Vicious (Part 2)

849 39 4
                                    

   by Akane 

     

     Bosan...

     Bosan...

     Ini membosankan.

     Tidak ada hal menarik yang dapat kulakukan. Sudah berapa lama ya, bahkan posisiku dudukku belum berubah selama beberapa waktu lalu. Hanya kakiku saja yang berayun dan rambutku yang bergerak karena terpaan angin. Pohon tua yang kupandang pun tidak bergerak. Akan lebih seru kalau pohon itu bergerak menyapaku. 

     Ini adalah taman samping rumahku. Berbeda dengan taman belakang rumahku. Ah, rumahku memang di kelilingi pekarangan luas. Keren ya. Tapi tidak dengan bunga-bunga di sekelilingnya.

     Bunga?

     Haha, sejak kapan tanaman mitos itu ada. Tanaman mitos simbol keromantisan. Cih, lebih indah rumput ilalang ini. Mereka juga bisa hidup tanpa perlu disiram. Rumput ilalang kering ini seperti melindungi batu-batu besar putih yang ingin sembunyi. Di depan kursi kayu yang kududuki berdiri kokoh pohon beringin tua, bahkan saking tuanya dia botak tidak punya daun. Hanya ada lekukan dahan-dahan yang menjulang ke atas. 

     Mereka yang melewati rumah ini pasti berjalan cepat. Bodoh sekali mereka melewatkan pemandangan indah ini. Padahal bukit di seberang sana indah sekali apalagi kalau matahari terbenam. Tapi mata mereka selalu menatap ketakutan. Mereka pasti buta. 

.......

     Gadis itu hanya duduk dan matanya menatap menerawang. Sampai akhirnya terdengar suara pagar besi terbuka. Gadis itu dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Rasa penasarannya pun terjawab ketika melihat seorang laki-laki paruh baya berjalan cepat kearahnya dengan tersenyum. Gadis itu hanya menatap laki-laki itu sebentar kemudian kembali menatap ke arah pohon. Merasa tidak dipedulikan laki-laki itu berjalan dan berdiri di depan gadis itu.

     "Hey, berapa lama kau akan betah tinggal di tempat busuk ini?"

     "Kau jauh lebih menjijikan."

     "Kau masih saja tidak sopan, tapi terserahmu. Nanti malam kau harus ikut denganku kesuatu tempat. Akan kujemput. Pakailah pakaian yang sudah disiapkan oleh suruhanku di kamarmu."

     "Baiklah."

     "Aku pergi dulu. Jangan lupa nanti kujemput. Tenang, kau tidak akan menyesal nanti."

     Setelah membelai rambut gadis itu, laki-laki itu berjalan menjauh sambil tertawa. Dia bahkan tidak mengetahui bagaimana ekspresi gadis itu. 

     Ah, mata gadis itu berbinar dalam raut wajah datarnya

     Dia terlihat senang

     Tidak

     Dia bahkan...

     Terlalu antusias...

The AntagonistWhere stories live. Discover now