Bel berbunyi, itu berarti Dewa harus masuk ke kelas dan bertemu dengan orang yang selalu mengganggu hidupnya. Dewa berjalan malas menuju kelasnya.

Bu Pipik sedang menjelaskan materi tentang anatomi hewan, Dewi mendengarkan dengan serius namun sesekali melihat kearah Dewa. Saat tatapan matanya dan Dewa bertemu, Dewi tersenyum tapi Dewa memalingkan mukanya.

"Anak-anak, Ibu akan memberi tugas untuk kalian. Ibu akan membagi kalian menjadi 5 kelompok. Kelompok pertama Iyus, Ajay, Putri, Anggel, Nista, Dimas, Ade."

Bu Pipik terus menyebutkan anggota kelompok, Dewi terus mendengarkan. Dewi berdoa dalam hati semoga ia sekelompok dengan Dewa.

"Kelompok terakhir, Petrik, Desi, Agus, Dewi, Vivi, Arjun. Siapa yang belum mendapatkan kelompok?" tanya bu Pipik.

Tangan Dewa mengacung keatas, lalu bu Pipik tersenyum. "Dewa masuk kelompok..." Bu Pipik sejenak berfikir lalu ia melanjutkan omongannya.

"Dewa masuk ke kelompok enam, karena disana kurang satu orang."

Dewi mengucap syukur, Tuhan mengabulkan doanya. Akhirnya ia sekelompok dengan Dewa. Tapi kenapa ia juga harus sekolompok sama Arjun.

"Dew, kita sekelompok." Ucap lelaki dibelakang Dewi, lalu Dewi menengok kebelakang setelah itu ia mendengus.

Lelaki itu bernama Arjuna Juliano, musuh bebuyutan Dewi sejak sekolah dasar. Dewi benci banget dengan makhluk yang bernama Arjuna. Arjun itu murid paling bandel dikelas Dewi, murid paling banyak alfa didaftar hadir, murid dengan segudang nama dibuku siswa bermasalah, murid yang sering membuat Dewi kesal bukan main.

Dewi mengacungkan tangannya, lalu berdiri. "Maaf bu, kalo saya boleh, saya ingin minta pindah kelompok?"

Bu Pipik mengernyit heran, biasanya Dewi selalu senang jika sekelompok bareng Dewa. "Memangnya kenapa Dew kamu ingin pindah kelompok?"

"Saya males ada Arjun bu, dia susah diajak kerja sama."

Semua teman sekelas Dewi langsung tertawa terpingkal-pingkal. Omongan Dewi memang seratus persen benar, Arjun itu sangat malas jika ada kerja kelompok. Biasanya ia hanya mengasih upah kepada orang yang mengerjakan tugasnya. Mentang-mentang orang kaya jadi dia bisa menghamburkan uang seperti itu.

Arjun lalu berdiri juga. "Bu saya juga mau pindah kelompok, saya males Dewi orangnya cerewet bu."

Dewi yang mendengar perkataan Arjun langsung mendengus tidak suka, namun Arjun malah tersenyum mengejek.

"Sudah-sudah, Dewi sama Arjun tidak boleh pindah. Kalian tetap satu kelompok. Dewi, kalau Arjun tidak mau membantu tugas kelompok nanti bilang Ibu ya, biar nilainya nanti ibu kasih nol." Ucap bu Pipik sambil berjalan kearah meja Arjun.

Arjun tidak terima dengan penuturan bu Pipik, dia langsung protes. "Yah bu masa bisa gitu. Saya enggak terima."

"Arjun kalau kamu tidak mau mendengarkan Ibu, kamu bisa keluar dan tidak usah mengikuti pelajaran Ibu."

Arjun menghembuskan nafas kasarnya, lalu ia memandang kearah bu Pipik sambil mengucapkan. "Iya bu."

Perdebatan antara Arjuna dan Dewi sering terjadi, teman sekelas mereka pun tahu kalo Arjuna dan Dewi itu musuh bebuyutan dan tidak pernah akur. Kalo udah debat susah dipisahin.

