01

3.4K 432 312
                                    

Gadis itu menatap ke arah depan. Banyak orang yang berjalan ke sana ke mari di hadapannya. Ia kembali memakan ice cream matcha-nya yang tadi ia beli. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, sebuah SMS masuk.

Tante Dina : Kayra, kamu di mana? Udah di rumah belum? Kalau belum, cepat pulang, ya. Udah sore. Tante khawatir.

Gadis itu, Kayra Alea Vaneta atau yang biasa disapa Kayra mengetikkan sesuatu dan menekan tombol send, membalas pesan dari tantenya. Ia tersenyum membaca pesan dari tantenya yang katanya khawatir.

Jangan tanya mengapa Tantenya lah yang mengkhawatirkannya, bukan orang tuanya. Ayah Kayra tinggal di luar negeri bersama adik kembarnya, Kayla Alia Vanita. Dan Ibunya? Kayra sendiri tidak tau. Jadi tidak mungkin kedua orang tuanya itu tau tentang keadaannya atau apa yang dia lakukan sekarang.

Kembali ke Kayra, ia menoleh ke samping, menatap Della Asrifa, sahabatnya sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Del, pulang yuk? Tante Dina udah nyariin gue," ucap Kayra.

Della, sahabatnya itu langsung menoleh. "Cepet banget? Kita belum ada dua jam lho di sini." Sahabat Kayra itu memprotes. "Tapi, ya udahlah, bisa-bisa nanti gue dimarahin."

Kayra dan Della berdiri, Kayra menenteng paper bag berisi sebuah dress yang tadi dibelinya. Sedangkan Della menenteng plastik yang berisi makanan cepat saji yang dibeli di supermarket di mall tersebut.

"Eh, Ra. Gue mau ke toilet dulu ya." Della langsung berlari ke arah toilet perempuan sebelum Kayra menjawab. Kayra yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Lima menit kemudian Della belum juga keluar dari toilet, Kayra menatap ke arah jam di tangannya, sudah hampir jam 5 sore. Ah, pasti sekarang tantenya itu sudah akan pulang.

Kayra mengedarkan pandangannya, takut saja Della sudah keluar namun ia tidak melihatnya. Bisa saja bukan Della meninggalkannya di sini.

Tatapannya berhenti, namun bukan Della yang ia lihat. Tapi seorang lelaki dengan perawakan tinggi memakai kemeja. Dari postur tubuhnya saja Kayra sudah kenal siapa itu. Walaupun dua tahun yang lalu ia terakhir melihat lelaki itu.

Kayra terus memandang ke arah tersebut, lelaki yang ia lihat tidak hanya sendiri, tapi bersama seorang perempuan yang mungkin seumurannya. Apakah perempuan itu pacar dari lelaki tersebut?

Ia menunduk, bahkan tidak sadar kalau air matanya sudah jatuh. Secepat ini ya lo lupain gue?

"Ra, lo kenapa?"

Della datang.

Kayra langsung meneleh dan pura-pura memegang wajah kesal. "Lo lama banget sih? Gue capek nunggu tau." Ia mendumel.

Della cengengesan menampilkan deretan giginya yang putih. "Hehehe. Maaf banget, gue sakit perut soalnya."

Kayra memberengut kesal. "Ya udah, ayo buruan. Udah sore tau!" Kayra berkata dengan nada kesal, sebenarnya itu bukan karena Della, tapi karena lelaki yang tidak sengaja dilihatnya tadi.

Della berjalan di depan meninggalkan dirinya. Kayra berjalan dengan wajah sendu. Ternyata benar, melupakan tidak semudah dibayangkan. Tidak semudah membuat kenangan. Tidak semudah merobek kertas. Ketika tidak sengaja melihat orang yang dirindukannya selama 2 tahun saja seolah hatinya kembali terluka. Seperti dua tahun yang lalu.

Nyatanya melupakan sulit, apalagi melupakan seseorang yang pernah singgah di hatinya. Atau bisa dikatakan masih singgah, karena kini hatinya masih ada yang mengisi. Nama itu belum hilang sampai kini.

Kalau saja ia tau akan begini, dulu ia berharap tidak pernah mengenal orang tersebut. Orang yang pernah menggoreskan luka di hatinya, tapi nama orang tersebut malah terus berdiam di hatinya. Rumit.

RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang