Chapter 26

9.7K 183 29
                                    

WARNING! Sexual content ahead!
READ WITH YOUR OWN RISK
Maafkan diriku, akhirnya baru bisa update :)
Komen ya :")
Sorry, short chapter
-
-
Aku melangkahkan kakiku masuk ke pekarangan rumah, suasana terasa sunyi mengingat ini sudah hampir pukul satu malam. Aku mencari kunci rumah di sakuku dan membuka pintu lalu pergi ke kamarku sesudah mengunci pintu itu kembali. Butuh beberapa saat untukku menaiki tangga dan akhirnya aku sampai dan merebahkan tubuhku ke tempat tidur.

Aku tak menangis lagi pada titik ini, aku hanya diam, aku bahkan tak merasakan apapun kecuali kekosongan di rongga dadaku. Aku menggapai ponselku dan segera memanggil salah satu orang yang ku harap bisa membantuku, niall. Tapi berkali kali aku mencoba untuk menghubunginya, tak ada satupun yang ia jawab. Aku mulai menyesali lagi kejadian beberapa saat lalu saat aku menyuruhnya untuk pergi. Aku memang menyuruhnya untuk pergi, tapi aku tidak bermaksud menyuruhnya pergi untuk selamanya.

Aku mencoba beberapa kali lagi, tapi tetap saja. Aku menarik rambutku dengan frustasi, tidak hanya aku merasakan kekosongan di rongga dadaku, tapi sekarang semuanya juga terasa menyakitkan. Ditambah dengan kepalaku yang sedikit pening akibat alkohol.

Semua berjalan begitu cepat, tanpa aku sadari, ponselku telah menempel pada telingaku dan sesaat aku mendengar suaranya, semua yang telah terjadi antara aku dan dia lenyap seketika.

"Harry, aku mohon.. ini menyakitkan" aku meminta padanya, berharap ia dapat melenyapkan sakit hatiku.

"Jessie?"

"Ya harry, ini jessie, aku mohon kemarilah" cakapku sedikit melantur.

"Kau mabuk, jess. Dimana kau sekarang?"

"Tidak! Aku tidak mabuk, dasar hazza konyol" kataku dengan tertawa tanpa memperdulikan volume suaraku yang membuat jelas bahwa aku sedang sangat mabuk.

"Terserah apa yang kau katakan, sekarang kau berada dimana? " aku bisa mendengar kekhawatiran kental di suaranya.

"Oh tenanglah, aku berada di rumah, rumah kesayangan kita hazza" sekali lagi, aku berkata tanpa berpikir.

"Oh.. baiklah. Aku akan meninggalkanmu sendiri-"

"JANGAN! Aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri harry, ini terlalu menyakitkan." Air mata mulai menetes kembali dari ujung mataku dan mengalir turun di pipiku.

"Apa yang menyakitkan?" Dengan satu pertanyaan itu, aku akhirnya membiarkan tubuhku menangis dengan sekeras kerasnya. Seluruh tubuhku gemetar tak karuan dengan nafasku yang mulai sesak"

"Semua ini haz, aku mohon kemarilah" aku tau dia tidak akan tega membiarkanku dalam keadaan seperti ini. Jika dia tadi mabuk, aku yakin dia sudah sadar sepenuhnya setelah mendengar tangisku.

"Ba- baiklah, aku akan pulang" katanya dengan sedikit keraguan. Dan dengan itu aku menutup ponselku dan menangis pada bantal tidurku. Menangisi semua yang terjadi kepadaku, kenapa hidupku begitu rumit? aku hanya ingin menjadi remaja biasa, tapi tentu saja, takdir harus merusak angan anganku.

-

Setengah jam kemudian, aku mendengar pintu berdecit dari lantai bawah menandakan seseorang baru saja memasukinya. Aku bangun dari posisi tidurku dan duduk menunggu dia sampai di hadapanku. Suara sepatunya terhentak ke lantai mulai mendekat ke arah kamarku dan beberapa detik kemudian pintu kamarku terbuka. Disana dia berdiri dengan kaos putih lusuh, mata merah, dan rambut acak acakan membuat diriku berfikir kembali, kenapa aku harus hidup untuk mengenalnya.

Isakanku mulai datang kembali tapi aku merasa sesuatu mendekap tubuhku sebelum air mata menetes dari mataku. Wangi tubuhnya yang sangat manis dan suhu tubuhnya yang hangat terasa nyaman bersatu dengan tubuhku yang dingin. Pada akhirnya aku membiarku tubuhku tenang di dekapannya.

Sibling Fucker ☞ ⓗⓢWhere stories live. Discover now