Envy (Part 4)

444 16 1
                                    

by Sierra Louiza 

wattpad: http://www.wattpad.com/SierraLouiza

Angin bertiup cukup deras dari atas sini, menerbangkan rambutku yang terurai. Di sini aku bisa melihat dengan jelas pemandangan seluruh kota, tampak berbinar dengan kerlap-kerlip lampu dari gedung-gedung yang berjajar dalam barisan teratur dan sorot cahaya dari mobil-mobil yang berseliweran di jalanan. Semua dalam background warna hitam. 

Aku berpaling pada Illiah yang berdiri tenang memandang lautan cahaya di hadapannya. Seolah berdiri di atas atap gedung sekolah sambil mengamati kota di malam hari adalah hal yang lumrah dilakukannya. Berapa kali? Ratusan malam? Ribuan malam? Mungkin saja. Bukannya aku tidak pernah melakukannya juga. Aku hanya.. lebih tertarik pada keramaian dibandingkan menyepi seorang diri. Berada di kerumunan orang membuatku merasa lebih hidup, yang berarti lebih banyak perhatian dan semakin banyak lagi nutrisi yang dapat kuserap. Mungkin itu yang membuatku lupa caranya mengasingkan diri seperti ini. Terlalu banyak bermain-main dengan mortal.

Akhirnya Illiah menatapku, masih dengan ketenangan yang sama, tidak berubah, hanya bayang-bayang gelap yang menyelubungi seluruh sosoknya semakin terpendar lebih jelas, bayang-bayang yang terpendar? Bayang-bayang itu berpusar-pusar di sekitar tubuhnya seperti sebuah tarian dan kian melebar. Belum pernah aku melihat yang seperti itu dari manusia istimewa lain yang pernah kutemui. Ya, satu hal yang ku tahu pasti. Illiah bukan manusia biasa sama seperti ku.  Hanya saja, aku belum yakin dengan jati dirinya yang sesungguhnya. Kau tahu kan? Selain mortal, dunia ini juga dihuni oleh makhluk-makhluk dari jenis berbeda. Kelompok minoritas yang hidup secara terpisah dan lebih sering dianggap hanya ada di cerita-cerita dongeng pengantar tidur. Tapi sebenarnya mereka benar-benar aja, hanya saja mereka tidak terlalu bernafsu menunjukkan wujud asli mereka di hadapan semua orang. Vampire, werewolf, para penyihir, shapeshifter, manusia-manusia dengan bentuk tubuh ganjil yang memiliki masa hidup lebih panjang, para makhluk tak kasat mata, dan yang lebih simple, manusia abadi sepertiku. Cuma, aku tak yakin Illiah bisa digolongkan ke dalam salah satunya.

Ada yang lebih dari sekadar makhluk abadi berparas tampan dan dingin. Sesuatu yang jauh lebih gelap dan berbahaya, juga memikat tidak hanya untuk mortal tapi juga untuk ku, untuk para manusia abadi lainnya. Walaupun belum mengetahuinya secara pasti, aku merasa Illiah punya pengaruh cukup besar. Kesadaran itu membuatku bergidik. Bergidik? Tidak biasanya aku bergidik di hadapan orang lain. Hampir tidak pernah semenjak aku menjadi diriku yang sekarang. Orang-orang lain lah yang bergidik bila berhadapan denganku. Tapi sekarang dengan Illiah… kenapa aku merasa sedikit terancam?

Kucoba mengenyahkan pikiran itu dari benakku. Sebagai gantinya, aku merasa sikap Illiah yang seperti itu membuatku lebih tertantang. Selama sembilan abad ini jarang sekali kutemui pria seperti Illiah. Dan setelah aku menemukannya, tak akan kulepaskan dia begitu saja.

“Jadi kau siap menunjukkannya sekarang?” tanyaku dengan sikap tubuh menggoda sembari merapatkan jarak diantara kami. Aku tidak bisa tahan untuk tidak merayu siapapun yang menarik perhatianku. Pantas lah mereka menjulukiku dewi penggoda. Sebenarnya, aku lumayan menyukai julukanku itu.

Illiah tersenyum simpul dengan menarik salah satu sudut bibirnya. Aku semakin tidak tahan untuk segera menghambur ke pelukannya. Sinar bulan menerpa sebelah wajahnya membuat sisi wajahnya yang lain tertutupi bayang-bayang. Entah mengapa, dalam posisi begitu Illiah terlihat semakin.. aku tidak dapat menjelaskannya. Yang pasti ada sesuatu yang jauh lebih dalam dan melampauiku. Sesuatu yang besar dan rahasia yang membuatku semakin penasaran untuk segera menguaknya. Salah satu sifatku yang sulit ku ubah, aku selalu ingin tahu segalanya. Mengetahui rahasia sekecil apapun dari orang lain adalah hal yang menyenangkan. Bukankah begitu?

Seolah mengikuti permainanku, Illiah menarik tubuhnya lebih dekat, menghilangkan sekali lagi jarak diantara kami. Entah mengapa aku selalu jadi menikmati saat-saat seperti ini dengan Illiah, ketika jarak di antara kami menghilang dan aku bisa mencium aroma tubuhnya dengan lebih jelas, gabungan antara aroma buah-buahan tropis yang segar dan sex yang sangat pekat. Seperti feromon dalam tubuh hewan yang berguna untuk menarik perhatian lawan jenis atau mangsa, aroma Illiah berhasil menjeratku bagai jaring yang tak nampak. Hampir-hampir aku mengoyak bajunya agar bisa semakin banyak lagi menghirup aroma tubuhnya.

The AntagonistOnde histórias criam vida. Descubra agora