.

"Ada Nona, tapi...." jawab sang sekretaris terpotong ketika melihat tangan Na Young sudah memutar knop pintu dan membuka pintu lebar. Mata wanita mencelos, mulut terbuka melihat sesuatu yang tidak sehatusnya ia lihat.

Seorang wanita yang sama yang ia lihat di taman beberapa waktu lalu bersama sang suami. Duduk di pangkuan sang suami dengan keadaan yang membuat dada Na Young sesak. Baju berantakan serta tatanan rambut urakan, mereka bercumbu mesra di dalam ruangan kerja Jung Kook. Na Young tak kuasa. Gegas memacu langkah meninggalkan tempat sebelum kedatangannya tercium oleh pria itu.

"Maaf, Presdir... Nona...."

Mata Jung Kook terlihat kebingungan menatap sang sekretaris berdiri gugup dekat pintu. Sang sekertaris berdiri sendiri sambil menunduk takut melihat ke arah Jung Kook. "Ada apa?" Tanya Jung Kook dingin memegang pinggul gadis yang baru saja ia cumbu untuk berdiri merapikan tatanan baju dan rambut.

"Nona... Nona baru saja datang dan...." jawab sekertaris Jung Kook gugup. Mata Jung Kook tak lagi menunjukkan ekspresi bingung. Ia mengerti ke mana arah pembicaraan sang sekretaris. "Di mana dia?" Tanya Jung Kook berjalan cepat menuju pintu di mana terdapat sang sekertaris berdiri.

"Dia pergi, Tuan," lirih sang sekertaris.

Setelah itu tak ada lagi Jung Kook. Hanya bayangan dan meninggalkan seorang gadis di dalam ruang kerja Jung Kook yang menatap sekretaris Jung Kook dengan wajah tidak suka. "Harusnya katakan dulu sebelum dia masuk. Jika begini, aku lagi yang ditinggalkan oleh kekasihku. Dasar bodoh." Wanita itu mencela membuat sekertaris Jung Kook menunduk.

"Maaf Nona, saya tidak tahu jika Nona Na Young akan masuk begitu saja."

***

Sementara kaki Na Young benar-benar sudah melemah. Sangat melemah. Tubuh wanita itu bergetar hebat. Dada semakin sesak mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia tersungkur di atas paving bersama para pejalan kaki yang berlalu lalang. Tangis semakin pecah. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan semua pria yang tengah mempermainkannya. Tangan Na Young memukul-mukul dada kiri keras-keras. Ia tahu ia tak patut cemburu. Tapi apa arti rasa sakit ini jika bukan cemburu?

Angin berhembus membuat hawa dingin begitu menusuk tulang belulang. Kepalan tangan mungil Na Young kembali merutuki segala kebodohan. Memukul dada yang semakin menyesakkan.

Tubuh bergetar menampilkan keraguan atas tangan yang kini bersarang pada bahu kiri. "Tae Hyung... Kenapa dunia begitu tidak adil?" gumam Na Young lalu kembali terisak tanpa menoleh melihat seseorang yang kini mendekap erat dari arah belakang.

"Kita pulang," bisik pria bersuara bass itu menginterupsi membuat Na Young mendongak. Ia tahu betul suara itu lantas menoleh. Manik hitam Na Young bertemu pandang dengan pemilik manik hitam senada. Tampan.

Na Young tercekat. Jantung berdegup kencang. Ini Jeon Jung Kook bukan Kim Tae Hyung. Kaki gegas menumpu membawa tubuh berdiri menatap nyalak Jung Kook.

Justice - Jeon Jung Kook [COMPLETE]Where stories live. Discover now