Vicious (Part 3)

625 30 1
                                    

by Akane

     Hari semakin gelap. Lilin satu persatu mulai di nyalakan.  Pesona dalam rumah itu pun tidak berkurang meski hari berganti malam. Remang cahaya lilin menambah kesan artistik pada setiap perabotan. 

     Hening. Seolah tidak ada penghuni di rumah itu. 

     Hingga suara guyuran air memecah kesunyian. Diselingi dendangan lagu dari suara seorang perempuan. Ah, rupanya gadis itu bernyanyi. Apa dia terlalu menikmati guyuran air di tubuh telanjangnya? atau dia senang karena akan pergi ke suatu tempat? 

     Entah. Dia hanya berdendang sambil menikmati mandinya. 

     Tiba-tiba, gadis itu berdiri terpaku. Alunan nada suaranya pun berhenti dan dia segera mematikan keran. Dia mematung dan menajamkan telinga. Pendengarannya tidak salah lagi. Gadis itu kemudian tersenyum kecil dan melanjutkan mandinya. Dibalik pintu buram transparan kamar mandi itu berdiri sosok laki-laki paruh baya yang baru saja datang untuk menjemputnya. Dan kini, laki-laki itu terpaku melihat siluet gadis itu sedang mandi. 

.....

     Wah wah. ini pemandangan langka. Lekuk tubuhnya, sudah bukan lagi seperti bocah. Meskipun hanya siluet hitam, ini benar-benar menggoda. Aku ingin tertawa atas keberuntunganku. Membayangkan dia menjadi milikku, hari-hariku akan luar biasa. Sejak hari itu tekadku sudah bulat, dan saat ini obsesiku semakin besar. Dia harus jadi mainanku.

     "Derry, kau menghalangi jalanku." Ah, sejak kapan dia selesai mandi. Memang berapa jam tadi aku tenggelam dalam pikiranku?

     "Seharusnya aku yang membuatmu terkejut. Tapi kau yang mengejutkanku."

     "..."

     "Kenapa diam? apa aku terlalu mempesona?" Haha, memang. Pesonaku di umur hampir 40 tahun ini malah membuat para wanita semakin tergila-gila. 

     "Bicaramu semakin memuakkan."

     "Kau akan semakin cantik kalau sedikit berekspresi. Ah, gaun itu cocok sekali denganmu. Merah dan hitam memang sesuai untukmu."

     "Aku memang cantik." dan dia mengatakan itu sambil berjalan menjauhiku? Haha, kurang ajar sekali. 

     Baik sekali dia menyediakan wine untukku. Dia pasti senang sekali karena akan kuajak pergi. Aku mengambil gelas di atas meja dekat piano hitam. Kusesapi wine di gelasku sambil mengamatinya berdiri di dekat jendela. Dia hanya diam menatap luar jendela. Sinar bulan menyinari wajahnya. Dia telah tumbuh jadi gadis cantik. Rambutnya hitam terurai panjang. Gaun lolita victoria bercorak warna merah dan hitam membuatnya semakin elegan. Berbeda dengan dulu, dia sekarang seperti tidak peduli lagi denganku. Aku ingat ketika dia selalu memberontak tidak menurut padaku. Aku merasa lebih baik jika dia masih memberontak seperti dulu. Bahkan mungkin sejak dia masih kecil hatiku dibuat berdebar olehnya. Aku tidak peduli dengan sikap pedofilku. Aku hanya mengutamakan obsesiku.

     Dan tiba-tiba sosok wanita itu muncul lagi diingatanku. Kali ini, mungkin aku harus berterima kasih padanya. Aku tertawa hingga mengejutkan gadis itu. 

     "Apa kau sudah siap? ini sudah semakin malam. Kita akan terlembat"

     "Itu akan lebih baik."

     "Aku tidak ingin berlama-lama di sini Cio."

     "Mulai mendung, sebentar lagi akan hujan. Aku tidak akan menyia-nyiakannya."

     "Jangan membuang waktu Cio. Aku juga ingin menikmati waktuku di sana nanti."

     "Kalau begitu, nikmati saja waktumu di sini." 

     Aku mengernyit heran. Apa-apan dia... 

     Tapi tunggu! Bukankah ini kesempatan bagus. Aku mendekat ke arahnya dengan senyum penuh pesona. 

.....

     Bagus... Mendekatlah...

     Dan nikmati waktu yang ada...

     

The AntagonistWhere stories live. Discover now