Chapter 9

91 27 21
                                    

Tubuh Bella terkulai lemas mendengar pernyataan dari papanya. Esok, ia harus pergi dan menetap di German. Papanya beralasan agar disana Bella bisa belajar dengan serius dan menggapai impiannya disana.

"Tapi pa ... Bella nggak mau ninggalin Indonesia, ucap Bella lirih. Papanya seakan tuli. Tak mau mendengar protes dari Bella. Beliau tahu, negara ini, kota ini menyimpan banyak kenangan. Tentu saja Bella pasti tak ingin meninggalkan indonesia.

"Tenang sayang, kita bakal pulang kok sesekali kesini," balas papanya.

Air mata Bella luruh dari peraduannya. Bella tahu papanya berbohong. Papanya tak akan mungkin mau kembali ke Indonesia. Ia tahu papanya ingin mengembangkan bisnis di German.

Dengan itu, papanya tak akan mempunyai banyak waktu. Beliau mungkin akan sibuk dan tak perhatian lagi olehnya.

"Pa, Bella udah besar. Bella bisa jaga diri kok di sini." Papanya menghela nafas dengan kasar mendengar pernyataan Bella, yang tak lain penolakan secara halus.

Papanya mengelus puncak kepala Bella. Seakan membujuk Bella untuk menurunkan egonya. Menghapus jejak air mata yang mengalir dari matanya.

"Kalau kamu mau ikut papa, kamu boleh sekolah di sekolah negeri," tawar papanya.

Bella tersentak atas perkataan papanya. Bagaimana tidak? papanya menawarkan hal yang Bella pikir tak akan mungkin terjadi. Ia terhenyak sebentar memikirkan tawaran dari papanya.

"Dan ... SMA kamu boleh sekolah di Indonesia lagi. Karena seharusnya kontrak perusahaan papa di German udah habis. Tapi kita gak tau kalau ada perpanjangan kontrak Bel," jelas papanya panjang lebar.

Bella membelalakkan matanya. Gila, apa dunia sudah mau berakhir? kenapa papanya mengizinkannya untuk hal-hal yang bahkan tak sampai untuk nalar Bella sendiri.

Bella mengangguk semangat. Matanya menunjukkan ambisi dan perasaan yang sangat bergejolak senang. Tak di pungkiri lagi bagaimana rasa syukur kepada tuhan. Sampai-sampai ia mengucap terimakasih berulang kali dalam hatinya.

"Jadi kapan berangkat pa?" tanya Bella semangat? Sorot matanya berbinar senang.

"Besok," ujar papanya singkat. Perkataan itu seakan menohok hatinya. Binar matanya yang senang berubah menjadi sendu.

Bella mengangguk dan berjalan cepat kearah kamarnya. Membaringkan badannya diatas kasur dan terlelap kealam mimpi.

***

"Bell udah siapkan? kita bentar lagi berangkat." Papanya mengingatkan.

"Udah pa dikit lagi," balasnya. Bella kesiangan. Ya hal yang tak lucu, karena sebentar lagi pesawatnya bakal lepas landas.

Papanya mengambil koper Bella dan memasukkan nya ke dalam mobil. Beliau menyuruh bella untuk masuk kedalam mobil segera.

Bunyi mobil keluar dari rumah Bella. Mobil itu melaju yang bisa dibilang sangat cepat. Sampai-sampai sepeda yang ada di sebelah mobilnya hampir terserempet.

Bima mencoba menormalkan kembali debar jantungnya. Hampir saja nyawa melayang akibat mobil di sebelahnya.

"Sialan dah tuh mobil," umpat Bima.

Ia kembali mengayuh sepedanya. Sepeda nya berhenti tepat di depan sebuah rumah berwarna putih. Rumah Bella. Ya ia kembali mengunjungi Bella. Seperti janjinya kepada papanya Bella. Ia akan menemui Bella setelah usai Ujian.

Tokkk Tok Tokkk "Assalamualaikum" Bima mengetuk pintu rumah Bella sambil mengucapkan salam.

Pintunya terbuka dan mendapati seorang wanita memakai celemek. Tampaknya wanita itu baru saja selesai bersih-bersih.

"Bella nya ada?" tanya Bima.

"Lah, Bella nya kan pindah," jawab wanita itu heran.

"Kemana?"

"Non Bella sama papanya kan pindah ke German." Bima terdiam kaku mendengar jawaban dari wanita itu. Ia tak menyangka perpisahan terjadi secepat ini. Apa waktu tak membiarkan kami bertemu sebentar saja. Bima mengangguk seakan mengerti dan tak lupa berterima kasih.

Bandara.
Ya tempat itu, Bima mengayuh sepedanya dengan sangat cepat. Tak peduli jika banyak motor dan mobil yang hampir menabraknya. Ia gusar berharap waktu bakal mengerti untuk mempertemukannya walaupun sebentar saja.

Tapi sayangnya, dewi fortuna sedang tak berpihak padanya. Ia mengadahkan kepalanya keatas dan mendapati sebuah pesawat sudah mengudara diatas awan.

Terlambat.
Satu kata yang mencerminkan keadaannya sekarang. Matanya sendu. Badannya seakan tersambar oleh petir . Ia tak bisa menerima ini.

"Untuk pertama kalinya Bella mengingkari janjinya. Dan perpisahan tega datang tanpa membiarkan Bima mengucapkan kata pisah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.

Jangan lupa voment ya💚💚

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang