Chapter 14

75 21 19
                                    

Keadaan Billy sudah lebih baik. Ia sudah di perbolehkan untuk pulang oleh dokter. Dan hari ini ia sudah sehat dan baik seperti semula.

Tempo hari Bella bertemu dengan Bian. Dan hari ini rencananya, Bian mengundang Bella untuk datang ke perayaan ulang tahunnya. Bian juga  meminta maaf sempat memeluk Billy, karena ia tak tahu sekarang Billy menyandang status sebagai pacar Bella.

Disini. Dirumah Billy.
Bella menunggu Billy bersiap. Sejak satu jam tadi ia menunggu sampai makeup yang ia kenakan hampir luntur. Billy bilang ia ingin kelihatan tampan disana. Apa dia tak sadar kalau jam bersiapnya lebih lama dari jam bersiapnya Bella.

"Billy, sudah belum?!!" teriak Bella

Mendengar teriakan Bella, Billy menghampiri Bella dengan tergesa-gesa, anak tangga tak sempurna ia pijak akibatnya ia terjatuh. Bella tertawa keras melihat Billy jatuh.

"Mangkanya jangan bego, jalan pake mata hahaha" ujar Bella. Ia masih saja tertawa tanpa henti.

"Jalan pake kaki pinter" ucapnya sambil meringis.

"Lama banget, bentar lagi acaranya mulai nih" Tutur Bella seraya mengait tas selempangnya dan mengambil kado yang terletak diatas meja.

Billy menyalakan mobilnya. Hari ini ia membawa mobil. Kenapa? karena kalau pake motor dress yang dikenakan Bella bisa terbang. Bella mengenakan dress hitam selutut dan wedges hitam kontras dengan dressnya. Rambutnya di jalin sedikit dibagian atas kepalanya, menyisakan rambut uraian dibawahnya. Sedangkan Billy memakai tuxedo dengan hiasan dasi kupu-kupu di kerahnya. Rambutnya ia tata sedikit berantakan tapi terkesan rapih dan sedikit urakan.

Mereka sampai di pemukiman elit, rumah berwarna putih sudah dipenuhi oleh banyak orang. Tampaknya acara itu sudah dimulai. Mereka masuk dan menghampiri Bian. Melihat mereka datang, Bian langsung memeluk mereka dengan senyum indah yang tulus. Ia memeluk Bella sambil mencium pipi kanan dan kiri Bella. Bella membalas ciumannya dan memberi kado yang ia bawa untuk Bian. Bian berterimakasih dan pamit untuk kembali keatas panggung perayaannya. Tampakya, waktu sudah lama berlalu. Tapi Bian belum memulai acaranya.

"Bian kapan dimulai nih?" tanya seorang tamu.

"Sabar ya, aku lagi nungguin seseorang" tutur Bian.

Desas-desus omongan tamu-tamu menggebu. Sudah lama sekali mereka menunggu.

Sesosok laki-laki dengan tuxedo hitam berlari tergesa-gesa menuju panggung. Rambutnya berantakan, tampaknya ia tata dengan asal.

"Permisi..." ucapnya. Bella tersentak lalu menoleh pada arah suara. Mata Bella dan matanya bertemu. Tatapan yang sudah lama ia rindukan. Dalam tetapi hangat. Sendu tetapi indah. Cukup lama mereka bertatapan. Kemudian, Bella tersadar dan sedikit memberi jalan pada lelaki itu. Lelaki itu tersenyum menampakkan lesung pipinya yang tak terlalu dalam. Mata Bella terus membuntuti kemana lelaki itu pergi. Ternyata, ia pergi menuju keatas panggung. Mengeluarkan kotak hadiah kecil dan setangkai bunga mawar merah untuk diberikan pada Bian. Ntah kenapa rasanya sakit melihat mereka berdua. Raut muka Bian seolah sangat senang. Sedangkan lelaki itu, seperti ekspresi biasa saja tp harus terpaksa tersenyum. Senyumnya yang terpaksa masih bisa terlihat manis di mata Bella.

"Bima akhirnya datang juga. Aku kira kamu ga bakal datang" ucap Bian. Bima hanya mengangguk dan tersenyum. Bian memulai acara ulang tahunnya.

Semua tamu bernyanyi. Menyanyikan lagu 'Happy Birthday' untuk Bian.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga. Sekarang juga. Sekarang juga" Semua tamu bernyanyi. Bian memotong kuenya.

"Berhubung orang tuaku lagi pergi keluar kota. Jadi kue pertama aku beri pada..." Bian berjalan pelan. Semua mata tertuju pada Bian. Langkah kakinya yang gemulai ditambah wedges yang elegan menambah daya tarik dirinya. Bian berhenti tepat di depan seorang laki-laki.

"first cake for you Bima" Bian menyodorkan sepotong kue pada Bima. Matanya memandang Bima penuh arti. Tanpa sadar, lapisan bening menghiasi mata Bella. Ia ingin menangis. Tapi ia membuang rasa itu jauh-jauh, mungkin tidak untuk saat ini.

***

Perayaan ulang tahun Bian hampir selesai. Acara terakhir adalah pelepasan lampion dan permainan kembang api. Mereka menikmati permainan itu. Tapi tidak dengan Bella, ia hanya duduk sedikit jauh dari tempat mereka bermain. Menatap satu persatu lampion yang mulai berterbangan. Ia melihat Billy sedang memegang lampion bersama Bian untuk diterbangkan. Tak pernah Bella lihat raut muka Billy sesenang itu. Mungkin ia menikmati acara perayaannya.

"Boleh duduk sini?" tanya seseorang. Bella menolehkan kepalanya kearah suara. Ia mendapati seorang laki-laki dengan tuxedo hitam. Bima. Ia terlihat sangat tampan malam ini. Tak ada yang berubah. Mungkin, hanya tingginya saja yang berubah. Bella mengangguk. Berusaha sebisa mungkin menyembunyikan rasa groginya.

"Udah lama ya" ucapnya.

"Sejak hari itu lo ninggalin gue" lanjutnya.

"Lo pergi dengan entengnya, tanpa ngucapin apapun sama gue" Air mata Bella perlahan turun dari peraduannya. Bodoh, kenapa ia harus menangis di saat seperti ini.

"Gue nunggu lo, terus nungguin lo. Gaperduli betapa lama gue harus nungguin lo." Tangisan Bella luruh dengan derasnya.

"Lo janji sama gue, lo gabakal ninggalin gue" Bella tetap dalam tangisannya. Perkataan Bima seakan menusuk tepat di jantungnya.

"Tapi apa, lo malah ninggalin gue. Gue jatuh. Jatuh dalam keterpurukan." Bima mengacak rambutnya frustasi.

"Makasih Bell, lo udah ngajarin gue. Bahwa setiap jatuh itu sakit. Termasuk jatuh cinta sekalipun"

'Jduarrrrr'
Bunyi mercon meledak diudara. Dibawah remang-remang cahaya bulan. Ia menangis. Terisak di bahu Bima. Bima melepas jas nya dan memakaikannya ke Bella. Bella hanya menurut dan masih terisak di bahu Bima. Ntah kenapa perasaannya bekecamuk. Pedih mengetahui bahwa Bima menyayanginya. Tapi dengan teganya ia lebih memilih jadian dengan Billy. Bodoh. Di satu sisi, ia mencintai Bima. Di sisi lainnya ia juga menyayangi Billy. Ia tak ingin menyakiti salah seorang dari mereka.

"Lo ga berubah ya. Tetap seorang perempuan yang cengeng" Bima menyentil pelan dahi Bella. Tangisan Bella sudah mulai reda. Mereka berdua menikmati ledakan ledakan mercon yang menghiasi langit malam.  Bella merasa nyaman sekali berada di pelukan Bima.

"Maaf" tutur Bella. Bima menaikkan alis sebelah.

"Buat?" tanyanya.

"Karena gue egois. Gue ingkar janji. Dan gue ga ngerti perasaan lo" jawab Bella.

"Gausah dipikirin, Lo prioritas utama gue. Sama seperti beberapa tahun yang lalu." tutur Bima. Bella menatap mata Bima. Sorot matanya menggambarkan ada sedikit luka yang terpendam.

"Lo mau kan nungguin gue untuk beberapa saat lagi?" tanya Bella.

"Sebelum lo jatuh kepelukan gue, gue masih akan terus nungguin lo" Ujar Bima.

"Makasih Bim. Tunggu sebentar lagi ya" ucap Bella sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.
Jangan lupa Vomentnya ya guys💓

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang