Chapter 16

59 18 8
                                    

Wangi parfum Bima masih memenuhi ruangan kamar Bella. Jaket Bima lupa ia kembalikan kepada pemiliknya. Mau tak mau jaket itu harus bermalam di rumah Bella untuk sejenak. Pandangan Bella tertuju pada sebuah lukisan yang kini telah berdebu. Memori nostalgia menyeruak keluar dalam ingatannya. Bima kecil sedang memanjat tembok rumahnya. Lucu sekali. Mengingat betapa dekatnya mereka dahulu.

Bella merogoh laci nakasnya. Ia mencari kertas kado. Cukup lama, karena selain kertas kado ia juga harus mencari selotip, gunting serta pita sebagai pelengkap.

Ia membungkus dengan rapi. Sebuah kado berwarna biru dilengkapi dengan pita berwarna putih sudah rapi di depannya. Niatnya ia ingin memberi ini berbarengan dengan mengembalikan jaket milik Bima.

Bella mengedarkan pandangannya ke sekitar. Badannya ia hempaskan keatas kasur. Jaket Bima sengaja ia letak di samping ia tidur. Semakin lama ia mencium bau parfum Bima semakin kuat pula rindu berceceran keluar. Ia tersenyum, tak butuh waktu lama ia sudah berada di bawah alam sadarnya.

***

'Tingnong'
Bell rumah Bima berbunyi. Bella sudah berada di depan rumah milik Bima. Dengan kado serta jaket milik Bima di tangannya. Degub jantungnya sedikit lebih cepat dari biasanya. Sudah lama ia tak kesini. Terakhir kali SD itupun hanya sebentar. Pintu rumah Bima perlahan terbuka. Menampakkan sosok wanita paruh baya. Wajahnya tergolong awet muda, mungkin ia rajin melakukan perawatan. Sepertinya beliau adalah mamanya Bima.

"Permisi tante, ada Bimanya?" tanya Bella sopan.

"Bima? Dia udah 2 hari nggak pulang, mungkin ia di rumah neneknya," jawab wanita itu. Ia mempersilahkan Bella masuk. Tapi Bella menolaknya, dan meminta izin menunggu di rumah pohon milik Bima. Wanita itu mengiyakan permintaan Bella. Bella pun berterimakasih sudah diberi izin oleh mamanya Bima.

Bella menginjak satu persatu kayu yang menempel di batang pohon. Ia masih ingat instruksi dari Billy saat menyuruhnya untuk memanjat. Bella mempraktekkan sekali lagi intruksi dari Billy. Dan, terimakasih Billy. Berkat ilmu dari mu Bella bisa naik kerumah pohon milik Bima dengan selamat.

Bella mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah pohon milik Bima. Masih sama seperti dulu, hanya saja lampu-lampu kecilnya tak mau menyala lagi. Udara diatas sini terasa dingin. Bella kembali memakai jaket milik Bima berhubung baju yang ia kenakan tidak menutupi lengan. Aroma khas parfum Bima kembali menyeruak menusuk hidung milik Bella. Aromanya tergolong tajam tapi ketika dicium baunya tidak membuat hidung sakit. Sehingga membuat nyaman pemakainya.

Sudah dua jam Bella menunggu diatas rumah pohon. Tapi belum ada tanda-tanda bunyi motor Bima kembali. Bosan menyelimuti Bella. Ia mencari posisi yang nyaman untuk bersandar. Pikirannya melayang seperti angin. Tak jelas mengarah kemana. Tanpa sadar, air mata Bella mengalir dari peraduannya.

Dihadapannya, tanpa sepengetahuan mereka. Bian menyatakan perasaanya pada Bima.

"Bim, sebenernya gue udah nyimpen rasa ini dari lama," ucap Bian sambil menundukkan kepalanya. Dari gerak-geriknya sepertinya ia grogi.

"Gue suka sama lo Bim" Bian sukses mengutarakan perasaannya pada Bima. Raut muka Bima menunjukkan rasa kaget bukan main. Tidak ada angin, tidak ada hujan Bian tiba-tiba mengutarakan perasaannya. Jelas-jelas dari dulu Bian selalu mementingkan Billy daripada dirinya.

Ya, Bian dan Billy bersahabat dari kecil. Sama seperti, Bima dan Bella. Mendengar pernyataan Bella, Bima hanya bisa diam. Ia mengalihkan pandangannya ke sekitar. Terlihat sosok perempuan sedang duduk diatas rumah pohonnya sambil menangis memandanginya. Perempuan itu mengalihkan padangannya saat Bima melihatnya. Ia menghapus jejak air mata yang turun dari pelupuknya. Bersikap tegar menghadapi pemandangan di depannya.

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang