SEMBILAN BELAS - Reza

Start from the beginning
                                    

"Terserah lo, deh. Gue nggak mau ngekang."

"Apa sih?" Naya tergelak. Lalu ia merebahkan wajahnya di pundak Reza lagi. "Gantengan kamu, tenang aja," sambung perempuan itu dengan tangan yang memeluk Reza lebih erat dari sebelumnya. "Eh di depan nanti berhenti bentar ya, mau ke Indomaret."

Reza mengangguk, perlahan menghapus rasa kesalnya sampai kemudian ia menyentuh punggung tangan Naya yang masih melingkari pinggangnya. "Mau beli Indomilk, kan?" tanyanya dengan tangan yang sibuk memainkan jemari Naya di dalam genggaman.

"Iya."

***

Nigel menutup layar laptopnya yang sudah mati lima detik yang lalu saat melihat Fajar kembali dari kantin dengan sekresek gorengan dan es teh di tangan kiri. Yang tersisa di dalam ruangan hanya mereka berdua, di tambah Ega yang masih sibuk mengoreksi hasil pekerjaan tugas Bahasa Indonesia anak-anak kelas sebelas tadi.

"Weh, ini makan-makan gorengan dulu," tawar Fajar berbaik hati seraya meletakkan kresek warna putih di atas meja. Kemudian tatapannya beralih pada Ega yang hanya menoleh sekilas, "masih banyak, Ga?"

"Lumayan, Jar." Ega mengangguk malas.

"Gue kok rada nggak suka ya," celetuk Nigel tiba-tiba membuat Fajar yang nyaris menimpali ucapan Ega mengurungkan niatnya. Lalu dua pasang mata itu menatap Nigel dengan rasa ingin tau.

"Nggak suka apa?" tanya Ega curi start sedetik lebih cepat dari Fajar yang juga ingin melayangkan pertanyaan yang sama.

Nigel bangkit dari kursinya, lalu menghampiri meja milik Fajar dan duduk di tepinya. "Lo nyadar nggak, Jar?"

"Apaan?" Mata Fajar menyipit.

"Pas di kelas sepuluh D tadi?" Nigel menyomot sebuah tahu isi dan mulai mengigitnya. "Yang namanya Novreza Syafar siapa tadi?"

"Novreza Syafaaar– apa ya?" Fajar berusaha mengingat sampai dahinya berkerut. "Ya pokonya si Novreza dah!"

"Iya, si Novreza, kayak nggak suka ke gue."

"Lah? Masa?" tanya Ega menengahi.

"Ganteng, Ga!" kata Fajar bersemangat.

"Apaan dah lo? Kayak homo!" timpal Nigel.

"Sumpah ganteng?" Ega memasang wajah antusias. "Yang mana sih, emang? Besok kalo ada anaknya kasih tau gueeee!" katanya heboh, mulai melupakan separuh tumpukan tugas siswa yang belum ia koreksi.

"Novreza yang tadi telat masuk kan, Nig? Yang putih?"

"Iya," Nigel mengangguk. "Yang tadi pagi nabrak gue pake skateboard juga," sambungnya.

Ega ikut-ikutan mengambil gorengan dari dalam plastik seraya terus menatap Nigel dengan rasa ingin tahu, "Terus, Nig, lo nggak suka ke Novreza Novreza itu karena apa?"

Nigel berhenti mengunyah, lalu ia mengangka bahunya. "Anaknya sok."

"Halah," Fajar terkekeh. "Bilang aja gara-gara dia ngatain lo ngalus di depan si Naya."

Ega menyipitkan mata lagi, "wait wait, Naya siapa lagi, nih?"

"Siapa Nig, jawab!" Fajar menyenggol bahu Nigel sampai gorengan yang tinggal sesuap itu terjatuh.

StardustWhere stories live. Discover now