#4 Sahabat Pena Dunia

123 5 8
                                    

"Kamu gak pengajian hari ini, Cin?" Suara Vina terdenger jelas dari speaker laptop Cindy. Earphone yang biasa terpasang di laptop sengaja ia lepas agar suara Vina bisa terdengar jelas hingga ke pintu kamar.

Sambil bercakap via Skype, Cindy tetap melanjutkan menyetrika pakaiannya. Ada setumpuk pakaian yang belum selesai ia setrika.

"Enggak, hari ini gak ada TPA karena libur sekolah. Jadinya aku di rumah doang deh hari ini." Tangannya telaten dalam melipat sisi-sisi pakaian. Perlahan tumpukan pakaian yang tadinya kusut, semberautan di atas kasur mulai berubah dengan susunan pakaian rapi yang telah disetrika.

"Aww..." Cindy sedikit teriak.

"Kenapa Cin?" tanya Vina.

"Gapapa cuma jarinya kesenggol setrika panas"

"Hoalaah...Makanya hati-hati, jangan ngelamun"

Semua pakaian yang telah disetrika kemudian disusunnya ke dalam lemari. Jilbab dan kaus kaki dimasukkan ke dalam box tersendiri, terpisah dari lemari pakaian. Kabel setrika kembali digulungnya dan diletakkan di tempat biasa, yang jauh dari jangkauan anak kecil. Cindy tinggal bersama satu keluarga Indonesia yang terdiri dari ibu dan anak. Namanya Ibu Mira dan anaknya bernama Fara. Makanya ia harus lebih berhati-hati lagi karena Fara sering bermain di kamarnya. Jaga-jaga dari hal-hal yang bisa menciderainya.

Sekitar dua tahun yang lalu, ada seorang teman bernama Dian yang mengenalkannya dengan Ibu Mira. Waktu itu Cindy baru saja diterima di Universitas Augsburg. Sayangnya sampai menjelang awal semester dia belum mendapatkan tempat tinggal disana. Bercerita ke teman-teman, akhirnya ia dikenalkan dengan Ibu Mira. Sampai sekarang disanalah ia menetap dengan menyewa kamar kosong milik anaknya Ibu Mira. Tidak begitu besar, tapi cukuplah untuk ia seorang diri.

"Cin, kamu daftar jadi penulis di Sahabat Pena Dunia gih." Ucapan yang tidak terduga sebelumnya keluar dari mulut Vina. Mereka berdua masih asyik nge-skype dari lima jam yang lalu. Lama yaa lima jam, tapi sebenarnya mereka tidak saling ngobrol selama itu. Ibaratnya, Skype hanyalah kegiatan sambilan. Beginilah cara mereka Skype yang berbeda dengan yang lainnya, bahkan pernah hingga 13 jam. Waw lama yaa. Tapi selama itu mereka tetap sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sambil nugas, makan, tiduran dan kegiatan lainnya. Bahkan sampai masing-masing dari mereka ketiduran karena sudah larut malam dan Skype masih menyala saat mereka semua tertidur. Yaa beginilah cara mereka komunikasi, menghabiskan waktu bersama karena tinggal di kota yang berbeda.

"Duh pengen sih gabung, tapi kan aku gak jago nulis," ucap Cindy.

"Bisalah itu. Kamu coba dulu aja daftar Cin," tambah Vina untuk meyakinkan Cindy, "Lagian kan jurusan kamu juga media dan komunikasi. Cocok lah itu."

"Hmm iya juga sih, apa aku coba aja yaa, mana tau keterima."

"Iyaa coba aja. Pasti keterima lah itu."

Selang waktu beberapa detik Cindy langsung membuka tab baru di browser dan langsung mengetikkan www.sahabatpenadunia.org. Tampilan website yang menarik. Sahabat Pena Dunia. Menulislah! Ungkapkan dengan Tulisan Saat Mulutmu Bungkam. Begitulah tagline yang tertulis di halaman depan website Sahabat Pena Dunia. Cindy terus menscroll halaman website tersebut.

Sahabat Pena Dunia merupakan organisasai pelajar Indonesia yang ada di luar negeri. Melalui organisasi ini, semua pelajar Indonesia yang berminat di bidang jurnalis bisa berkumpul, menyalurkan hobi menulis dan tentunya juga sebagai wadah untuk memperluas jaringan pertemanan.

"Yuk Vin, kita daftar bareng. Kamu juga ikutan daftar dong," ajak Cindy.

"Kamu aja Cin. Aku gak ikutan deh."

Teruntuk Hati yang Telah MemilihWhere stories live. Discover now