Setelah pelajaran bu Pipik selesai, Dewi langsung ngacir ketempat duduk Dewa. Saat Dewa menengok kesamping, Dewa terpekik kaget.

Cewek sinting itu lagi, ucapnya dalam hati.

"Hai Wa?"

Percuma saja Dewi menyapa Dewa, cowok itu tidak akan membalasnya, lalu Dewi melanjutkan omongannya.

"Kerja kelompok dimana? Dirumah kamu yuk?"

Itu sih maunya elo, kata Dewa dalam hati.

"Petrik, Desi, Agus, Vivi, kalian kesini deh." Dewi memanggil anggota kelompoknya. Petrik dan kawan-kawan datang ke meja Dewa.

"Kalian mau kerja kelompok dimana? Dirumah Dewa yuk?"

"Seterah" ucap Vivi.

"Gue sih dimana aja." kata Petrik.

"Jangan dirumah gue."

Dewi langsung cemberut, kenapa sih Dewa selalu enggak mau kalo kerja kelompok dirumahnya. Dewi jadi enggak bisa ketemu calon mertua, eh.

"Dirumah gue aja Dew." Usul Agus, cowok peringkat kelima dikelasnya.

Petrik dan kawan-kawan mengganguk, mau tak mau Dewi pun ikut menyetujui usul Agus. Gagal deh rencananya. Dewa males berdiskusi apalagi ada Dewi, Dewa benci dengan keadaan seperti ini. Dewa langsung pergi meninggalkan teman-temannya yang masih berdiskusi.

Arjun tiba-tiba datang berdiri disamping Dewi, membuat Dewi terlonjak kaget.

"Temen, lo semua jahat gue gak diajak diskusi." Katanya.

Dewi mendengus sambil menoleh kearah pintu, Dewa sudah pergi.

Petrik menoyor kepala Arjun. "Seandainya lo diajak diskusi, lo mau ngusulin apa coeg?"

"Dirumah gue aja." kata Arjun dengan santai.

Petrik, Vivi, Desi, dan Agus tertawa. "Ogah. Kita udah sepakat dirumah Agus kerja kelompoknya."

Arjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yah, telat."

Dewi males berdebat sama manusia gak jelas kayak Arjun, Cuma buang waktu saja. Saat hendak pergi tangan Dewi dicekal oleh Arjun.

"Ikut gue."

Tangan Dewi ditarik paksa oleh Arjun, Dewi berontak tapi dia susah membuka cekalan Arjun karena terlalu kuat. Arjun membawa Dewi kegudang sekolah.

"Maksud lo apa?" tanya Arjun sarkatis.

Dewi mengernyit bingung, tidak mengerti maksud ucapan Arjun. "Maksud aku yang mana?"

"Sok polos."

"Aku emang enggak ngerti sama yang kamu tanyain."

"Maksud lo bilang sama bu Pipik kalo gue susah dikerja sama." Kata Arjun, tangannya masih memegang pergelangan tangan Dewi.

Dewi tersenyum sinis. "Oh itu. Kenyataan kan Ar?"

"Tapi gue selalu kasih upah sama kalian setelah ngerjain tugas kan?"

"Tujuan kamu sekolah itu buat pintar, kita yang ngerjain tugas enggak butuh upah dari kamu. Kita cuma butuh kamu bantuin ngerjain." Ucap Dewi.

Arjun tak habis pikir dengan teman SD nya ini, jaman sekarang semua bisa dibeli dengan uang. Tapi kenapa tugas tidak bisa?

"Lo-" baru saja Arjun mau membalas perkataan Dewi, Dewi sudah lari mengejar Dewa.

"Cewek bego!"

***

say hay sama :

- Dewa Satria

- Arjun Juliano

- Dewi Pramudya

jikalau kalian suka silahkan vote dan juga comment.

terima kasih :)

Dear KamuWhere stories live. Discover now