LIMA - Reza

13.8K 1.5K 122
                                    

Bu Ariska langsung meletakkan tasnya di atas meja guru begitu ia masuk ke dalam kelas X D. Guru yang mengampuh mata pelajaran Bahasa Inggris ditambah wewenangnya sebagai wali kelas selalu datang tepat waktu dan jarang sekali memeberikan jam kosong.

"Alivya, itu tolong kamu hapus papan tulisnya!" pinta Bu Ariska pada Alivya karena ia melihat papan berwarna putih itu masih penuh coretan sisa pelajaran Geografi.

"Iya, Bu." Perempuan itu lalu meletakkan ponselnya ke dalam laci meja dan bangkit berdiri untuk mengambil penghapus papan tulis di meja guru. Alivya sebagai ketua kelas memang mau tidak mau harus selalu bisa diandalkan dalam berbagai hal.

Cewek korban langganan bully Reza itu mulai menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri untuk menghapus tinta spidol biru milik Pak Hardi tadi. Sementara Alivya sibuk menghapus, Reza dan Pamor masih sibuk memperdebatkan soal bando milik Reza yang dipinjam Irvan, anak kelas dua belas saat jam istirahat tadi.

"Weh si Aliv, si Aliv," bisik Pamor begitu melihat Alivya sudah berdiri di depan papan tulis.

"WEH GA SOPAN LU, LIV!" teriak Reza dari bangkunya dengan jari telunjuk mengacung ke arah anak perempuan itu. Alivya reflek menoleh dan alis matanya mengernyit.

"Apaan sih, lo?!"

"Berdiri Liv!" ledek Pamor karena Alivya harus berjinjit saat menghapus papan bagian atas.

"Alivya nggak sopan ya Allah! Masa di depan guru jongkok!"

Alivya tidak menjawab apa-apa ketika seisi kela menertawakannya. Perempuan itu hanya tersenyum pasrah sambil membalikkan badan sebelum akhirnya mengacungkan jari tengahnya pada Reza dan Pamor.

Reza lalu bangkit berdiri diikuti tatapan kebingungan dari Pamor, "lo mau kemana?" tanya laki-laki yang memakai jam cokelat di tangan kirinya itu.

"Mau minjem bolpen." Reza melangkah menghampiri meja Bu Ariska, dan seperti sudah tahu apa maksud murid lelakinya itu, Bu Ariska langsung melepaskan pandangnnya pada lembaran soal Bahasa Inggris yang ada di meja.

"Apa?" tanya Bu Ariska.

"Anu–" Reza menunjuk pintu kelas yang belum sempat ditutup. "Saya mau keluar sebentar."

"Keluar di dalem apa di mana, Za?" timpal Pamor. Reza dan Bu Ariska sontak menoleh ke arah cowok itu.

"Tembak dalam laaaah!" balas Reza. Setelah bicara seperti itu, Reza mengabaikan gelak tawa anak-anak lelaki dan sorakan dari beberapa anak perempuan. "Boleh nggak nih, Bu?" tanya Reza.

"Jangan kurang ajar kamu, ya!" Mata Bu Ariska melotot sempurna.

"Lah? Kurang ajar kenapa?" Reza menyipitkan matanya. "Maksud saya, saya boleh nggak izin keluar kelas? Bukan keluarin sp–"

"Iya udah sana! Banyak bicara kamu ini!"

Reza nyengir, hingga deretan giginya terlihat, lalu ia berbalik ke arah pintu dan saat ia melewati Alivya, Reza sempat berhenti.

"Lu mau nitip salam nggak?" tanya Reza pelan. Seolah mengisyaratkan bahwa obrolan ini bersifat semi rahasia.

"Hah?"

"Nitip salam nggak?"

"Ih iya!" kata Alivya sambil mengangguk dua kali. "Lo mau kemana?"

"Ke kelas Naya, minjem bolpen."

"MINJEM BOLPEN JAUH AMAT!" kata Alivya dengan nada meninggi. "Modus lo ya! Yaudah gue salam buat si 'anu' ya."

Reza mengangguk malas. Anu yang dimaksud Alivya sudah pasti Fahmi, kapten tim Futsal yang sekelas dengan Naya. Sedangkan Anu yang muncul di kepala Reza adalah Kang Adum.

StardustWhere stories live. Discover now