Part 7 {Kegilaan Aidan}

En başından başla
                                    

Terlihat 3 orang yang sedang memandang kedatangan mereka berdua

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


Terlihat 3 orang yang sedang memandang kedatangan mereka berdua.

Aidan segera menghampiri ke-tiga nya dengan ikut terduduk di ruang Keluarga itu, disusul Abel kemudian.

"Kenalin Ma...Pa... Ini Abel, calon Aidan" ujar Aidan memperkenalkan wanita itu pada kedua orang tuanya.

Wanita dan Pria paruh baya itu memandang Abel dengan ekspresi yang sulit di artikan.

"Saya Abel" sahut Abel mencoba menjabat tangan ke-duanya. Namun ter-acuhkan. Tak ada yang merespon sama sekali. Membuat wanita itu kembali menarik uluran tangannya.

"Dia....calon Abang?" tanya seorang lagi di samping Mama Aidan. Abel memandangnya sambil tersenyum kikuk. Sementara orang itu malah memalingkan wajahnya cuek.

Abel sudah tentu geregetan sendiri. Kenapa semua memandangnya seolah dia ini kasat mata? Apa orang jelek memang harus diperlakukan seperti ini?

"Ehm.....kamu nggak salah Ai, milih cewek kayak gini?" Mama Aidan tiba-tiba bersuara. Ia memandang wanita yang bersebelahan dengan anaknya itu rendah

Aidan mengangguk.
"Ia Ma. Dan Aidan akan segera menikahinya"

"Papa tidak setuju!" Pria paruh baya yang sedari tadi diam itu mulai bersuara. Ia menatap Abel sama seperti Istrinya menatap wanita itu

"Kenapa Pa?" Aidan berujar datar. Tentu saja ia sudah mengira hal ini akan terjadi

"Kamu tidak lihat kalau wanita ini buruk rupa? Lantas apa kata kolega bisnis Papa nanti kalau ia melihatmu menggandeng wanita ini? Apa kamu tidak berpikir kalau itu akan menjatuhkan harga diri Papa? Lebih baik kamu mencari wanita lain saja! Banyak sekali teman bisnis Papa yang menyuruh untuk menjodohkanmu dengan anak-anak mereka!"

Mama Aidan ikut mengangguk mendengarkan ucapan suaminya.

"Gia juga nggak setuju Bang! Gia nggak bakalan rela kalau Abang nikah sama wanita jelek ini! Gia mau kakak tetap sama Annabelle!" Gia mengajukan opininya. Sesekali gadis itu manatap Abel sinis

Aidan hanya tersenyum menanggapi perkataan mereka. Sedikitpun tak terbesit rasa ingin 'melindungi' Abel dari berbagai hinaan itu. Baginya itu pantas ia terima. Siapa suruh ikut campur dalam permainan ini!

"Oke. Kalau gitu Aidan mau pergi dulu ya. Mama, Papa sama Gia santai saja. Istirahat dan nggak usah tanggepi omongan Aidan tadi"

Ketiganya mengangguk. Aidan segera berbalik keluar, Abel berpamit sejenak meskipun sama sekali tak ada yang mau meresponnya. Kemudian ia berbalik mengikuti langkah Aidan yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya.

🥀🥀🥀

"Lihat kan...orang tua lo nggak ada yang mau ngasih restu?" ungkap Abel datar.

Aidan terkekeh kemudian ikut mendudukan diri dikursi taman yang mereka singgahi

"Terus kenapa? Emangnya masalah?" sahut Aidan seraya memandang lalu lalang orang yang sibuk olahraga

"Bukannya kalau nikah tuh harus di restu-in dulu? Minta izin sana sini? Berarti kalau nggak direstuin nggak boleh nikah kan?"

Aidan mengangguk. Seketika mata Abel berbinar cerah. Sudah tentu ia bahagia mendengar berita ini

"Uh! Akhirnyaaa...." riangnya senang, membuat Aidan seketika menoleh ke arahnya

"Jangan senang dulu! Gue kan nggak bilang kalau kita nggak jadi nikah" Aidan berujar cuek. Spontan senyuman Abel meredup digantikan kerutan didahinya

"Apa maksud lo?"

"Ya....kita tetap nikah. Meskipun ortu gue nggak setuju"

Abel membelalakan matanya tak percaya. Gimana mungkin dia menikah tanpa adanya restu!

"Katakan kalau lo bercanda?!"

Aidan menggeleng

"Lo gila ya!" Abel kesal setengah mati, sementara Aidan terkekeh geli

"Terserah kalau lo anggep gue gila, gue nggak perduli!" Aidan menyenderkan tubuhnya di kursi taman itu. "Gue akan tetap nikahi lo! Kita nikah diam-diam, biar orang tua gue nggak tau. Kita pakai wali palsu agar semuanya lancar"

Abel tak tau lagi harus bicara apa sekarang. Dia tak habis pikir, kenapa ada orang segila Aidan? Kenapa pria ini terlalu Ambisius? Ataukah dia benar-benar sudah tidak waras?. Apa yang sebenarnya ada di otak laki-laki itu? Tidakkah dia berpikir kalau hal ini sangat buruk! Terlebih membohongi keluarganya!

"Kau tak perlu khawatir, kita hanya menikah saja! Setelah kita SAH dan memiliki tanda bukti pernikahan, aku tidak akan pernah sedikitpun menyentuhmu!"

Abel memandang Aidan bingung. Sejujurnya ia lega mendengar ucapan Aidan yang tidak akan menyentuhnya, namun rasanya sedikit aneh dengan semua itu. Lantas apa guna 'status' nya itu?

"Mungkin setahun lagi kita akan langsung cerai"

Abel menaikkan sebelah alisnya binggung

"Ya..... mungkin setelah aku mendapatkan seorang bayi berwajah rupawan" lanjut Aidan

Guratan-guratan kecil di dahi Abel terlihat. Sekarang ia benar-benar bingung apa maksud pria itu. Bukankah seorang lelaki pada hakikatnya tidak bisa hamil? Lalu kenapa ia menginginkan seorang bayi?

"Lo sehat?"

Aidan balas mengerutkan kening, kemudian mengangguk

" Terus kenapa lo bisa berpikiran untuk hamil?" tanya Abel bingung tak bisa menutupi kebingungannya.

Seketika Aidan berdecak kesal. Ia rasa wanita ini benar-benar bodoh

"Jangan berpikir yang aneh-aneh! Gue masih waras!"

Abel manggut-manggut samar

"Lo nggak perlu bicara atau nanya-nanya lagi! Yang jelas gue akan kasih tau lo maksud gue tadi setelah kita sudah nikah. Dan yang perlu lo ketahui sekarang, kalau lusa itu hari pernikahan kita" ujar Aidan datar seraya berlalu meninggalkan Abel yang diam mematung.


🕊️🕊️🕊️

TBC...

Bukan ZONK! Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin